Semoga kisah nikah dadakan Atun Kumal dekil, dan Abdul kere menang judi 200 juta ini menghibur para readers sekalian...🥰🥰🥰
Happy reading....!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dayang Rindu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Rara
"Rumah tangga kita baru di mulai Mas. Aku tidak marah ataupun berencana untuk mengakhiri rumah tangga kita ini. Hanya saja, aku sedang takut menjadi istrimu." ucap Atun menatap mata Abdul dengan sungguh.
"Apa aku terlihat menakutkan Dek?" tanya Abdul pelan, seketika Atun menggeleng.
"Tidak kepadamu Mas, tapi dengan caramu. Aku takut karena kamu sudah mendapatkan uang yang banyak itu, lalu kamu main judi lagi, aku tidak mau kamu terlena dengan permainan haram itu. Aku tidak ingin kamu mengulanginya lagi hingga menciptakan kekacauan dalam rumah tangga kita, aku maunya rumah tangga kita ini utuh sampai ajal menjemput. Dan aku maunya kamu bekerja walaupun hasilnya tidak seberapa."
Sejenak keduanya terdiam sambil menyelami bola mata masing-masing.
"Tapi uang itu masih ada Dek, masak iya Mas buang." ucap Abdul masih di posisi yang sama, mengungkung dan menatap wajah Atun.
"Ya mau bagaimana lagi, aku pun sudah menikmatinya." jawab Atun mendesah pasrah, lalu melanjutkan lagi kata-katanya. "Yang terpenting kedepannya kita berusaha untuk menjadi orang yang lebih baik Mas. Apakah kamu mau?"
"Tentu saja, Aku sangat ingin menjadi suami yang baik buat kamu. Sebenarnya, aku sudah sejak lama mencari kerja, hanya saja tidak ada yang mau menerima aku. Aku juga tidak begitu sering main judi online, hanya sedang iseng dan kebetulan aku beruntung." jelas Abdul meyakinkan Atun.
"Bukannya orang-orang yang main begituan ketagihan setiap hari setiap ada duit gitu?" Atun menatap Abdul sedikit menyelidik.
"Ya, tapi aku tidak, buktinya semenjak sama kamu aku jarang pegang hp."
Atun nampak berpikir. Sepertinya memang betul yang di ucapkan suaminya. "Apa iya Abdul cuma iseng lalu menang?" gumamnya didalam hati, tentu saja masih ada rasa tak percaya.
"Dah lah, Aku juga sedang mencari kerja kok. Kamu jangan ngambek lagi ya. Mulai besok, Mas akan simpan uang itu jauh-jauh. Kita akan mulai semuanya seperti yang kamu mau. Asal, jangan ngambek lagi." Abdul membujuk Atun sambil mencubit pipi istrinya itu.
"Tadi aku dapet uang dikasih sama bulek Lilis." Atun merogoh kantong celananya, mengeluarkan uang dua puluh ribu rupiah upah mengupas bawang.
"Ya Allah Dek." Abdul memeluk Atun erat, dia terharu melihat istrinya mendapatkan uang dari mengupas bawang. Walaupun selama ini ia tahu Atun sering melakukan pekerjaan itu. Namun begitu berbeda setelah menjadi istrinya, hatinya terasa sedih.
Matahari mulai tenggelam di peluk kegelapan, warna jingga mulai terhapus seiring munculnya bulan yang redup menggantikan tugas sang mentari menyinari bumi. Kedua anak manusia yang lepas bertengkar itu kemudian larut dalam rindu, melepas rasa gelisah seiring bergantinya siang menjadi malam, melewati waktu begitu cepat hingga pagi menjemput hangat.
.......
Tok...tok...tok.
Atun keluar dari kamarnya dengan sedikit terburu-buru, ia berjalan sambil merapikan rambutnya yang basah belum sempat di sisir.
Tok...tok...tok...tok.
"Iya." ucap Atun sambil membuka pintu.
"Lama banget bukain pintu! Pegel tahu." gerutu Rara langsung masuk begitu saja melewati adiknya yang masih terkejut dengan kedatangannya.
"Tumben Mbak dateng ke sini, ada apa?" tanya Atun, ia jadi khawatir akan keadaan emaknya.
"Ya pastinya ada apa-apa lah Tun, ngapain juga aku pagi buta begini datang ke sini kalau tidak penting!" kesal Rara, sedikit meluruskan posisi kursi kayu yang akan ia duduki.
"Siapa yang datang Dek?"
Kedua wanita itu menoleh ke arah dapur, tampak Abdul baru saja selesai mandi. Pria itu memakai kaos oblong berwarna putih, namun bawahannya masih terlilit handuk, ia berjalan dengan sedikit mengibaskan rambutnya yang basah. Tentu saja itu membuat Rara melongo memperhatikannya.
"Mbak Rara Mas." jawab Atun, membuat pria itu menoleh.
"Oh, Pagi Ra!" ucapnya enteng, hanya sejenak saja berhenti kemudian masuk kedalam kamarnya.
"Ish, enggak sopan itu suamimu. Begini juga aku ini kakak iparnya." Rara mencebik.
"Mungkin belum terbiasa Mbak. Bukankah Mbak Rara sama Mas Abdul seumuran?" bela Atun, semakin membuat Rara kesal.
"Ya harusnya lebih sopan, masak...." Rara tak melanjutkan kata-katanya, ia tampak ragu.
Atun menatap kakak tertuanya itu dengan kening berkerut.
Sedangkan Rara kembali terpaku ketika suami Atun itu keluar dari kamarnya. Pria hitam manis berkumis tipis itu sudah berpakaian rapi, ia langsung menghampiri Atun dan duduk di sampingnya.
"Edyan...! Kok iya, si Abdul kere ini semakin keren saja setelah menikah dengan Atun." Hatinya menggerutu melihat kemesraan dua orang pengantin baru itu.
Sebenarnya tidak terlalu mencolok, mereka juga tidak sedang pamer kemesraan. Hanya saja terlihat dari cara dan tatapan keduanya yang teramat saling mencintai sehingga membuat orang melihatnya merasa iri.
"Ajeng mau menikah nanti malam." ucap Rara dengan wajah masam.
"Hah! Mbak Ajeng?" tanya Atun tidak percaya.
"Iya. Nanti malam jam Tujuh. Aku ngasih tahu kamu karena kamu itu masih ku anggap adikku." ketusnya, tanpa melirik Atun.
Sedangkan Atun malah terlihat bingung, bingung kenapa Ajeng menikah mendadak, bingung harus datang atau tidak. Atun menunduk dengan menautkan tangannya. Mendadak ia takut jika kedatangannya akan menyulut kemarahan emaknya.
"Apa sebaiknya aku tidak usah datang Mbak?" tanya Atun dengan nada sedih.
"Ya itu terserah kamu, yang penting aku sudah memberitahumu." Rara membetulkan posisi tali tas yang melorot di bahunya. Sepertinya ia tak akan berlama-lama di rumah adik iparnya itu.
"Kami akan datang Ra." ucap Abdul membuat Atun mendongak wajah suaminya.
"Tapi Mas?"
"Udah, nggak apa-apa. Lagian kan Ajeng itu kakakmu. Apa kamu tidak ingin mengetahui keadaan Ajeng, mengapa tiba-tiba menikah mendadak. Paling tidak kita tahu siapa suaminya." papar Abdul.
"Itu terserah kalian saja. Sahut Rara, lalu ia beranjak dari duduknya. "Aku pulang dulu." pamit Rara, ia merasa jengah melihat adiknya yang polos dan bodoh itu sedang menikmati keberuntungan karena bersuamikan Abdul.
"Iya, makasih sudah memberi tahu Ra." jawab Abdul mewakili istrinya.
Rara tersenyum tipis.
"Nasib.... Nasib. Kalau tahu dia bakalan menang slot dua ratus juta, aku yo mau-mau aja menikah dengan dia." gumam Rara dalam hati, ia merutuki masa-masa SMA-nya yang mengabaikan rasa suka dan cintanya kepada Abdul hanya karena dia miskin.
Rara berjalan gontai, sesekali ia menoleh rumah adik iparnya itu, sebelum akhirnya tak terlihat lagi, ia sudah memasuki jalan menuju rumah emaknya.
"Darimana saja kamu Ra?"
Suara yang tak asing bagi Rara itu membuyarkan ingatannya tentang masa lalu.
"Dari rumah Abdul Mas." jawabnya.
"Ngapain kamu ke rumah Abdul?" tanya Bima lagi, pria botak itu menatap penuh selidik.
"Ya ketemu Atunlah Mas." jawabnya, kemudian menyadari jika suaminya sedang curiga. Rara segera menggandeng pria tambun itu masuk ke dalam rumah emaknya.
Sesekali ia melirik Bima, hatinya sedang menyadari jika Bima sangatlah jelek, jauh sekali dari kata ganteng. Kepalanya botak, gendut, matanya sipit dengan kumis mirip ikan lele menghiasi kedua sudut bibirnya.
"Alamaaak..." lagi-lagi, Rara mendesah di dalam hati.
kasian tp mo ketawa, ketawa aja ahh
emak..emak cepet sembuh yah supaya bisa marah2 lg ..
dan kau Atun jgn plin plan gitu lah sama si Abdul..marah boleh tp logika jln terus../Shy//Shy/
seumur hidup itu terlalu lama untuk mendampingi org yg kecanduan judi ..sudah dihancurkan kenyataan jgn lah meninggikan harapan mu Tun 😌😌
Dibalik lelaki yg sukses ,ada wanita yg terkedjoet dibelakang nya..sukses dah si Abdul bikin kejutan buat emak nya sama kamu Tun..dan tunggu aja akan ada kejutan lain nya /Pooh-pooh//Pooh-pooh/
judul nya ganti Istri Ayahku ternyata Ibuku,dan Ayahku ternyata Laki Laki 🙀😿
orang kaya emang suka begitu, lagunya tengil..kek duit nya halal aja ( kasino warkop )