"kita kenapa sih milih eksplor ke desa plosok?" tanya maya.
"aduh lo bego apa gimana sih, kita kan jual konten horor misteri. ya kita harus pergi ke desa desa yang plosok dan terbelakang lah. mikir bloon," maki saki.
"diem diem, jadi kita ber empat ini fix ya pergi ke desa pancuran di kaki gunung kawi. Ada yang keberatan gak?"
.....
"lo yakin itu manusia? kenapa bungkuk begitu? dagu sama lutut aja sejajar anjir!"
"jangan ngomong kasar disini, bego lu," maki sintia.
"sorry sorry gue lupa,"
.....
"woy woy saki kesurupan anjir pasti gara gara ngomong kasar dia!" teriak sintia.
"lah lo barusan?"
"omg!!!! gak gak gue gak sengaja," teriak sintia histeris.
....
"gue mau pulang, gue mau pergi dari sini," tangis maya sambil bersembunyi di balik pohon beringin.
selengkapnya>>>>
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mermaidku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 15
Dua hari setelah melangsungkan ritual mandi suci, maya sudah benar benar sembuh dan bisa beraktivitas seperti biasa. Namun bekas lukanya masih terlihat begitu jelas, "habis ini ngapain ya,"
"may ayo makan," panggil sintia di ambang pintu.
"eh lo udah masak? Kok gak ngomong kan gue bisa bantuin,"
"kaga... tadi di kasih sama bu rudi, syukuran katanya. Udah ayo,"
Setelah berkumpul di ruang makan suasana terasa canggung, hanya saqi dan maya yang cengengesan membicarakan hal tak masuk akal.
"napa sih lo pada? Amandel?" tanya maya pada farel yang duduk di sebelahnya.
"makan dulu nanti baru kita omongin,"
"saqi lo ngambil jajan gue ya yang di kamar?" tuduh maya.
"mana ada," elak saqi.
"alah ngaku aja lo, kalau gak ngaku mandul lo!"
"iya iya, gue laper tadi malem jadi gue ambil deh. Salah lo sendiri kamar kaga di kunci,"
"ish itu jajan yang mahal, di warung bawah udah gak ada. Monyet lo!"
"udah udah makan dulu kalian ini," lerai sintia.
Setelah selesai makan, maya dan saqi hanya diam menunggu sesuatu yang ingin di bicarakan farel, "saqi, nanti lo harus ganti jajan gue," bisik Maya.
"iya kanjeng ratu,"
"gue sama sintia mau pulang," ucap farel tiba tiba.
"bukannya ada kutukan itu? Lo pada kaga takut?" tanya maya.
"may lo tu terlalu kampung tau gak? Percaya begituan, norak," ejek sintia.
"dih, ya kalau kalian mau pulang ya silahkan gue sih mau disini. Lagipula nikah sama orang sini gak ada salahnya, mereka banyak yang ganteng punya sawah, punya kerbau lagi," jawab Maya tak peduli.
"may, lo yakin? Itu mitos gak bener itu cuma tipuan," tanya farel.
"ya gue sih percaya, kalau lo enggak gak papa kok,"
"saq lo mau ikut kita apa ikut maya?" tanya sintia pada saqi yang sedari tadi bungkam.
"gue juga takut sih, gue gak mau ambil resiko. Lagian gak ada salahnya nikah sama orang sini,"
"lo yakin nikah sama orang kampung?" tanya farel.
"yakin lah, daripada sama orang kota kayak lo? Duit aja pas pasan gimana mau nikah? Udahlah lo kalau mau pulang ya pulang aja sana. Pastiin lo gak nyesel, dan lagi... Jangan ngatain orang seenaknya, mau kampungan atau enggak itu gak penting, yang penting itu adab. Udah ayo saq kita pergi, ni orang norak gak usah di gubris," ajak maya sebal, ia langsung menarik saqi pergi dari rumah.
"kenapa lo marah banget may?" tanya saqi heran.
"lo tau gak, farel tu pernah nyatain cintanya ke gue anjir. Sintia jadi marah ke gue, terus kata mbah muji, yang bukain pintu si bisma itu si sintia,"
"ha? Sumpah? Kok bisa,"
"udah kita ke warung dulu, nanti kita jalan jalan sambil makan,"
"gue gak bawa duit sih,"
"udah gue bawa, tapi besok lo harus tetep jajanin gue,"
"iya iya, perkara jajan aja,"
Setelah membeli makanan ringan, mereka berdua berjalan menuju sawah. Cuacanya sedikit mendung di tambah angin sepoi-sepoi, "gimana?"
"jadi waktu itu mbah muji kan minta ayam dua nah itu buat ritual dia. Jadi semacam dia nerawang gitu lewat energi bisma yang masih ada di tubuh gue. Gue gak paham sih, tapi mbah muji bisa tau kalau itu sintia karena dia semacam dapet penglihatan gitu. Gue sebenernya gak pengen percaya karena itu Sintia, tapi mas arya bilang kalau tiap siang itu pintu gak akan pernah di buka, dan baru sekali ini kejadian bisma keluar siang siang pas terik," jelas maya.
"jadi lo percaya kalau itu sintia? Emang gimana? Lo di ceritain sesuatu?" tanya saqi kepo.
flashback on....
"ya biar lah, walaupun anak kampung gitu tapi dia punya adab gak kayak si farel," bela maya.
"udah udah, cepet pada packing,"
Saqi dan maya segera beranjak dari meja makan menuju kamar, sedangkan sintia masih berdiam diri disana sambil melamun.
"kenapa jadi gini sih? Gue udah sabar tiap kali farel deket deket maya, gue berusaha gak cemburu tapi kenapa farel malah begini sih...!" gumam sintia kesal.
"nduk... nanti kalau hujan tolong bantu angkat tepung di samping ya? Mbok mau ke warung dulu," pinta mbok indri.
"eh iya mbok, lama gak? Soalnya nanti aku mau pamitan ke warga sama temen temen," tanya sintia.
"bentar aja kok,"
"iya mbok,"
Sintia kembali melamun, ia menyangga kepalanya yang terasa berat. Perasaannya tak karuan, ia takut jika farel meninggalkannya.
Rintik rintik hujan mulai terdengar, padahal di luar masih terik, "yaelah ganggu banget sih! Mana masih panas, ujan monyet...!"
Sintia segera keluar dari pintu belakang menuju tempat mbok indri menjemur tepung beras, ternyata tempat itu bersebelahan dengan kandang bisma. Karena penasaran, Sintia mengintip sedikit dari celah yang ada, "bisma,"
"hmm..."
"lo mau sembuh kan? Kalau lo nyerang gue, lo gak akan dapet apa apa karena gue udah gak perawan. Tapi kalau lo bisa dapetin maya, gue yakin lo bisa sembuh,"
"maya itu teman kamu?" tanya bisma dengan suara pelan.
"iya, dia masih perawan, cantik lagi... Kalau lo mau sembuh lo harus cepet soalnya mas arya juga suka sama maya. Mas arya itu abang lo kan?"
"iya... Gimana caranya aku bisa ketemu maya? Aku pengen ketemu maya,"
"bagus, gue bakalan bukain ni pintu... Nanti lo tunggu aja disini sampai lo liat gue sama temen temen gue keluar rumah. Inget ya jangan masuk ke rumah, kalau lo udah lihat langsung aja lo tubruk, terserah mau lo apain. Yang penting lo harus bikin dia celaka, ngerti?"
"iya..."
"awas kalau lo keluar sebelum waktunya!"
Sintia diam diam membuka kunci yang terbuat dari kayu di pintu kandang, ia membuka kawatnya dan membiarkan pintu itu tertutup namun tak terkunci. Tak lupa ia mengangkat semua tepung tepung milik mbok indri dan pergi masuk ke dalam rumah.
Flashback off....
"ya kurang lebih begitu," jelas maya.
"masuk akal sih, tapi lo kenapa gak labrak si Sintia?" tanya saqi.
"ya karena gue gak tau itu bisa di percaya atau enggak, lo sendiri yakin mau disini sama gue?" maya mengajak saqi duduk di gubuk pinggir sawah yang ia lalui.
"ya gue cuma gak mau ninggalin lo disini, walaupun kita sering berantem tapi gue ngerasa kalau lo gak bisa sendiri. Terlepas dari jahilnya gue, gue sayang kok sama lo, may. Lo udah kayak adek gue sendiri,"
"lo gak suka sama gue?"
"enggak lah, kalau gue suka... Gak mungkin gue bisa ngomong atau bahkan jail sama lo, gue gak gitu orangnya. Karena perasaan gue bukan cinta jadi gue nyaman di deket lo,"
"kalau misal gue nikah lo ikhlas gak?"
"ikhlas lah... Yaelah omongan lo udah kayak orang penting aja di hidup gue. Santai aja udah, nanti gue yang jadi wali nikah lo hahaha,"
"monyet lo...!"