Cerita romansa mantan kekasih yang masih terhubung meski hubungan keduanya telah kandas. Akankah kebersamaan mereka sejalan atau hanya kenangan? Akankah berakhir di pernikahan atau datang sebagai tamu undangan?
Inilah cerita tentang kisah klise Regan dan Nahla. Dua manusia yang dipertemukan di bumi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itsmeriseee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jujur
Nahla melihat Ayra seperti sedang ada masalah. Untuk yang belum tahu, teman Nahla yang bernama Ayrasme Gefanda ini merupakan seorang Beauty dan Lifestyle Vlogger dengan pengikut dua juta lebih. Ayra juga selebgram yang cukup terkenal di kalangan anak remaja.
Menunggu acara dimulai. Para peserta duduk di atas tanah membentuk lingkaran. Susana berubah menjadi hening dengan cuaca yang bersahabat. Ada banyak daftar kegiatan yang dibacakan oleh pembawa acara malam ini. Semuanya untuk bersenang-senang dan mengakrabkan diri satu sama lain. Dimulai dari unjuk kemampuan, games seru dan hukuman untuk yang kalah dalam permainan.
Namun sepertinya nasib baik tidak menghampiri Nahla yang mendapat hukuman bersama peserta lainnya. Mereka maju berlima membuat orang berseru senang. Terutama Ayra dan Zoya.
"Kasih hukuman apa enaknya?" Tanya pembawa acara bertanya pada peserta.
"Ceritain kenapa lo putus sama mantan lo yang terakhir!" Pekik seorang peserta di sambut teriakan membuat suasana heboh seketika. Namun, hanya Nahla yang diam mendengar pertanyaan tersebut sambil menatap Regan yang duduk di antara panita.
Meski jauh Nahla melihat Regan seolah mempersilahkan Nahla jika ingin membahasnya.
"Oke, dimulai dari yang pertama. Perkenalan lalu ceritakan." Pembawa acara memberikan mic pada Nahla.
Nahla menerimanya, menarik nafas lalu menghembuskan pelan. "Nama Nahla, jurusan psikolog. Kenapa putus? Gue juga nggak tau kenapa." Nahla tersenyum bergetar membuat semua peserta bersedih. "Gue pacaran sama dia lumayan lama. Kemudian dia pindah sekolah dan hubungan kita mulai renggang. Awalnya gue fikir baik-baik aja sampai akhirnya dia telpon dan mengakhiri semuanya. Nggak ada alasan. Gue bilang, ya udah. Dua bulan kemudian gue lihat dia merayakan hari jadi bersama pacarnya yang ke lima bulan."
Di kejauhan, Regan duduk dengan tangan terlipat menatap Nahla lekat. Mendengarkan perempuan itu berbicara di hadapan orang banyak. Regan ingat kejadian tersebut. Ketika ia terpesona dengan sosok Aruna disaat masih menjalin hubungan bersama Nahla. Regan diharuskan memilih, ia tidak ingin Nahla kecewa saat tahu dirinya diselingkuhin.
"Cowok bangsat itu namanya," Ujar Akalanka yang duduk di samping Regan. Spontan Regan menoleh membuat Akalanka menatap bingung. "Apa? Merasa bangsat?"
Regan diam lama namun akhirnya berkata. "Gue."
"Apa? Bangsat?" Akalanka mengerutkan kening.
"Cowok yang diceritakan perempuan itu. Gue."
Seketika Akalanka diam. Bukan hanya Akalanka melainkan Alister dan Kananta yang duduk berdekatan tidak bergerak sama sekali. Ke-empat lelaki itu duduk sejajar di kursi lipat kini menatap Regan kaget tidak percaya. Suasana di sekitar mereka tiba-tiba tidak bergeming.
"Anjir?" Tanya Alister menggunakan bahasa Jawa memastikan sekaligus memecah keheningan.
"Em." Regan mengangguk sekali dan kembali menghadap depan.
"Dia cewek yang sama lo tadi kan?" Alister memastikan. Regan mengangguk. "Anjing. Gue tebak, lo jadian sama Aruna disaat lo belum putus sama dia."
"Em."
"Waww," Alister menutup mulut menggeleng. "Ini teman seperjuangan gue,"
Regan tidak perduli lagi percakapan temannya yang membahas sosok Nahla. Telinganya seakan di tutup rapat, matanya hanya fokus menatap Nahla dari kejauhan. Kenapa rasanya sesak sekali di keramaian seperti ini.
Regan memilih pergi meninggalkan acara. Mencari udara segar dengan menghidupkan sebatang rokok. Kekacauan terjadi membuat dirinya sulit mengontrol diri.
"Aku nggak izinin kamu ngerokok," Suara lembut Aruna membuat Regan berbalik badan. Membuang rokoknya ke tanah. "Ada apa?" Aruna berjalan mendekat.
"Nggak, lagi cari udara segar aja. Kamu ngapain?"
"Ambil berkas di tenda." Aruna mengamati tingkah Regan yang tidak seperti biasanya. "Kamu terganggu?"
"Em?"
"Sama Nahla. Aku nggak pernah maksa kamu, kalau kamu ingin kembali, aku persilahkan. Aku tahu ada yang belum selesai di masa lalu kamu." Aruna tersenyum.
Regan diam lalu berkata. "Aku nggak suka kamu ngomong gini,"
"Regan—"
"Kita pernah bahas ini, aku nggak suka berantem karena hal sekecil apapun sama kamu." Ujar Regan memotong ucapan Aruna. "Aku sama Nahla nggak ada apa-apa lagi,"
Aruna tersenyum.
"Aku sayang sama kamu," Regan berjalan mendekat, membawa tubuh Aruna ke pelukkan. "Aku nggak suka berantem sama kamu,"
Aruna mengangguk, melingkarkan tangannya di pinggang Regan. "Untuk aku, mencintai itu nggak harus memiliki."
"Tapi kamu sudah milik aku." Regan membingkai wajah Aruna dengan telapak tangannya. Mencium kening Aruna singkat. "Kita jadi tunangan bulan depan, kan?"
Aruna mengangguk tersenyum. Regan mengecup bibir Aruna sekilas. "I love you," Bisik Regan.
"Love you to,"
Kali ini kecupan lembut Aruna rasakan di bibirnya. Menutup kedua mata menikmati sentuhan yang diberikan. Regan memeluk tubuh Aruna erat.
"Aw," Ringisan kecil membuat tautan bibir keduanya terlepas melihat ke sumber suara.
Aruna segera berlari melihat seseorang yang terjatuh tersandung ranting pohon. "Nggak papa?" Aruna membatu berdiri yang ternyata orang tersebut adalah Nahla. "Nahla?"
"Gue mau pipis, nggak tahan jadi kesandung terus jatuh," Nahla mengambil satu langkah mundur ke belakang. "Permisi,"
"Tunggu," Aruna menahan tangan Nahla. "Nggak baik sendirian. Regan temenin lo," Kata Aruna membuat Nahla menggeleng kuat.
Regan berjalan santai mendekati keduanya.
"Kamu temenin Nahla buang air kecil, ya. Aku mau urusin peserta dulu," Aruna meminta tolong. Regan mengangguk pelan. "Sama Regan aja," Aruna pergi setelah berpamitan pada Regan.
Nahla dan Regan saling melempar pandangan, kemudian Nahla memilih untuk mengalah dan berjalan meninggalkan. Regan mengikuti dari belakang, menerangi langkah Nahla menggunakan senter handphone menuju sungai kecil.
"Jangan lari nanti jatuh lagi," Regan mengambil langkah lebar mengimbangi Nahla. "Na?" Panggilnya. "Nahla,"
Langkah Nahla terhenti, berbalik menatap Regan. "Lo boleh kembali, gue bisa sendiri,"
"Bahaya sendirian,"
"Gue mau sendiri." Kata Nahla menekan kalimatnya membuat Regan terteguh. "Gue nggak butuh bantun lo."
"Lo kenapa, sih?" Regan berhenti tepat di hadapan Nahla. "Gue hanya berbuat baik,"
"Berhenti berbuat baik." Nahla mengepalkan tangannya dengan mata berkaca-kaca.
"Lo punya masalah apa sama gue? Gue hanya mau kita berteman, apa salahnya?"
"Salah." Jawab Nahla mantap. "Mungkin bagi lo semuanya baik-baik aja, nggak buat gue. Berhenti bersikap seolah lo pacar gue."
"Na—" Regan mengambil satu langkah mendekat namun Nahla dengan cepat mengambil satu langkah ke belakang. Kalimat Regan menggantung melihat air mata Nahla jatuh. Tanpa di kontrol, tubuh Regan beraksi dengan tangan mengepal.
"Nggak mudah buat gue melalui semua ini. Bukan kemauan gue buat kuliah disini. Gue juga nggak paham kenapa gue ke terima disini dari sekian universitas yang gue tuju. Gue bukan ngikutin lo ataupun sengaja pengen dekat lagi sama lo," Nahla sesak sekali rasanya. "Bisa nggak untuk tetap diam? Jangan dekat karena itu buat gue sakit."
"Gue nggak bermaksud sakitin lo, Na." Regan mematikan senter handphone miliknya. "Lo salah paham,"
"Stop Regan!" Nahla menggebu. "Kalau lo nggak mau sakitin gue, tandanya lo harus terus berpura-pura nggak kenal dan menjauh dari hidup gue mulai sekarang."
Regan diam tidak setuju. "Lo bukan anak kecil lagi, Na. Lo harus bisa menghadapi kondisi dan situasi di hadapan lo saat ini. Lo masih marah sama masa lalu, ok gue terima dan gue berusaha buat menebus kesalahan gue dengan bersikap baik sama lo. Apa salah gue?"
"Salah karena lo semakin buat gue bergantung seperti dulu. Perasaan gue, hidup gue dan semua hal yang mungkin udah lo lupain masih membekas di kehidupan gue!" Nahla menghapus air matanya. "Gue bukan lo yang dengan mudahnya menerima orang baru."
Regan terdiam lama membiarkan Nahla mengatur pernapasannya.
"Gue capek, Regan. Tolong berhenti."
"Lo masih suka sama gue, Na?" Tanya Regan pelan.
Nahla bungkam. Menatap lelaki tersebut di kegelapan. "Em. Sampai detik ini pun perasaan gue masih sama dan nggak ada yang berubah."
Sesakit itu ternyata. Ketika kenyataan tidak sesuai harapan. Nahla ingin berhenti, namun tidak menemukan jalan keluar.
ceritain aja ttg persiapan pernikahan mereka serta ujian² nya/Good/
Bikin penasaran aja
Giliran up paling cuma 2 bab doang, eehh vakum lagi 2 bulan 🤭🤭