Mita Diandra Putri adalah gadis berusia 19 tahun, seorang anak tunggal yang terkenal cerdas dan berprestasi. Dia juga terlahir dari orang tua yang kaya raya, namun dia terlalu larut dalam pergaulan bebas yang pada akhirnya ia terpaksa harus menikah diusia muda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mvin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Setelah makan malam, Mita memutuskan untuk pergi ke kamar dan beristirahat. Hari ini terasa begitu melelahkan untuknya. Sedangkan Raka masih menyelesaikan pekerjaannya yang belum sempat di selesaikan tadi sore. Raka memilih menyelesaikan pekerjaannya di sofa ruang tamu. Sesekali ia melihat ke arah jam dan kembali sibuk dengan tabnya. Ia ingin sekali menyusul Mita ke kamar, namun pekerjaannya harus di selesaikan malam ini karena besok pagi ia harus kembali rapat dengan pemegang saham. Waktu sudah menunjukan tengah malam, begitu pun dengan Raka yang telah menyelesaikan pekerjaannya. Ia menaruh tabnya di meja dan segera beranjak untuk menemui Mita. Namun tiba-tiba dering telponnya berbunyi dan yang menelponnya adalah bunda.
" Assalamualaikum bund, bunda baik-baik aja kan? Tumben telponnya malam-malam".
" Waalaikumussalam nak Raka, Syukurlah kamu mengangkat telpon bunda. Bunda sama ayah baik-baik aja nak, bunda tiba-tiba kepikiran Mita. Dari sore bunda telpon ga di angkat-angkat. Apa Mita baik-baik aja nak? ".
" Mita baik-baik aja ko bund. Mungkin Mita belum lihat hp dan sekarang sepertinya sudah ke alam mimpi bund. Maaf ya bund kita belum sempet nemuin bunda sama ayah".
" Oh syukur lah kalau Mita baik-baik aja, Iya nak gapapa bunda juga minta maaf karena belum bisa ke sana, soalnya kemarin juga ayah baru pulang dari luar kota. Rencananya bunda mau ke rumah nak Raka minggu ini bisa kan nak? Bunda kangen sekali sama Mita".
" Boleh banget bund, nanti Raka siapkan kamar untuk ayah dan bunda menginap".
" Terimakasih banyak ya nak Raka, maaf bunda telpon malam-malam begini".
" Iya gapapa bund. Kebetulan Raka juga ada pekerjaan yang belum selesai".
" Ya sudah nak selamat istirahat ya, salam untuk Mita".
" Siap bund".
Raka bergegas menuju lantai atas, ia masuk ke kamarnya namun tak menemukan Mita. Akhirnya Raka pergi ke kamar yang berada di samping, dan benar saja Mita sudah tertidur di ranjang kamarnya.
" Kenapa tidur disini lagi si Ta". Raka bergumam dan menggoyangkan badan Mita namun Mita tetap tidak bergerak sama sekali. Akhirnya Raka menggendong Mita ke kamarnya. Sampai di kamar Raka, tak sengaja Raka melihat pergelangan tangan Mita yang merah lebam. "Benar, Mita hari ini begitu aneh dan kenapa tangan kamu Ta? Apa yang sudah terjadi? Besok aku harus tanya Mita". Batin Raka yang masih di penuhi banyak pertanyaan. Raka mencium kening Mita, lalu ia mengelus lembut pipi kenyal Mita. Dan kemudian Raka beralih mencium bibir ranum Mita. Melihat tak ada pergerakan dari Mita Raka pun berniat mengulangi aksinya tadi sore. Ia melepaskan satu persatu kancing baju tidur Mita dan terjadilah hal-hal yang di inginkan.
"Aaaa mas Rakaa". Mita begitu syok saat ia menyadari jika baju yang dipakainya semalam sudah berceceran di lantai dan saat ini ia tak memakai sehelai benangpun. Hanya selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Sedangkan Raka yang sedang berada di kamar mandi hanya tersenyum-senyum puas tanpa rasa bersalah.
"Kenapa aku bisa tidur di sini ? Aaah mas Raka badanku pegel-pegel sekali mana sakit lagi". Badannya terasa remuk dan Mita merasakan perih di bagian keintimannya. Kemarin memang pertama kalinya untuk Mita, semua yang diucapkan Mita sebelum menikah hanyalah alasan agar Raka tidak menikahinya. Namun Mita juga tidak menyangka jika Raka tidak keberatan dengan alasan itu. Kejadian cek in hotel bersama Adit hanyalah sebuah kesalah pahaman saja. Waktu itu saat pulang dari club Adit mabuk berat dan Mita yang tidak tahu alamat Adit membawanya ke hotel atas namanya dan setelah itu tidak terjadi apa-apa. Karena Mita tidak berani untuk pulang ke rumah, jadi Mita memutuskan untuk menginap di rumah Tasya.
Raka telah selesai dengan kegiatan mandinya, seperti biasa ia hanya melilitkan handuknya untuk menutupi bagian bawahnya saja. Otot-otot yang lumayan kekar dengan bagian perut yang hampir seperti roti sobek terpampang jelas terlihat oleh Mita yang sedang membulatkan bola matanya.
" Kenapa Ta? Ko matanya melotot gitu?". Raka tersenyum puas melihat Mita yang menutupi tubuhnya dengan selimut dan hanya menyisakan kepalanya saja.
" Mas pokoknya harus tanggung jawab".
" Kamu tenang aja Ta, kalau kamu hamil mas pasti tanggung jawab ko lagian kan kita suami istri".
" Bukan itu maksudnya". Mita memicingkan matanya dengan bibirnya yang ikut maju lima centi.
"Terus tanggung jawab apa? ".
" Badan ku pegel semua, dan.. Perih". Raka sepertinya mengerti apa maksud Mita dia yang hendak mengambil baju di lemari mengurungkannya. Dan lebih memilih duduk di samping Mita.
" Mas Mita maaf ya Ta, mas ga tau kalau ini yang pertama utuk kamu. Dan juga mas mau ngucapin terimakasih karena mas sudah di izinkan memenuhi kewajiban mas sebagai seorang suami". Mita yang mendengarnya hanya tersipu malu namun ia segera merubah ekspresinya karena tidak ingin Raka tau jika ia cukup bahagia dimiliki Raka.
" Mas kenapa jadi formal gitu sih? Kan aku yang minta duluan tapiii lain kali bilang dulu".
" Haha maaf ya Ta, mas ga tahan liat kamu tidur pulas gitu. Oh ya mas liat tangan kamu merah lebam kenapa Ta?
" A.. Ku ga papa ko mas ini bukan apa-apa ". Mita hanya menunduk tak ingin bercerita kepada Raka. Mita takut Raka akan menertawakannya karena salah memilih laki-laki.
" Beneran? ".
" Beneran mas. Oh ya mas, aku izin ga ke kampus ya mau istirahat aja".
" Ya sudah nanti mas yang minta izin ke kampus kamu. Dan hari ini juga ada art baru buat bantu-bantu kita disini".
" Aah syukurlah, Ga cape lagi nyapu dan ngepel. Tapi nanti tidurnya dimana? ". Selama ini Mita dan Raka selalu berbagi tugas menyelesaikan pekerjaan rumah. Dan Mita yang hanya bisa menyapu dan mengepel jadi itulah bagian Mita.
" Mas sudah siapkan di kamar belakang samping dapur, sayang kalau dijadikan gudang mending untuk kamar art. Ya udah ayo mas bantu kamu ke kamar mandi". Raka hendak membuka selimut yang menutupi tubuh Mita, namun segera di halang oleh Mita.
" Ngga usah, aku bisa sendiri nanti yang ada malah kejadian lagi".
" Mita..Mita kamu lucu banget ya, mas janji ga akan terjadi apa-apa lagi".
" Ga usah mas pake baju aja sana". Mita mencoba mengalihkan pandangannya agar tak terlihat jika ia pun mulai mengagumi tubuh Raka.
" Ya udah kalau ga mau ga papa". Raka beranjak berdiri menuju lemari dan hendak membuka lilitan handuk yang menutupi bagian bawah miliknya. Namun Mita segera berteriak menghentikan aksi Raka itu.
" Mas, berhenti.. Jangan di buka disini nanti mata aku ternodai". Mita segera menutup matanya karena tidak ingin melihat pemandangan yang tidak-tidak.
" Mita, kamu kan udah liat semua. Lagian kalau mas ga pake baju disini terus mas harus pake baju dimana? ".
" Ga tau, aku mau ke kamar mandi". Mita buru-buru lari dengan selimut yang melilit semua bagian tubuhnya. Sedangkan Raka hanya tertawa puas melihat kelakuan istri kecilnya.
Sebelum pergi ke kantor, Raka sudah menyiapkan sarapan untuk Mita. Hari ini ia harus buru-buru ke kantor untuk rapat pagi. Namun saat ia akan melajukan mobilnya terdengar suara dering telpon miliknya. Hanya ada nomor yang tak di kenal namun Raka tetap mengangkatnya.
" Ya halo dengan siapa ini? ".
" Halo mas ganteng, aku Tasya".
" Oh Tasya temennya Mita ya, ada apa Tasya? ".
" Mas ganteng sibuk ga? Aku mau bicara penting nih masalah Mita".
" Pagi ini saya mau rapat, nanti siang saya telpon kamu ya". Raka yakin kemarin pasti ada sesuatu yang terjadi dengan Mita namun saat ini ia tidak bisa terus berbicara lewat telpon. Ia takut akan terlambat sampai kantor, akhirnya ia memutuskan untuk mengejar pekerjaannya terlebih dahulu.
" Oh gitu.. Oke mas ganteng aku tunggu ya". Tasya memencet tombol merah sambil menerka-nerka perkataan Raka yang katanya mau rapat.
" Tadi ga salah denger kan ya, masa pengawal pagi-pagi gini rapat? Kayanya ada yang disembunyikan sama Mita, pokoknya aku harus cari tau".