SEQUEL BURN WITH YOU
Declan Antony Zinov dituduh membunuh keluarga angkatnya yang kaya raya demi sebuah warisan. Tapi semua itu tidak terbukti sehingga pria itu menjalankan bisnis keluarganya dan menjadikan Declan pria kaya raya dan juga ditakuti karena sikapnya yang kejam.
Lucyanna Queen Nikolai merupakan cucu seorang mafia yang sudah lama menaruh hati pada Declan karena telah menyelamatkan nyawanya saat kecil. Ia sering mencari tahu berita tentang pria pujaannya itu dan berniat melamar kerja di perusahaan milik Declan.
Setelah bertahun-tahun lamanya, Declan dipertemukan kembali dengan gadis yang pernah ia selamatkan. Tapi melihat bagaimana wanita itu terang-terangan menyukainya membuat Declan bersikap kasar agar Lucy tidak lagi mendekatinya.
Tapi, ketika Lucy tertembak karena berusaha melindunginya. Barulah Declan menyadari betapa berartinya Lucy di kehidupannya selama ini.
#Cerita ini lanjutan dari cerita Burn With You dimana masa kecil mereka ada di Bab akhir. Selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Athaya Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 14
Bugh...
"Hentikan omong kosongmu." teriak Lucy sembari melayangkan tinjunya kepada pria yang mencoba mengata-ngatai Declan.
"Gadis sialan, mengapa kau selalu saja ikut campur? Kau merasa hebat karena kau cucu seorang mafia?" sahut pria itu sembari menarik kerah baju Lucy.
Lucy menatap tajam dan memelintir tangan pria yang mencoba menarik rambutnya. "Aku bisa mematahkan pergelangan tanganmu dengan sekali gerakan, jika kau berani menyentuh rambutku."
"Kau benar-benar gadis bar-bar, Lucy. Apa kau juga membela pembunuh itu?." pria itu berkata sembari melepas cengkramannya dan pergi diikuti oleh teman-temannya.
Lucy memandang kearah Declan yang terlihat tidak peduli dengan apa yang terjadi dan membuat ia kesal. "Mengapa kau biarkan mereka mengatakan semua omong kosong itu?"
Declan memandang Lucy dan tersenyum. "Aku tidak peduli, dan aku tidak membutuhkan kau untuk melakukan hal yang tidak penting untukku."
Lucy menghampiri Declan dan membantu pria itu berdiri. "Aku yakin kau bisa saja menghabisi mereka semua, tapi kau tidak melakukannya. Itulah mengapa aku tidak percaya kau akan sanggup membunuh ayahmu."
"Kau terlihat sangat mengenal diriku dengan baik," ucap Declan. "Aku tidak menyangka kau akan menjadi sangat berani."
"Maaf jika membuat kau kecewa. Aku tidak diajarkan untuk bisa memasak dan menyulam, atau mengikuti les balet seperti gadis remaja pada umumnya." Lucy berkata sembari mengeluarkan kotak obat dari dalam tasnya. "Duduklah, aku akan mengobati lukamu."
Declan menatap mata Lucy dan dibuat penasaran akan warnanya. "Apa yang diajarkan padamu?"
"Beladiri dan cara menembak. Itulah yang akan kau dapatkan jika menjadi cucu seorang mafia." jawab Lucy yang ikut terdiam ketika mata mereka bertemu.
"Ungu"
"Apa maksudmu?" tanya Lucy.
"Warna matamu ungu. Saat menyelamatkanmu dulu warna yang aku lihat biru." Ucap Declan. "Apa kau menggunakan warna berbeda?"
"Ini asli dan warnanya biru seperti Daddy dan Kakekku." Jawab Lucy.
Declan menahan tangan Lucy ketika wanita itu akan mengoles obat dibibirnya. "Apa yang sedang kau lakukan?"
"Tentu saja mengobati lukamu" Lucy berkata sembari melepas tangan Declan dan mengoleskan obat dibibir pria itu. "Apa kau sengaja tidak melawan atau kau memang tidak sanggup membalas mereka?"
"Aku harus bersikap baik selama masa percobaan" Jawab Declan.
Gerakan tangan Lucy terhenti beberapa dan Declan menyadarinya. "Bukankah seharusnya saat ini kau sudah di universitas? Mengapa kau jauh-jauh pindah ke sekolah ini?"
"Namaku didaftarkan ayahku di universitas yang ada disini, dan aku harus lulus dari sekolah ini agar bisa dengan mudah masuk jurusan yang aku pilih. Itu adalah syarat agar aku bisa menerima warisan dari mereka." Jawab Declan, yang kemudian terdiam ketika tanpa sadar sudah menceritakan semuanya.
Mereka saling menatap beberapa saat dan dikagetkan dengan dering ponsel milik Lucy. Declan melihat layar ponsel wanita itu dan melihat foto kucing yang pernah ia selamatkan dulu.
"Apakah itu kucing yang dulu?" Tanya Declan tanpa sadar.
"Mengapa grandma yang menjemputku? Oh, baiklah aku akan segera keluar." Lucy menjawab panggilan telepon miliknya sembari menatap wajah Declan. "Aku harus segera pulang. Sebaiknya kau juga."
"Terima kasih, kau sudah mengobatiku." sahut Declan ketika Lucy berjalan meninggalkannya.
"Declann" teriak Lucy sambil mengangkat ponselnya. "Namanya Amor, dan dia adalah anak dari kucing yang kau selamatkan dulu."
...---------------...
"Lucy, lihatlah. Dia sangat tampan dengan seragam olahraga sekolah kita" gumam Katie keesokan harinya ketika mereka sedang berada dilapangan olahraga.
Lucy memperhatikan gerak gerik Declan saat bermain voli dan benar kata Katie, pria itu sangat tampan dan membuat ia jatuh cinta lagi.
"Awasssss." Lucy berteriak ketika seseorang melempar bola kearah Declan dari belakang dan mengenai kepalanya saat permainan selesai.
Teriakan Lucy membuat Declan menatap kearahnya dan tahu gadis itu sedang marah besar. Ia mencoba menghadang ketika lucy akan memukul orang yang sudah melempar bola ke kepalanya. "Hei, biarkan saja."
"Lepaskan aku, Declan. Aku harus memberinya pelajaran. Apa kau tidak terima dikalahkan oleh Declan?" teriak Lucy dengan amarah yang meledak-ledak karena tidak bisa melampiaskan kekesalannya, karena tubuhnya dibawa Declan menuju belakang sekolah.
Declan menurunkan tubuh Lucy dan menahannya agar tidak kembali ke lapangan. "Mengapa kau begitu marah? Aku baik-baik saja, jangan pedulikan mereka."
"Itu pasti sakit, bola itu mengenai kepalamu dengan sangat keras. Kau pasti menahan sakitnya, bagaimana jika ada luk-"
Declan mencium bibir Lucy ketika gadis itu tidak berhenti berbicara. Ia bisa merasakan bibir Lucy yang begitu lembut dan juga manis, dan tanpa ia sadari mereka saling memandang. Declan melepas ciumannya dan mundur perlahan.
"Apa yang baru saja kau lakukan?" Tanya Lucy dengan jantung yang berdegup kencang.
Declan maju selangkah lebih dekat dan menyentuh bibir Lucy yang basah akibat ciumannya. "Menciummu, dan aku masih ingin menciummu lagi."
"Mengapa kau menciumku, Declan? Kita tidak memiliki hubungan apapun." Lucy bertanya dengan suara yang bergetar ketika jemari pria itu masih menyentuh bibirnya.
"Kalau begitu kita sekarang memiliki hubungan dan aku akan menciummu lagi, sekarang." Jawab Declan kemudian mencium bibir Lucy lagi.
Kali ini ciumannya lebih menuntut dan meminta Lucy membuka bibirnya agar pria itu bisa leluasa. Lucy agak terhuyung dan merasakan lututnya goyah. Declan tidak mau melepaskan ciumannya, sehingga ia harus mendorong tubuh pria itu dan mencoba melepaskan diri.
"Hentikan. Ini sudah berlebihan, Declan." Gumam Lucy sembari menutup mulut dengan tangannya. "Sebaiknya aku kembali"
Declan mundur perlahan dan melepas cengkramannya dipinggang Lucy. "Besok temani aku."
"Apa?"
"Temani aku berbelanja. Apartemenku masih kosong dan aku tidak tahu apapun." Declan berkata tanpa berpikir panjang. Ia hanya ingin bertemu gadis itu lagi besok diakhir pekan.
Lucy berpikir dan tersenyum. "Baiklah, aku akan menunggumu besok jam delapan didepan sekolah."
"Mengapa didepan sekolah? Aku akan menjemputmu dirumah." Ucap Declan.
Lucy merasa tertantang dengan keberanian Declan. "Cobalah kalau kau memang berani menjemputku dirumah. Kau akan bertemu dengan kakekku."
"Aku tidak takut, dan aku akan meminta izinnya jika itu diperlukan." Sahut Declan, kemudian mendekati Lucy dan menggandeng tangannya. "Ayo kita kembali bersama."
Lucy dibuat terkejut ketika mendapati bekal makan siangnya berceceran dilantai, ia menatap wajah teman-temannya dengan pandangan tajam. "Siapa yang berani melakukan ini?"
"Lucy tenanglah. Kami semua tidak mengetahui siapa yang sudah membuang bekal makan siang mu. Saat kami kembali dari lapangan keadaan sudah seperti itu." Jawab Katie sembari menenangkan Lucy dan membawanya ke kantin.
"Kau dari mana saja? Aku mencari mu sejak tadi" sambung Katie lagi ketika mereka sudah berada dikantin.
Amarah menguasai Lucy membuat dirinya berjalan cepat meninggalkan Katie, ketika melihat menu makanan yang disajikan merupakan makanan yang tidak bisa ia makan.
Katie melihat kepergian Lucy dan tersenyum tipis. Aku harap kau akan kelaparan seharian ini. Dasar gadis menyebalkan, aku tidak akan membiarkanmu mendapatkan Declan. Kau lihat saja nanti, Ucap Katie dalam hati dan melanjutkan makan siangnya.