Sekuel Touch Me, Hubby
🍁🍁
Perjodohan karena hutang budi, membuat Sherinda Agastya, gadis cantik dan sedikit ceroboh itu terpaksa menerima pernikahan yang tidak dia inginkan sama sekali. Parahnya lagi orang yang dijodohkan dengannya merupakan kakak kelasnya sendiri.
Lantas, bagaimana kehidupan mereka setelah menikah? Sedangkan Arghani Natakara Bagaskara yang merupakan ketua Osis di sekolahnya tersebut sudah memiliki kekasih.
Bagaimana lanjutan kisah mereka? Baca yuk!
Fb : Lee Yuta
IG : lee_yuta9
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lee_yuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehujanan
Bab. 1
Di bawah rintiknya hujan yang kian deras, terlihat seorang gadis yang tampak kesusahan membuka jok sepeda motornya. Gadis itu sudah berteduh di bawah pohon memang, tetapi dedaunan pohon tersebut tak cukup untuk melindungi gadis itu dari derasnya hujan.
"Kenapa susah banget sih bukanya!" kesal gadis itu.
Kunci yang ada di bawah jok belakang tampak terlihat susah untuk di putar ke kana. Mungkin karena sedikit berkarat. Alhasil jok tersebut susah untuk di buka.
Tidak bisa mengelak lagi, alhasil bajunya basah semua. Percuma saja meskipun bisa mengambil jas hujan yang tersimpan di sana. Tentu saja hal itu membuat Sherinda Agastya menyerah dan kembali naik ke atas sepeda motornya lagi. Lalu bersiap untuk melanjutkan perjalanan pulang ke rumah.
Selang beberapa menit, motor yang Sherinda kendarai pun sampai juga di depan rumah bertingkat dua. Tidak luas memang, hanya berukuran sepuluh kali lima belas meter saja. Namun tampak cukup menenangkan. Karena di halaman rumah itu terdapat banyak tanaman bunga meskipun tidak terlalu lebar.
"Astaga, Rindaaaa ....!" teriak seseorang dari dalam rumah ketika Rinda, sapaan Sherinda Agastya, tengah memarkirkan sepeda motornya. "Kenapa kamu bisa basah kuyup kayak gini?" imbuh wanita patuh baya tersebut. Datang dan menghampiri Rinda dengan membawakan handuk kepada Rinda.
Sementara Rinda dengan sangat santainya berjalan menuju pintu yang ada di sisi kanan bagian depan rumahnya.
"Ya mau gimana lagi, Bu. Orang namanya kena hujan. Ya jelas basah kuyup lah!" jawab Rinda sedikit sebal.
Bukannya segera di suruh masuk dan direbuskan air hangat, tetapi ibunya ini malah melakukan paduan suara terlebih dulu. Sungguh, membuat Rinda ingin cepat masuk ke dalam kamar secepatnya.
"Ya tapi kan kamu bisa berteduh di mana dulu gitu loh, Rinda. Nggak harus basah-basahan kayak gini. Kamu nggak sadar sama penampilanmu? Hem?" omel ibu lagi yang tidak bisa dipersingkat memang. Padahal tubuh Rinda sudah sangat menggigil.
Sebenarnya Rinda tipe orang yang tidak bisa terkena air hujan. Karena dapat di pastikan besok dia tidak akan bisa berangkat ke sekolah karena demam.
"Udah tadi, Bu. Tapi ya mau gimana lagi, hujannya bandel sih. Kangen Rinda. Katanya Rinda udah lama nggak main sama dia," jawab Rinda asal. Membuat bu Mela menahan geram.
"Ngawur aja kalau ngomong. Mana ada hujan kangen sama kamu. Udah, sana buruan mandi terus langsung minum paracetamol. Biar besok bisa masuk sekolah. Ada ulangan kan besok?" ingat bu Mela pada putri keduanya tersebut.
"Siap, Bu!" seru Rinda.
Kemudian gadis itu langsung masuk ke dapur dan menuju kamar mandi yang ada di lantai satu. Selesai dengan urusannya, Rinda naik ke lantai atas hanya dengan berbalut handuk yang melilit di dada.
Jelas saja, Rinda kena omel lagi oleh bu Mela.
"Astagaaa ... anak perawan kok main ngelunyur gitu aja sih, Rinda! Gimana kalau ada tamu dan itu seorang laki-laki?" sepertinya bu Mela sampai migrain menasehati Rinda yang sangat ceroboh.
"Ya anggap aja amal, Bu!" seru Rinda yang langsung berlari menuju kamarnya.
Bu Mela menggeleng kepala. "Kapan anak itu bisa berubah sedikit lebih waspada," gumam bu Mela.
Sementara itu ada seorang perempuan yang diam-diam tersenyum melihat tingkah Rinda dan ibunya. Lalu perempuan itu mendekati bu Mela.
"Kenapa lagi dia, Bu?" tanya perempuan itu sembari memijat bahu bu Mela. Membuat bu Mela menoleh ke arahnya.
"Adik kamu itu susah banget di bilangin, Na. Coba kamu ajari dia gimana seharusnya sikap seorang gadis. Masa hujan-hujanan tanpa makai jaket. Mana seragamnya warna putih, lagi. Ya kelihatan dong, kacamata dalamnya itu!" ujar bu Mela pada Nara, anak pertamanya.
Nara menahan tawa mendengar cerita dari ibunya. Ia sangat tahu gimana cerobohnya Rinda.
"Nanti Nara coba bilangin, Bu. Ibu jangan makai emosi kalau sama dia. Ingat, tensi Ibu sering tinggi loh kalau udah emosi," ingat Nara lebih kalem. Sangat berbeda sekali dengan Rinda.
"Ah, iya. Kamu yang bicara sama dia aja. Biar dia berubah sedikit nggak ceroboh banget. Ibu cuma takut kalau sampai ada orang yang memanfaatkan kecerobohan Rinda, Na."
Nara mengangguk paham. Kemudian mereka pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam.