Terpaksa menikah dengan pria yang tak dicintai dan mencintainya
tifany larasati harus bergelut dengan perasaannya sendiri mempertahankan rumah tangganya.
demi keluarga yang diambang kehancuran tifany merelakan menikah muda dengan cavero abraham.
sosok angkuh dan egois yang tak mau melepas masalalu walaupun setelah menikah.
dengan semangat dan dukungan keluarga, tifanya menguatkan diri untuk tidak bercerai dari cavero.
bisakah tifany membuat cavero mencintainya atau hanya akan tetap menjadi pemilik raga tapi tidak hatinya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri_uncu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tanpa ku kau akan mati
Sebulan berlalu setelah tifany dan cavero berjanji akan menjadi teman agar suasana rumah menjadi nyaman. Keduanya sepakat untuk menikmati masa beberapa bulan lagi bersama dengan saling interaksi dan tifany menganggap cavero sebagai kakak
Ya, rasa yang mulai tumbuh dihatinya tetap tifany pendam dan rasa itu ia jadikan untuk menganggap cavero kakaknya
"pagi mba, tifany sudah pergi?" cavero tak mendengar suara tifany sejak pagi dan juga tak melihat dimana-mana setiap ruang rumahnya
"katanya mau joging sama temannya den, mungkin sebentar lagi pulang. den cav mau kopi atau sarapan? Non tifany sudah buatkan di meja makan sebelum pergi" mba narti menyampaikan pesan pada cavero yang tifany titipkan sebelum pergi bersama dengan temannya
cavero meminta buatkan kopi untuknya karena buatan tifany menurutnya pas dengan seleranya. Dan tifany tak keberatan sama sekali dengan permintaan dari orang yang dianggap kakaknya
"oke mba, makasih" cavero yang sudah rapih dengan setelan jas ala ke kantor menuju meja makan dan meminum kopi buatan istrinya
Lalu ada dua potong sandwich yang juga dibuatkan oleh tifany. lalu setelah selesai ia beranjak dari duduknya keluar rumah menuju garasi
Terdengar suara tawa yang pastinya ia kenal "dengan siapa dia?" cavero menutup kembali pintu mobil dan menghampiri sumber suara
"terima kasih fan" arya meminta foto pada mantan kekasihnya untuk kenang-kenangan dan pertemuan kali ini bisa dibilang yang terakhir
Arya akan bekerja keluar negeri karena lolos tes dari salah satu perusahaan disana. Dan sekalian berpamitan dengan mantan pacar yang tentu saja masih sangat arya sayangi sampai saat ini
Dan kepergiannya juga salah satu alasannya adalah tifany, arya berjanji akan sukses dan menjadi kaya agar bisa menikahi tifany entah kapan waktunya arya akan menunggu
"kalian ngapain?" tiba-tiba cavero datang dan mengagetkan tifany dan arya
"maaf pak, saya hanya meminta foto pada teman saya untuk perpisahan" jawab arya jujur pada cavero
"ngga ada foto-fotoan, lagian emang kamu mau mati segala minta kenang-kenangan sama istri saya, kamu tahu kan dia sudah punya suami. Ngga ada yang namanya teman antara pria dan wanita" cavero menceramahi tifany dan arya yang hanya karena berfoto dan itupun bukan yang pose mesra
"mas, dia mau pergi jauh masa foto sama temen aja ngga boleh. Ayo arya mampir dulu" tifany yang sudah mengikhlaskan arya telah menjadu mantan kekasihnya dan benar-benar hanya seorang teman baginya saat ini, mengundang arya untuk masuk ke rumahnya
"fan, masuk!" cavero menarik tangan tifany dan menatap arya dengan tatapan mengintimindasi
"di rumah ngga ada orang, ngga baik dirumah hanya berdua" cavero mengusir arya secara halus
arya paham maksud cavero dan berpamitan pada tifany jika ia besok akan langsung terbang ke luar negeri dan kemungkinan arya tak akan pulang dalam waktu dekat ini
setelah arya pergi cavero mulai mengintrogasi tifany "katanya joging sama teman, tadi siapa? rasanya pernah lihat" cavero mengingat sesuatu namun sulit
Tifany menepuk lengan cavero "jangan mulai deh! Sana berangkat kerja tar pacarmu marah ngga dikasih duit" ledek tifany yang memang saat ini keduanya akrab
"maksud kamu apa?"
"tamu tak diundang dateng, urusin aja pacar mas nanti tantrum, kalau bisa ajak pergi sekalian aku butuh ketenangan" tifany berbicara pada cavero seolah tak ada orang lain dan mengabaikan keberedaan lidya yang sudah kebakaran jenggot
"heh tunggu!" lidya tak terima dengan ucapan tifany yang menyindirnya. Namun tangganya ditahan oleh cavero yang melerai lidya dan tifany
"sudahlah li, ayo ikut saja ke kantor jangan buat ribut disini!" cavero menarik tangan lidya dan mengajaknya masuk ke dalam mobil
Tifany mengintip dari jendela di kamarnya ingin melihat pertengkaran cavero dan lidya namun nyatanya ngga sesuai ekspektasi
"yah cemen banget gitu doang ngamuknya" tifany menutup tirai dikamarnya dan keluar mencari teman bergosipnya
Tentunya mba narti yang setia menemaninya di rumah saat siang. Karena saat sore mba narti pulang dan saat ini tifany sedang liburan semester dan les memasaknya sudah selesai
Sementara itu di kantor
Cavero mengajak lidya untuk masuk ke dalam ruangannya dan hal itu sudah biasa dilihat oleh karyawannya dan bukan rahasia umum lagi di kantor
Namun cavero mengancam akan memecat siapa saja yang berani bergosip tentangnya dan lidya
"kamu kenapa pagi-pagi ke rumah?" cavero duduk di sebelah lidya dan memegang tangan lidya agar tak lagi marah
"kenapa? Kamu udah mulai jatuh cinta pada istrimu itu dan kamu mau selingkuh hah!" lidya bersedekap dan memalingkan wajahnya dari cavero
"ini masih pagi loh li, please jangan marah-marah terus saya pusing" cavero lelah selalu membujuk lidya yang tak mau mengerti dan selalu mudah marah
"oh jadi aku bikin kamu pusing, jahat kamu ya cav! Aku pergi aja kalau gitu" lidya menenteng tasnya dan berdiri
Diikuti oleh cavero dibelakangnya "jadi mau pergi tanpa shopping nih?" cavero mencoba merayu lidya lagi
Lidya yang semula kesal menjadi berubah raut wajahnya "shopping, Bolehkah?" lidya tersenyum dan memegang lengan cavero dengan manja
"hm, ambilah ini belanja sepuasnya" cavero memberikan kartu kredit seperti biasa
"sayang, aku kan jadi makin cinta kalau begini. Inget ya jangan deket-dekat istrimu dan selingkuh dariku" lidya ingin mencium bibir cavero namun cavero menolak dan memalingkan wajahnya
"sudah sana keburu mall tutup!" ucap cavero dan melambaikan tangannya pada lidya
"hm, ya sudah kalau ngga mau dicium. Inget ya aku adalah penolongmu, jika tanpaku mungkin kamu sudah tidak bisa seperti ini" ucap lidya yang sering ia katakan pada cavero
Kata-kata yang cavero sudah sangat malas mendengarnya namun tak bisa ia ubah, itulah kenyataanya
"iya yang, hati-hati ya!" cavero membukakan pintu untuk lidya agar segera keluar
Lidya yang sudah mendapatkan apa yang dia mau dengan cepat melangkahkan kakinya keluar dari kantor cavero dan sudah ada yang menunggunya diluar
Cavero langsung badmood untuk kerja, dari pagi sudah membuatnya kesal namun pekerjaannya tak bisa menunggunya untuk bersantai, masih juga terfikirkan olehnya siapa pria yang bersama tifany pagi tadi