NovelToon NovelToon
Cerita Dua Mata

Cerita Dua Mata

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Terlarang / Identitas Tersembunyi / Kaya Raya / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Kriminal dan Bidadari
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: R M Affandi

Sebelum Mekdi bertemu dengan seorang gadis bercadar yang bernama Aghnia Humaira, ada kasus pembunuhan yang membuat mereka akhirnya saling menemukan hingga saling jatuh cinta, namun ada hati yang harus dipatahkan,dan ada dilema yang harus diputuskan.

Mekdi saat itu bertugas menyelidiki kasus pembunuhan seorang pria kaya bernama Arfan Dinata. Ia menemukan sebuah buku lama di gudang rumah mewah tempat kediaman Bapak Arfan. Buku itu berisi tentang perjalanan kisah cinta pertama Bapak Arfan.

Semakin jauh Mekdi membaca buku yang ia temukan, semakin terasa kecocokan kisah di dalam buku itu dengan kejanggalan yang ia temukan di tempat kejadian perkara.

Mekdi mulai meyakini bahwa pembunuh Bapak Arfan Dinata ada kaitannya dengan masa lalu Pria kaya raya itu sendiri.

Penyelidikan di lakukan berdasarkan buku yang ditemukan hingga akhirnya Mekdi bertemu dengan Aghnia. Dan ternyata Aghnia ialah bagian dari...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R M Affandi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Fakta Baru Dari Cerita Lama

“Heeii…! Kenapa pada diam-diaman aja?” Rendra kembali memasuki kediaman Bapak Arfan Dinata, duduk di samping Mekdi yang masih fokus pada buku lama.

“Yang satu laki-laki lajang tampan dan yang satunya lagi wanita singgel yang cantik! Tidak adakah aura cinta di antara kalian?” sambung Rendra menatap genit pada Mekdi dan ajudannya.

Mekdi mengalihkan pandangannya pada Rendra. Lagi-lagi sahabatnya itu mengacaukan kosentrasinya. “Kenapa kau kembali ke sini?” tanya Mekdi kurang senang.

“Sampai kasus pembunuhan ini terungkap, aku akan tetap di sini!” ujar Rendra tersenyum. “Apa aku mengganggu cinta di antara kalian?” jawabnya menoleh ke arah ajudan Mekdi.

Ajudan Mekdi sedikit tersenyum, namun senyum itu terlihat dipaksakan di balik gelagatnya yang tampak kurang nyaman. Rambutnya yang berwarna hitam kecoklatan mengalun lembut, namun tetap teratur di balik topi dinas yang dikenakannya, saat ia mulai mempermainkan keyboard laptopnya, seolah-olah sedang sibuk.

Ajudan Mekdi itu ialah seorang wanita bernama Zetha, seorang polisi berpangkat IPDA yang ditugaskan membantu Mekdi menyelidiki kasus pembunuhan Bapak Arfan Dinata.

Kasus pembunuhan Bapak Arfan Dinata adalah awal pertamanya Zetha bergabung dengan Mekdi. Mereka berdua masih terlihat kaku dan hanya bicara seperlunya saja layaknya bawahan dan atasan. Seragam rapi yang mereka kenakan melengkapi sikap mereka yang profesional dan berwibawa.

“Apa yang kau temukan pada buku itu?” Rendra kembali bertanya pada Mekdi, wajahnya mulai serius melihat Mekdi yang kembali membaca buku lama.

“Sebuah kisah dari masa lalu. Bapak Arfan sendirilah yang menulis buku ini,” jawab Mekdi tetap fokus pada apa yang dibacanya.

“Apa kau yakin buku itu bisa membantumu mengungkap kasus ini?

“Sejauh yang kubaca, kisah dalam buku ini sejalan dengan beberapa bukti yang ku temukan. Cerita dalam buku ini mengisahkan masa lalu Bapak Arfan. Dan aku yakin, pembunuh Bapak Arfan ada sangkut pautnya dengan masa lalu Beliau.

“Bagaimana jika itu hanya karangan yang kebetulan?

“Kita tidak akan tahu ini kebetulan atau tidak sebelum kita menyeledikinya. Sekecil apapun kemungkinan harus tetap diselidiki.

Rendra mengangguk-anggukan kepalanya sambil memperhatikan Zetha yang masih tampak sibuk dengan laptop. “Apa itu juga berlaku pada cinta? Tanyanya sambil tersenyum.

“Apa maksudmu?” Mekdi menutup buku lama di tangannya. Kehadiran Rendra sungguh mengaburkan konsentrasinya.

Zetha menghentikan pekerjaanya untuk sejenak. Sekilas melihat pada Rendra, lalu kembali menatap layar datar di laptop miliknya. Konsentrasi Polisi wanita itu sepertinya juga ikut terganggu.

“Tidak…! Hehehe…,” jawab Rendra berkelit melihat wajah Mekdi yang sudah mulai berbeda.

“Apa Perusahaanmu tidak punya berita lain untuk diliput?” tanya Mekdi kesal.

“Ada banyak! Tapi untuk wartawan senior sepertiku, bebas memilih dimana aku harus bertugas. Aku lebih senang berada di antara dua orang yang diam-diam saling cinta, daripada di sekitar para politikus yang senyum-senyum saling sikut!” sindir Rendra tersenyum dengan lirikan yang semakin membuat Mekdi kesal.

“Kalau kau tak bisa membantuku berpikir, setidaknya jangan kacaukan pikiranku! Kau tak pernah berubah!” Nada bicara Mekdi mulai naik.

“Sabar Sob Mek! Jangan pakai emosi. Hehehe… Aku hanya sedikit melenturkan suasana kaku di antara kalian,” ucap Rendra cengengesan sambil mengurut-urut bahu Mekdi.

Zetha hanya tersenyum kecil melihat tingkah Rendra. Wajah wanita cantik berkulit sao matang itu mulai tampak datar, tak setegang sebelumnya. Kehadiran Rendra di tempat itu telah memecahkan keheningan suasana di kediaman Bapak Arfan Dinata.

“Tapi aku yakin! Bapak Arfan Dinata dibunuh karena persoalan harta benda atau warisan!” ujar Rendra kemudian sambil memandangi interior yang ada di ruang tamu rumah Bapak Arfan Dinata yang berharga puluhan juta.

“Aku juga berpikiran seperti itu.” Mekdi meletakan buku lama yang dipegangnya di atas paha. “Tapi siapa pelakunya? Bapak Arfan Dinata tidak punya saudara. Beliau hanya punya saudara sepupu satu-satunya yang ada di Pekanbaru. Sepupunya itu tidak punya anak, dan juga orang berada. Untuk apa sepupunya itu mengincar harta Bapak Arfan sedangkan mereka tidak punya pewaris? Lagi pula tidak ada bukti yang mengarah ke sana!

“Bagaimana dengan saudara Bu Vika?” tanya Rendra. Dua sahabat itu mulai membicarakan hal yang serius. Walau Rendra sering usil kepada Mekdi, namun ia juga sering membantu Mekdi memecahkan beberapa kasus selama ini.

“Seluruh kerabat Bu Vika ada di singapura. Mereka telah menjadi warga negara singapura. Mereka semua juga telah menjadi pebisnis hebat di sana. Apa mungkin mereka mengincar harta Bapak Arfan?

“Bisa saja kan? Pebisnis kan sering jatuh bangun juga! Apalagi Bapak Arfan tidak punya pewaris,” ujar Rendra.

“Mungkin! Tapi bukti yang baru kudapatkan mengarah ke sebuah daerah yang bernama Lengayang, tempat dimana dulu Bapak Arfan menjalani masa mudanya bersama keluarganya, Bu Vika, dan seorang wanita bernama Rani Permata Sari,” terang Mekdi kembali membuka lembaran Buku lama yang terletak di pahanya.

“Rani Permata Sari? Siapa itu?” tanya Rendra. Nama yang baru saja disebutkan Mekdi menarik perhatian wartawan berambut keriting itu.

"Dalam cerita yang ada di buku ini, Rani Permata Sari ialah wanita yang disukai Bapak Arfan semasa mudanya,” jelas Mekdi.

“Oh! Nama dalam cerita itu?” Rendra tersenyum seolah meremehkan. “Tapi, aku rasa-rasa pernah mendengar nama itu,” senyum Rendra memudar seketika. Garis dahinya mulai terlihat. “Oh iya! Itu nama pabrik karet yang baru diresmikan Bapak Arfan tiga bulan yang lalu!” ujarnya setelah menjentikkan jari.

“Benarkah?” tanya Mekdi penasaran.

“Iya! Aku disana waktu peresmian itu.

“Bukankah nama pabrik itu PT. RPS?

“Iya! Saat aku wawancara dengan Bapak Arfan waktu peresmian Pabrik itu, aku menanyakan kepanjangan RPS itu apa? Dan Beliau menjelaskan, itu singkatan dari Rani Permata Sari! Akupun tak menyangka ternyata itu singkatan nama orang,” ungkap Rendra dengan yakin.

Mekdi memandangi buku lama yang terbentang di pahanya. “Aku semakin yakin, kalau cerita buku ini benar-benar kisah hidup Bapak Arfan! Dalam buku ini, Bapak Arfan sangat mencintai wanita yang bernama Rani Permata Sari itu. Karena itulah mungkin Beliau menamakan Pabrik karetnya yang baru itu dengan nama RPS.

“Ya! Cinta sejati memang tak lekang oleh waktu! Berarti bukan Bu Vika yang benar-benar ada di hati Bapak Arfan," pikir Rendra mengira. "Boleh aku muat berita tentang buku itu?” sambung Rendra mendapat ide untuk media perusahaannya.

“Jangan dulu. Itu akan menyulitkan penyelidikan. Pelaku bisa tahu kemana arah penyelidikan!

“Oke!” ujar Rendra paham apa yang dimaksud temannya, lalu berdiri dan berjalan-jalan di sekitar ruang tamu sambil memperhatikan tingkat atas rumah itu. “Kenapa ya, di rumah sebesar ini Bapak Arfan hanya tinggal sendiri? padahal beliau bisa membayar puluhan security untuk menjaga rumah ini!” sambungnya berkata-kata sendiri.

“Mungkin karena beliau tidak pernah menetap di rumah ini. Beliau sering bepergian keluar kota, jadi beliau hanya butuh supir! Sedangkan untuk menjaga rumah kan sudah ada satpam perumahan,” sahut Mekdi berpendapat, sambil membalik halaman buku lama, mencari-cari tulisan yang belum dibacanya.

“Kemana supirnya waktu itu?” tanya Rendra melangkah pelan ke tengah rumah, lalu mengeluarkan kamera dari tas selempang yang sejak tadi disandangnya.

“Pulang ke rumahnya. Minggukan libur!” tanggap Mekdi masih peduli.

Rendra terus berjalan menuju tangga yang ada di rumah kediaman Bapak Arfan dinata, menaiki anak tangga rumah itu yang dilapisi marmer dengan logam berlapis warna emas di setiap pegangannya, menuju tingkat atas.

Bersambung.

1
Riani
lebih ke perasaan
wekki
semangat thor
Marissa
Rata-rata baca buku harian, tapi penasaran juga
Robi Muhammad Affandi: Terimakasihh dukungannyaa😁
total 1 replies
Marissa
ini cerita misteri apa cinta? /Grin/
Hietriech Ladislav
dah mampir nih 🫡 next mampir baca novel saya & beri komen
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!