Kehidupan dewasa hendak dijalani Klein, tapi karena suatu hal, dia malah meninggal dan dipindahkan ke dunia lain. Siapa yang memindahkan Klein? Lalu apa tujuannya?
*Update setiap hari, jam 07:00 Wib.
Jika suka dengan karyaku, mungkin bisa dilike? hehe ... ^_^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HuaHuaHuaCry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Keganasan Dari yang Tercepat
Lightning Steps, teknik yang secara umum digunakan oleh keluarga Glant.
Bukan hanya keluarga Glant, orang-orang ber-elemen petir pun biasanya memakai teknik ini.
Karena pada dasarnya, Lightning Steps dibuat untuk bergerak secepat petir.
Namun, untuk mempelajari, bahkan mempraktekkan Lightning Steps, diperlukan tubuh yang kuat, dan bisa menahan kecepatan Lightning Steps itu sendiri.
Banyak orang yang memaksakan untuk memakai Lightning Steps dalam pertarungan.
Hasilnya, ada yang terluka parah, bahkan sampai menimbulkan kecacatan.
Karena tubuh mereka tidak kuat untuk dibawa lari secepat kilat. Oleh sebab itu, penggunaan Lightning Steps semakin menyempit, dan kembali lagi pada keluarga Glant.
Constantinius adalah sosok sempurna untuk menggunakan Lightning Steps. Sedari kecil, dirinya terkenal dengan ketahanan tubuh yang luar biasa.
Dia adalah berkah, bahkan sampai mendapat julukan Electro Beast.
Dengan tubuh yang sempurna untuk Lightning Steps, Constantinius akhirnya berhasil menciptakan jurus tertinggi dari teknik itu.
[Infinite Lightning Steps]
***
Reus dibuat kerepotan oleh kecepatan Constantinius. Butuh beberapa pedang untuk menahan serangan sang Electro Beast.
"Kenapa dia jadi secepat ini? Tidak, sejak kapan badut didepanku kuat?" Reus dihantui oleh rasa gelisah.
Dalam pertemuan pertamanya, bahkan dia tidak perlu melangkah untuk menghindari serangan Constantinius.
Tapi, saat ini berbeda. "Thousand Art of Blade."
Reus menciptakan formasi pedang di atas langit. Formasi itu perlahan turun, dan ingin sekali menancap Constantinius.
Tapi dengan kecepatan kilat, pedang-pedang itu malah berakhir menancap tanah.
"Ayolah! Calon saint kan? Beri aku hiburan!"
Reus semakin marah, dia tidak suka diremehkan. "Kau benar-benar akan mati."
4 Pedang raksasa melayang di atas kepala Constantinius. Pedang itu bergerak seolah ada yang mengendalikannya.
"Magnificent Art of Blade."
Ke-empat pedang itu menari-nari, menebas Constantinius kemanapun dia berada.
Gunung, pepohonan, istana, semuanya terbelah dua oleh pedang itu.
Constantinius berhasil menghindari mereka dengan cukup mudah.
"Advanced Technique: Lightning Roar."
Petir menyala dalam telapak tangan Constantinius. Aliran listrik super besar, meledak dan melaju pada Reus dalam kecepatan tinggi.
Reus menggunakan pedangnya untuk terbang, dan menghindari serangan itu.
Ledakan dan ledakan terus membombardir area gunung Bara Api.
Sebuah area yang tadinya kota untuk para bandit, kini menjadi hamparan luas dan dipenuhi oleh pasir.
Tapi, Constantinius tetap tidak mau berhenti. Gerakan-gerakan kilat yang menakjubkan, serangan tajam mematikan, dan sambaran petir membuat Reus semakin terdesak.
Hingga akhirnya, Reus kehilangan tangan kiri yang berharga.
"Bajingan," Nafas Reus semakin cepat, darah yang terus mengalir ditangannya, membuat kepala Reus seperti berputar.
Constantinius perlahan mendekati Calon Saint itu.
"Mana kesombonganmu tadi?"
"A-Aku adalah putra tuhan yang berbakat! Kau akan mati jika membunuhku!"
Constantinius bahkan tidak mendengarkannya.
"Aku salah sudah berharap banyak." Darahnya menggebu-gebu, setelah mendapatkan luka, Constantin berharap Reus akan sekuat yang diharapakannya.
"Bahkan aku belum menunjukkan serangan pamungkasku."
Melihat Constantinius semakin mendekat, Reus bergidik ketakutan, "K-Kau akan menerima hukuman dewa! Pergi kau!"
Langkah demi langkah diambil Constantinius. Bagaikan elang yang mengejar kelinci, Reus tidak akan bisa kabur kemanapun.
Tapi, fenomena aneh segera terjadi. Langit menjadi gelap, dan bola mata raksasa muncul di atasnya.
Bola mata dengan iris berwarna ungu, menatap Constantinius dengan tajam.
Constantinius tahu betul apa yang sedang menatapnya. "Hei, itulah saint yang sebenarnya ...."
Sekuat apapun Constantinius, dia tetap tidak bisa mengalahkan Saint.
Pimpinan para bandit yang jumlahnya mencapai 12, adalah Saint yang agung, dan terkuat diantara mereka.
Kali ini, yang dihadapi Constantinius adalah Saint Bianca, yang mengkhianati dewa-dewa suci.
"Seorang bianca, yang menjadi bandit, sungguh ironi."
Constantinius terkejut, sosok pria tiba-tiba muncul disebelahnya.
"Ka-Kakak?"
"Constantin, jangan pernah takut dengan mahluk bernama saint itu, mereka bukan apa-apa bagi keluarga kita."
Dia adalah Zen Mika Glant, anak pertama dari kepala keluarga Glant.
Sosoknya lebih tinggi dari Constantinius, badannya besar dan berotot, memakai pakaian kulit berwarna hitam pekat.
Selaras dengan rambutnya yang juga berwarna hitam, lalu, mata emas bersinar seperti sang kepala keluarga.
Mulai dari atas sampai bawah, Zen Mika benar-benar seperti copycat ayahnya.
Sosok bola mata raksasa itu mengeluarkan suara. Suara tawa yang menggema, sampai ke ujung area Gunung Bara Api.
"Kau beruntung badut, tehku sebentar lagi dingin."
Bola mata itu perlahan mengecil, lalu menghilang seperti tidak pernah ada. Dan langit kembali ke sedia kala.
Zen Mika juga menghilang begitu saja.
"Ayah dan kakak seperti hantu. Tidak ada yang bisa mengikuti pergerakan mereka ...."
***
Sedang asik berbincang dengan calon keluarganya, Klein dikejutkan dengan Constantinius yang datang membawa kepala seseorang.
"Pemimpinnya sudah mati. Mari kita pulang."
Semua orang yang masih hidup bersorak gembira. Akhirnya, bandit Gunung Bara Api lenyap untuk selamanya.
"Bajingan yang membunuh anakku, akhirnya mati, terimakasih tuhan ....'
Ada yang menangis, berpesta, semua emosi tercampur saat Constantinius datang membawa kabar baik.
Mereka semua segera berkemas, dan kembali menjalani hidup seperti biasa.
____________________