" saya menikahi kamu bukan karena cinta, jangan anggap pernikahan kita seperti pernikahan pada umumnya, saya hanya akan menafkahi lahir kamu tapi tidak akan pernah ada sentuhan bahkan lebih, jangan harap kamu akan menjadi istri yang saya cintai " ucapan Rafael yang begitu menyakitkan bagi seorang wanita bernama Kirana .
namun Kirana tetap berusaha menjadi istri yang baik meskipun tidak pernah di anggap sama sekali oleh sang suami .
Kirana terus berusaha agar suatu hari nanti akan ada secuil rasa dari Rafael untuk nya .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nanih sintawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
eps 15
Keesokan harinya ketika Kirana baru membukakan mata dari tidur lelapnya, ia menoleh ke arah jam dinding betapa kagetnya ia melihat waktu sudah menunjukan pukul 07:30 itu arti nya ia kesiangan .
Lantas ia berlari ke kamar mandi namun tak melihat ada sandal di bawah dan akhirnya ia terpeleset, lutut nya menabrak ujung dari lemari riasnya .
" aawww " rintih Kirana kesakitan dilihat lutut nya lebam dan berubah warna menjadi kehijauan saat di pegang itu terasa sakit .
" ini semua gara-gara keluarga nya si Rafael, pagi-pagi aku sudah kena sial " gerutu nya .
ia pun berjalan ke kamar mandi dengan terpincang-pincang, setelah mandi ia tidak sempat membuat sarapan karena kesiangan dan buru-buru berangkat kerja .
Saat di kantor Kirana pun masih berjalan terpincang-pincang, ia berjalan menuju ruang pantry dan mencari obat untuk luka lebamnya, karena persediaan obat untuk luka lebam di rumah nya sudah habis maka tadi ia belum sempat mengobati luka nya tersebut.
" kamu kenapa Kirana kok jalan nya pincang begitu ?" tanya Deai .
" tadi kaki ku tersandung terus jatuh jadinya lebam deh lutut nya " jawab Kirana .
" sudah di obatin ?" tanya Desi kembali .
" sudah barusan " jawab Kirana .
" semoga cepat sembuh ya " pungkas Desi .
" terima kasih " sahut Kirana .
Kirana pun memulai pekerjaan nya meskipun tanpa sarapan dahulu karena waktunya tidak sempat, ia hanya meminum segelas teh manis hangat agar badan nya tak terlalu lemas sampai nanti istirahat siang .
Tok ...
Tok ...
" silahkan masuk " ucap Rafael dari dalam ruangan nya .
" ma'af pak ini untuk jadwal hari ini, dan satu jam lagi kita akan ada meeting " ucap Kirana .
" oh ya, tolong buatkan saya kopi seperti biasa " pinta Rafael .
" baik pak saya akan buatkan, masih ada yang bisa saya bantu ?" tanya Kirana .
" tidak " jawab Rafael .
" kalau begitu saya permisi dahulu " pungkas Kirana sembari keluat dari ruangan Rafael .
Rafael memperhatikan cara berjalan Kirana hari ini sedikit pincang membuat nya penasaran ada apa dengan Kirana .
" kamu kenapa Kirana jalannya pincang begitu ?" tanya Rafael .
" tadi pagi kaki saya tersandung pak " jawab Kirana .
" makanya hati-hati kalau jalan " pungkas Rafael .
" ya pak " ucap Kirana sembari pergi dari ruangan Rafael .
ia pun pergi ke pantry untuk menyiapkan kopi pesanan Rafael setelah selesai Kirana meminta mang ujang yang mengantarkan nya karena ia takut gelas nya akan terjatuh .
" ma'af pak ini kopi nya tadi saya di suruh mba Kirana untuk membawakan nya kesini " ucap mang ujang menjelaskan takutnya Rafael marah seperti waktu itu karena kopi pesanan nya di buatkan oleh mang ujang .
" taruh saja di atas meja " pinta Rafael .
Mang ujang pun menyimpan gelas nya di atas meja dan ia kembali ke ruangan pantry, Kirana pun kembali bekerja di depan komputernya, satu jam berlalu saat nya ia meeting dengan klien di sebuah restoran .
Tok ...
Tok ...
" ma'af sekarang waktu nya meeting di restoran biasa " ucap Kirana .
Rafael pun merapihkan jasnya kemudian keluar dari ruangan nya di susul oleh Kirana dengan membawa beberapa berkas untuk meeting sekarang .
Sesampainya di dalam restoran ternyata klien sudah menunggu, Kirana pun mulai mempresentasikan materi yang sudah di persiapkan, sekarang giliran dari pihak klien satu jam sudah mereka beradu argumen perkara proyek yang akan mereka garap bersama dan pada akhirnya mereka mengatakan sepakat pada proyek ini .
" mungkin kita akan memulai proyek ini pada bulan depan, sementara saya akan menyurvei dulu lokasi nya, terima kasih atas kepercayaan pak Rafael kepada perusahaan kami " ucap Klien tersebut .
"iya sama-sama, semoga kita bisa bekerja sama demgan baik " sahut Rafael dan kemudian mereka berjabat tangan menandakan kesepakan pada meeting kali ini .
ketika akan meninggalkan restoran terdengar suara perut Kirana berbunyi, dari tadi ia menahan lapar yang amat sangat dan pada akhirnya ia pun tak bisa menahan nya sampai-sampai suara perut keroncongan nya terdengar oleh Rafael .
" krukk ... "
" krukk ..."
" kamu lapar ? Itu perut nya bunyi " tanya Rafael .
Kirana hanya mengangguk sembari menundukan kepala nya karena merasa malu terhadap Rafael .
" kamu makan dulu, saya pulang sendiri saja ke kantor, saya kasih istirahat lebih hari ini kepada kamu karena berkat kamu juga kita bisa mendapatkan proyek besar kali ini " ucap Rafael sembari memberikan sebuah kartu kredit kepada Kirana .
" dan saya yang traktir kali ini " pungkas nya sembari berjalan keluar dari restoran tersebut .
" aduhh, akhirnya bisa makan juga " gumam Kirana .
Ia pun memesan 2 menu makanan dan juga satu minuman, sangking lapar nya ia tak memperdulikan kondisi sekitar, banyak yang memperhatikan Kirana pada saat makan ada yang merespon dengan tertawa karena mungkin melihat gaya makan nya Kirana yang cepat ada juga yang mengekspresikan seperti jijik melihat nya tapi Kirana tak perduli itu semua, yang terpenting sekarang ia bisa makan puas .
" eeuuggghhh .. " suara sendawa Kirana langsung menutup mulutnya takut ada yang mendengar .
Setelah selesai makan siang nya Kirana pun kembali ke kantor, ketika sampai di kantor ia langsung keruangan Rafael untuk mengembalikan kartu kredit yang tadi di berikan kepada nya .
" terima kasih pak atas traktiran nya " ucap Kirana sembari menyimpan kartu tersebut di atas meja Rafael .
" iya sama-sama, lain kali kamu harus sarapan terlebih dahulu jangan sampai mengabaikan kesehatan, saya takut kalau kamu sakit nanti mempengaruhi perusahaan " ucap Rafael .
" baik pak " pungkas Kirana sembari berjalan keluar ruangan Rafael .
deghh ...
Ada perasaan senang di hati Kirana mendengar kata-kata yang di ucapkan oleh Rafael, meskipun keperdulian nya bukan secara pribadi ia sampaikan melainkan berkenaan dengan perusahaan, tapi untuk pertama kali nya Rafael memperdulikan kesehatan nya setelah 2 tahun ia bekerja .
" apakah pak Rafael sudah tahu kalau pak Jodi meminta aku jadi istri nya ?" tanya Kirana dalam hati .
" tapi jika ia tahu kenapa respon nya datar saja, atau mungkin dia tidak tau " gumam nya kembali .
waktu pun menunjukan pukul 5 sore saat nya pulang kerja, semua karyawan mengakhiri aktivitas nya dan bersiap-siap untuk pulang begitu pun dengan Kirana, ia tengah merapihkan berkas-berkas yang berserakan di atas meja nya, ketika akan pulang tiba-tiba mang ujang memanggil nya .
" mba Kirana " teriak mang ujang .
" ada apa mang ujang ?" tanya Kirana .
" tadi ada kurir nganterin paket katanya buat mba Kirana " ucap mang ujang sembari meyerahkan pekt tersebut .
" tapi saya tidak memesan paket apapun mang " bantah Kirana .
" ada nama mba Kirana di paket nya, terima saja mba " pungkas mang ujang .
" ya sudah kalau begitu, terima kasih mang ujang " ucap Kirana .
Ponsel Kirana tiba-tiba berdering ketika di lihat ternyata ada pesan masuk dan itu dari pak Rudi .
" mba Kirana saya sudah kirimkan pakaian untuk di pakai mba Kirana nanti malam, sesuai dengan perintah pak Jodi, saya harap mba Kirana berkenan memakainya " isi pesan yang dikirim oleh pak Rudi .
Kirana hanya menggelengkan kepala nya, ia tak mengerti dengan jalan pikiran pak Jodi tersebut, kenapa ia repot-repot segala sampai mengirimkan sebuah gaun untuk ia kenakan lengkap dengan heels nya .
Tanpa pikir panjang ketika sampai di kontrakan nya Kirana langsung membuka paket tersebut, gaun berwarna hitam nan elegan begitupun heels nya dengan warna senada .
" 15 juta " ia langsung syok melihat harga yang masih tergantung di gaun nya tersebut .
" Ya Tuhan pak, seistimewa apa saya sampai-sampai bapak ngirimin saya gaun seharga sepeda motor, saya hanya orang susah pak " gerutu nya dalam hati .
Bukan nya senang mendapatkan gaun mahal namun Kirana malah terkulai lemas, ia mulai merasa takut dengan kebaikan yang di terima nya dari keluarga Rafael .