Trauma masih saja datang menghampirinya, bahkan ini sudah 7 tahun yang lalu Sihyun masih belum bisa melupakan kejadian mengerikan yang terjadi pada dirinya saat itu.
Sesekali dia ingin melakukan cara untuk balas dendam namun tak tahu cara memulainya. ketika suatu hari dia mengetahui bahwa bos di perusahaannya adalah suami temannya. Terlintas dalam pikiran Sihyun untuk melakukan balas dendam lewat suami temannya.
Bagaimana kisahnya....?
Simak saja langsung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NurmaMuezzaKhan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 Deg
"Shhhttt.." Jiyun meringis saat Taejun sedang mengobati luka di telapak tangannya. Luka Jiyun cukup dalam karena pecahan kaca menancap dalam tangannya.
"Fyuuuh.." Taejun meniup pelan telapak tangan Jiyun agar tak semakin perih. "Apakah masih sakit?"
Jiyun mengangguk pelan. "Ya, perih sekali. Padahal tadi tidak terasa apapun."
"Lain kali hati-hati, jangan ceroboh!"
Jiyun menatap wajah suaminya, dia penasaran ingin tahu siapa wanita malam itu. "Sayang...?"
"Hm, ya?" Jawabnya tanpa menoleh dan fokus mengobati tangan Jiyun.
"Siapa wanita yang bersamamu malam itu?" Tanya Jiyun dengan wajah penasarannya.
Deg.
Seketika Taejun langsung mematung terkejut mendengar pertanyaan Jiyun. Taejun berpikir sejenak untuk memberikan jawaban yang pas untuk pertanyaan sang isteri.
"W-wanita? Kapan?" Tanyanya dengan gugup.
"Saat aku meneleponmu malam-malam, aku mendengat suara wanita dan setelah itu ponselmu mati tak bisa di hubungi."
Saat itu juga Taejun langsung teringat akan kejadian dimana dia pulang bersama Sihyun. "Ah, saat itu aku berhenti sejenak dan keluar mobil untuk ke minimarket, aku merasa haus dab berniat untuk membeli minuman. Dan di belakangku ada seorang wanita yang sedang berjalan dalam keadaan mabuk lalu tiba-tiba menabrakku." Ucap Taejun menjelaskan panjang lebar.
"Hm... Begitu, kukira kamu sedang berada di mobil bersama dengan seorang wanita, aku pulang kesini karena takut jika kau benar-benar berselingkuh." Gumamnya yang masih terdengar.
Taejun mengusap pelan pipi Jiyun dan menyelipkan rambutnya ke belakang. "Untuk apa aku berselingkuh, hum? Bagiku kau sudah cukup, sayang."
"Apa ini sudah selesai? Aku ingin tidur dulu sejenak, cape." Ucapnya dengan mata yang sudah mengantuk.
"Sudah, kau tidur saja disana. Ruanganku ada tempat untuk beristirahat, tidurlah disana."
Cup.
"Baiklah, aku tidur dulu, bye sayang." Mengecup bibir Taejun sekilas.
Jiyun melangkahkan kakinya untuk masuk ke ruangan lain untuk beristirahat. Taejun menatap punggung Jiyun yang semakin jauh.
"Huft..." Menghela nafasnya. "Hampir saja aku kebingungan, bagaimana jika tadi aku salah bicara." Gumamnya.
Tiba-tiba tangan Taejun menyentuh bibirnya. "Ciuman yang kulakukan dengan Jiyun terasa sangat berbeda dengan yang kulakukan tadi dengan manajer Kim. Ah, sial.. Kenapa kami tadi jadi berciuman sih." Gumam Taejun dengan wajah yang nampak bingung.
Meski dirinya menyadari kesalahan atas ciumannya tadi dengan Sihyun, namun Taejun tak berbohong kalau dirinya menginginkan kembali ciuman itu.
"Ngomong-ngomong, sepertinya aku harus menjenguknya lagi nanti, aku kan walinya? Ya, benar.. Aku bertanggung jawab sebagai walinya."
*****
Di tempat lain.
"Nona Kim Sihyun, usahakan anda jangan banyak bergerak dulu, ya."
"Baik, suster."
Sihyun telah menyelesaikan operasinya dengan lancar, kini dia kembali lagi ke ruangan VIP nya untuk masa pemulihan.
Ting!
Satu pesan masuk ke ponsel Sihyun, dia pun dengan cepat langsung membuka isi pesan tersebut dan membacanya. "Sihyun... Susah payah aku menemukan nomermu, kau dimana sekarang? Ayah ada di luar rumahmu."
Deg.
Sihyun membaca pesan tersebut dengan tangannya yang gemetar dan langsung mematung seketika.
"I-ini... Bagaimana bisa orang ini tahu nomerku dan juga tempat persembunyianku?" Gumamnya dengan ekspresi ketakutan.
Drrrrttt.. Drrrrtttt..
Tuk!
Sihyun menjatuhkan ponselnya saat ada telepon masuk, dia langsung panik dan tak berani mengangkat teleponnya.
Drrrrttt.. Drrrtttt..
Ponsel tersebut berdering kembali, Sihyun mencoba menyipitkan matanya untuk melihat ponselnya. "Eh... J-jiho??"
"Hallo...?" Mengangkat telepon dengan cepat.
[....]
"Ah, kau sudah sampai di bandara? Maaf, sepertinya aku tidak bisa menjeputmu, aku habis operasi."
[....]
"Rumah sakit Jeon hospital."
[....]
"Apa? Tidak us--
Tuttt... Tuttt... Tuttt...
To be continue.