“Aku menghamilinya, Arini. Nuri hamil. Maaf aku selingkuh dengannya. Aku harus menikahinya, Rin. Aku minta kamu tanda tangani surat persetujuan ini.”
Bak tersambar petir di siang hari. Tubuh Arini menegang setelah mendengar pengakuan dari Heru, suaminya, kalau suaminya selingkuh, dan selingkuhannya sedang hamil. Terlebih selingkuhannya adalah sahabatnya.
"Oke, aku kabulkan!"
Dengan perasaan hancur Arini menandatangani surat persetujuan suaminya menikah lagi.
Selang dua hari suaminya menikahi Nuri. Arini dengan anggunnya datang ke pesta pernikahan Suaminya. Namun, ia tak sendiri. Ia bersama Raka, sahabatnya yang tak lain pemilik perusahaan di mana Suami Arini bekerja.
"Kenapa kamu datang ke sini dengan Pak Raka? Apa maksud dari semua ini?" tanya Heru.
"Masalah? Kamu saja bisa begini, kenapa aku tidak? Ingat kamu yang memulainya, Mas!" jawabnya dengan sinis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Belas
Arini sudah tertidur pulas, sedangkan Raka dia masih belum bisa memejamkan matanya. Ia menatap Arini yang tidur dengan begitu damai, meski banyak sekali masalah yang menimpa hidupnya saat ini. Raka beranjak dari tempat tidurnya, ia pindah posisi ke samping Arini. Raka duduk di sebalah Arini dan mengusap kepalanya.
“Aku kejam ya, Rin? Harusnya kamu bahagia dengan aku, harusnya kita bahagia dari dulu, Rin. Aku bodoh sudah menolak kamu waktu dulu. Aku terlalu memuja perempuan karena fisiknya, karena cantik, body seksi, dan kamu tahu Asti dari dulu penampilannya sudah seperti apa. Dia cewek tersegalanya di kelas. Dia yang fashionable, kamu yang cuek dengan penampilan karena kamu cupu, hingga kamu dengannya bagai langit dan bumi. Tapi aku sayang banget sama kamu, Rin. Aku sudah anggap kamu lebih dari sahabat, aku sayang kamu, Arini.”
Raka berkata lirih di depan Arini. Ia menyesal kenapa dulu dia memandang Arini sebelah mata hanya karena penampilan Arini yang sedikit cupu dengan kacamata tebal dan apa adanya sekali penampilannya. Namun, ia tetap sayang dengan Arini, melindungi Arini jika Arini dibully oleh siswa lain karena penampilannya. Ia tetap menjadikan Arini sahabat terbaiknya, bahkan lebih dari itu. Arini sudah ia anggap sebagai saudara, pendengar yang baik, karena Arini sangat dewasa pemikirannya dari dulu.
“Rin, boleh tidak aku menggatikan Heru di hatimu? Aku jatuh cinta padamu, Rin. Aku sayang kamu. Bolehkah aku memilikimu, Rin?” ucap Raka lirih.
Raka merebahkan dirinya di samping Arini, lalu memeluk Arini dan mengecup kening Arini dengan sayang. Sebetulnya Arini tadi sedikit terbangun, baru mau membuka matanya ia mendengar Raka bangun dan berpindah posisi, lalu mendengar Raka bicara seperti itu di depanya. Hati perempuan mana yang tak menghangat mendengar ungkapan cinta yang begitu tulus dari seseorang yang dulu sempat dicintainya sebelum bertemu dengan Heru.
Arini merasa nyaman di pelukan Raka. Ia membiarkan Raka memeluknya erat, ia tidak peduli saat statusnya saat ini yang masih menjadi seorang istri dari Heru. Arini malah membalas pelukan Raka dengan erat, dan menenggelamkan wajahnya di dada Raka.
“Raka ....”
“Iya, kamu bangun Rin?”
“Ka, bantu aku untuk melupakan cintaku pada Heru. Aku mungkin salah seperti ini, tapi aku sakit, Ka,” ucap Arini dengan suara bergetar dan memeluk Raka dengan erat.
Raka meregangkan dekapannya pada Arini. Ia menatap wajah Arini yang juga sedang menatapnya dengan air mata yang mengalir di pelupuk matanya. Raka mengusap air mata Arini dengan ibu jarinya, lalu mengecup kelopak mata Arini.
“Lakukan apa pun yang membuat kamu bahagia, Rin. Aku di sini, aku selalu ada untukmu. Aku janji itu. Beri aku kesempatan kedua, untuk bisa memilikimu, menjagamu, dan mencintaimu, Rin,” ucap Raka.
“Aku belum memikirkan hal yang terlalu berlebihan dan jauh, Ka. Aku hanya butuh kamu, butuh seseorang untuk mendamaikan keadaanku.”
“Aku paham, dan aku akan selalu ada untukmu. Aku sayang kamu, Rin. Aku jatuh cinta denganmu, izinkan aku mencintaimu, meski aku tahu cintamu yang dulu sudah tergantikan oleh cintamu pada Heru.”
“Kamu boleh mencintaiku, Ka. Tidak ada larangan untuk mencintai seseorang, akan tetapi kamu harus paham, perempuan yang kamu cintai ini sedang terluka hatinya karena seseorang yang sangat dicintainya. Jadi bantu aku untuk menyembuhkan lukaku, Ka.”
“Aku akan bantu kamu, aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku lagi, Rin. Aku yakin itu,” ucap Raka dengan sungguh-sungguh.
Arini mengangguk lalu kembali menatap wajah Raka. Raka kembali mencium kening Arini, setalahnya, ia usap bibir Arini dengan lembut dan mendekatkan wajahnya untuk mengecup bibir Arini. Arini memejamkan matanya, entah kenapa dia bisa terbawa suasana seperti itu malam ini.
Raka malah berhenti, dan menatap wajah Arini yang sudah pasrah untuk dikecup bibirnya.
“Boleh, Rin?” tanya Raka.
Arini sontak membuka matanya, ia malu karena ia terlalu pasrah dengan keadaan sekarang.
“Boleh apa, Ka?”
“Cium bibir kamu.”
Arini mengangguk pelan, tak ada keraguan dalam hatinya. Ia sudah terlanjur kecewa dengan Heru. Ia tidak peduli kalau dirinya dicap wanita murahan sekalipun. Rasanya ingin sekali membalas Heru dengan ia berselingkuh dengan Raka.
Perlahan Raka mendekatkan wajahnya pada wajah Arini. Desah napas mereka terasa hangat, tanpa ragu Raka melahap habis bibir Arini, dan dibalas dengan lembut oleh Arini. Tak peduli di sebelah Arini ada Juna, mereka terus menautkan bibirnnya hingga pasokan oksigen semakin berkurang. Raka menindih tubuh Arini, dan beralih mengecupi leher janjang Arini, desah napas Arini mulai memburu, meloloskan desahan lembut dari bibirnya.
“Aku gak sanggup gini, Rin. Bisa-bisa aku telanjangi kamu malam ini juga. Aku keluar dulu, Rin. Aku cinta kamu, tapi aku gak mau menambah luka di hatimu, jadi lebih baik aku lakukan sendiri,” ucap Raka dengan napas memburu dan wajah yang terlihat sangat bergairah, karena sedang menahan hasratnya pada Arini.
Arini tertawa kecil dan menggelengkan kepalannya. Ia tahu Raka sudah sangat berhasrat pada dirinya, dirinya pun juga merasakan begitu. Apalagi selama Heru dengan Nuri, Arini sudah tidak pernah disentuhnya lagi. Jadi ia rindu sentuhan hangat laki-laki.
“Kamu yakin mau menuntaskan sendiri?” tanya Arini dengan menahan tangan Raka yang akan beranjak dari tempat tidurnya.
“Jangan menggodaku, Sayang. Bisa habis kamu malam ini, kalau kamu begini? Kamu mau aku bikinkan adik untuk Juna?”
“Raka, aku ini mandul,” ucap Arini dengan mata berkaca-kaca.
“Kita sama, Sayang? Tapi apa salahnya kita mencoba, kali saja jadi, kan? Jangan dipikirkan kata-kata itu, sudah aku ke kamar mandi, mau nuntasin. Temani Juna, aku mau tidur di kamar saja, di sini bahaya, bisa-bisaku imanku tumbang karena si Imron meronta!” ucap Raka yang membuat Arini terkekeh.
“Yakin mau main solo?”
“Memang kamu mau duel sama aku? Ayok ke kamarku!”
“Enggak, ah! Nanti keterusan payah, sabar ya? Tunggu aku selsaikan semuanya dengan Heru.”
“Aku akan menunggumu, aku akan bantu apa pun untuk kamu. Sudah aku keluar. I love you.” Raka mengecup kilas bibir Arini, lalu buru-buru dia keluar dari kamar Juna.
Arini menatap Raka dengan tatapan sendu. Hatinya kembali dilema, ia merasa sudah mengkhianati cintanya pada Heru, akan tetapi di sisi lain, Heru lah yang mulai lebih dulu mengkhianati cintanya.
“Apa aku salah merasakan hal seperti ini dari laki-laki lain? Apa aku harus membalasnya dengan aku selingkuh juga dengan Raka?” batin Arini.
Arini memeluk Juna. Ia mencoba menenangkan hatinya. Entah kenapa Juna selalu membuat hatinya tenang. Bocah kecil yang tidak berdosa itu bisa membuat dirinya melupakan rasa sakit yang Heru torehkan di hatinya. “Tante sayang sama kamu, Nak.”
si Nuri ini menjijikkan banget. sana sini mau....
mudah mudahan kena penyakit mematikan....