Alya Revalina merupakan teman sekolah Rangga Setyawan semasa pendidikan SMA. Rangga selalu mengganggu Alya, Ia melakukan hal Itu sebab Rangga sangat menyukai Alya. Namun Alya yang bersikap datar membuat rangga merasa marah. pernah suatu hari, ketika mendekati kelulusan, Rangga memaksa Alya untuk datang ke rumahnya, Hal tidak terduga terjadi. Rangga memaksa Alya untuk melakukan hubungan intim namun Alya menolak. Meskipun Alya menolak, hal tersebut tetap terjadi. Hubungan terlarang itupun terjadi. Semenjak kejadian tersebut Alya pun hilang tanpa jejak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Samuel Christian Sitinjak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengantar Pulang
Alya memakan dengan lahap makanan yang ia pesan dengan Rangga. Rangga yang melihat Alya dengan lahap memakan makanannya merasa senang.
"Kamu suka makanannya Al?," tanya Rangga.
"Kalau aku tidak suka untuk apa aku memesan makanan ini bang?," kata Alya.
"Iya juga ya," kata Rangga tertawa kecil.
Galak sekali kamu Al. Aku tidak bisa berkutik. Batin Rangga.
Alya telah menyelesaikan makannya. Rangga pun begitu. Rangga juga memesankan minuman dingin serta beberapa makanan penutup.
"Al, ini kalung milikmu," kata Rangga sembari mengambil kalung dari sakunya.
"Iya bang, terima kasih," kata Alya sembari mengambil kalung tersebut dari tangan Rangga dengan senyuman.
"Apakah kamu ingin mengenakan kalung itu dilehermu?," tanya Rangga.
"Tidak bang, aku akan mengenakannya nanti saja saat dirumah," kata Alya.
"Jangan! aku ingin melihatmu menggunakan kalung itu sekarang," kata Rangga.
"Aku akan mengenakannya nanti saja bang," kata Alya.
Tidak menghiraukan perkataan Alya, Rangga berdiri dari kursinya dan meraih kalung berlian pemberiannya itu dari tangan Alya.
Rangga memasangkan kalung itu dileher Alya. Benda itu sekarang melingkar indah dileher Alya.
Alya terkejut dengan tindakan Rangga tersebut. Ia hanya diam. Rangga kembali duduk ke kursinya setelah memasangkan kalung tersebut.
"Sekarang kamu terlihat sangat cantik Al," kata Rangga.
Alya tersenyum tipis.
"Oh iya Al, aku mau bertanya sesuatu boleh tidak?," tanya Rangga.
"Apa bang?," jawab Alya.
"Apakah kamu sudah memiliki seorang kekasih?," tanya Rangga.
"Kenapa abang tiba-tiba menanyakan hal seperti itu kepadaku?," tanya Alya balik.
"Iya tidak apa-apa, aku hanya ingin tahu saja," tanya Rangga.
"Aku belum memiliki seorang kekasih bang. Selama ini aku hanya menghabiskan waktu untuk pendidikan dan karier. Aku tidak memiliki waktu untuk menjalin hubungan dengan siapapun?," jawab Alya.
"Sungguh?," tanya Rangga.
"Kenapa abang merasa ragu dengan jawabanku?," tanya Alya.
"Tidak Al, maaf kalau membuatmu tidak nyaman," kata Rangga.
Alya memang bukan tipe pembohong. Ia hanya akan menjawab sesuatu yang memang itulah kebenarannya. Kenapa aku bertanya sesuatu seperti itu kepada Alya secara spontan? dan kenapa pula aku merasa senang dengan jawaban yang ia berikan?. Batin Rangga.
Alya melihat ke arah jam tangannya. Jarum jam tangannya menunjukkan pukul 21:00 WIB.
"Bang, aku mau pulang. Sudah larut malam," kata Alya.
"Kenapa kamu cepat sekali ingin pulang?," tanya Rangga.
"Kita sudah berada disini sejak pukul 19:00 tadi, artinya kita sudah menghabiskan waktu selama 2 jam. Apakah itu waktu yang sebentar hanya untuk makan malam?," jawab Alya.
"Ia Al, jangan marah gitu donk!," kata Rangga.
"Kalau begitu aku duluan ya bang," kata Alya yang kini berdiri dari kursinya.
"Biarkan aku mengantarkanmu Al!," kata Rangga meminta.
"Tidak usah bang. Supir pribadiku sudah menunggu didepan. Terima kasih bang untuk waktunya," kata Alya.
Alya pergi meninggalkan Rangga. Namun Rangga tidak diam saja, ia mengikuti Alya dari belakang.
"Maaf non, ban mobilnya bocor," kata supir pribadi Alya yang bernama pak Ali.
"Astaga, ini sudah larut malam pak. Bagaimana kita akan pulang?," tanya Alya merasa cemas.
"Tenang saja Al, kan ada aku yang mengantarkanmu," kata Rangga.
Alya tertegun mendengar perkataan Rangga.
"Raden kenal dengan non Alya?," tanya pak Ali.
"Tentu saya kenal dia pak. Saya kan kekasihnya," kata Rangga berbohong dan menatap ke arah Alya dengan senyuman.
Apa? kekasihnya? kenapa dia berbohong?. Bahkan dia tersenyum kepada ku. Batin Alya.
"Serius den? kalah begitu akan lebih baik non diantarkan den Rangga non," kata pak Ali.
"Tidak pak! saya akan menunggu ban mobilnya diperbaiki. Bapak sudah hubungi montir kan untuk memperbaikinya?" tanya Alya.
"Saya saja baru tahu non kalau ban mobilnya bocor. Bagaimana mau menghubungi montir?," kata pak Ali.
"Sudah pak tenang saja! Saya akan segera menelpon montir kenalan saya dekat sini dan juga saya akan mengantarkan Alya pulang," kata Rangga.
Alya menatap Rangga.
"Kenapa sih sayang? kamu jangan menolak begitu donk. Nanti orang tua kamu khawatir kamu terlambat pulang. Kamu tidak perlu takut, aku akan mengantarmu pulang dengan selamat sampai depan rumah," kata Rangga.
Apa? sayang? kenapa dia memanggilku dengan sebutan itu?. Batin Alya.
"Iya non, betul. Pak Danu akan marah kepada saya kalau non sampai pulang larut malam," kata pak Ali menyampaikan keluhannya.
Bagaimana ini? kalau aku menunggu ban mobilnya diperbaiki aku akan pulang larut malam dan papah pasti bertanya-tanya. Batin Alya.
Alya tidak berpikir panjang dan mengiyakan perkataan Rangga.
"Baiklah, aku akan pulang denganmu! tapi abang harus pastikan supirku ini tidak lama menunggu," kata Alya.
"Iya sayang, tenang saja!," kata Rangga. Rangga kemudian menghubungi montir kenalannya.
"Kalau begitu kami duluan ya pak. Kalau mobilnya sudah diperbaiki bapak segera pulang!," kata Alya.
"Iya non, baik," kata pak Ali.
Alya dituntun Rangga menuju mobilnya. Rangga membukakan pintu mobil tersebut untuk Alya. Alya memasuki mobil tersebut.
"Saya duluan pak," kata Rangga.
"Iya den," kata pak Ali.
"Tampan juga kekasih non Alya dan sepertinya orang kaya juga," Gumam pak Ali.
Rangga melajukan mobilnya. Didalam mobil sesekali Rangga mencuri pandang ke arah Alya. Jika Alya menyadari Rangga memandanginya pasti ia akan merasa tidak nyaman.
"Al, aku belum tahu alamat rumahmu yang sekarang. Apakah kamu bisa mengarahkan aku?," kata Rangga.
"Aku akan mengirimkan maps ke ponsel abang, abang bisa membukanya agar lebih praktis," kata Alya.
"Iya Al," kata Rangga.
"Sebentar. Aku mau tanya sesuatu kepada abang?," kata Alya.
"Apa Al? tanyakan saja!," kata Rangga.
"Kenapa abang tadi mengaku-ngaku sebagai kekasihku didepan pak Ali?," tanya Alya.
"Kenapa Al? kamu marah ya?," kata Rangga.
"Supir pribadiku itu salah satu tangan kanan papahku dalam mengawasi kegiatanku bang," kata Alya.
"Maafkan aku Al, aku tidak bermaksud apa-apa. Aku hanya ingin mengantarkanmu pulang karena sudah larut malam. Aku khawatir akan keadaanmu. Aku yang mengajakmu keluar itu artinya aku harus bertanggung jawab," kata Rangga.
"Iya bang, aku berterima kasih karena abang memperhatikanku seperti itu. Tapi apa gunanya abang mengaku-ngaku sebagai kekasihku seperti tadi?," tanya Alya.
"Kalau aku tidak mengatakan hal seperti itu pasti supir kamu akan merasa tidak percaya kepadaku untuk mengantarkanmu. Bisa saja supirmu itu akan membuat laporan kepada papahmu kalau kamu diantarkan oleh orang asing. Bukankah alasanku masuk akal?," kata Rangga.
Setelah mendengar penjelasan Rangga, Alya memakluminya.
"Lalu kenapa abang juga memanggilku dengan kata sayang?," tanya Alya.
"Kalau itu karena aku ingin meyakinkan pak Ali bahwa aku memang kekasihmu Al. Kalau aku memanggilmu dengan sebutan nama, kemungkinan pak Ali tidak percaya," kata Rangga.
Alya kembali memahami penjelasan Rangga tersebut.