"Hentikan gerakanmu, Bella," ucap Leo berat sambil mencengkram pinggang Bella. Bulu halus di tubuh Bella meremang, napas mint Leo memburu dengan kepalanya tenggelam di perpotongan leher Bella membuat gerakan menyusuri.
"kak, jangan seperti ini."
"Bantu aku, Bella."
"Maksudnya bantu apa?"
"Dia terbangun. Tolong, ambil alih. aku tidak sanggup menahannya lebih lama," ucap Leo memangku Bella di kursi rodanya dalam lift dengan keadaan gelap gulita.
Leo Devano Galaxy adalah pewaris sah Sky Corp. 2 tahun lalu, Leo menolak menikahi Bella Samira, wanita berusia 23 tahun yang berasal dari desa. Kecelakaan mobil empat tahun lalu membuat Leo mengalami lumpuh permanen dan kepergian misterius tunangannya adalah penyumbang terbesar sifat kaku Leo.
Hingga Bella berakhir menikah dengan Adam Galaxy, anak dari istri kedua papa Leo yang kala itu masih SMA dan sangat membenci Leo.
Sebenarnya Apa yang terjadi pada Leo hingga ingin menyentuh Bella yang jelas-jelas ia tolak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Baby Ara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26. Mantap betul!
"Astaga, maafkan aku, Bella."
Brian menurunkan tangannya perlahan sembari tertawa karena merasa Leo menatapnya sangat sengit.
"Dasar tangan nakal, dia tahu saja, Leo. Adik ipar mu sangat cantik."
Wajah Leo berubah sangat dingin mendengar penuturan Brian.
'Sial! Dia sudah tahu rupanya,' batin Leo kesal.
"Ngomong-ngomong, kenapa kau ada disini Leo?" tanya Brian tapi, disahuti Leo sangat ketus.
"Ini tempat umum. Matamu buta? Hingga tidak bisa membaca tulisan besar di plang depan sana."
Brian mengernyit. Padahal ia hanya menyapa. Tapi, Leo terkesan tidak suka. Tidak mungkin kan karena ia menolong Bella.
Leo melirik sinis Bella. "Kemari kau," suruh Leo dengan matanya.
Bella berada di samping Brian. Mengangguk paksa. Sifat dominan Leo ternyata memang sudah mendarah daging.
"Kak, aku kesana ya. Sekali lagi, terimakasih sudah mengantar ku," ujar Bella tersenyum.
Brian balas tersenyum manis. Bella melangkah kan kakinya namun Brian mencekal pergelangan tangan Bella.
"Kenapa kak?" tanya Bella memutar kepalanya.
Revan menunduk, Tangan Leo mengepal sampai putih di atas pahanya. Semoga saja, tuannya itu tidak kumat gilanya.
"Hmmm ... Boleh aku meminta nomor ponselmu?" Brian mengusap belakang lehernya, grogi.
Bella berpikir sejenak. Brian sudah sangat baik padanya. Tidak salah juga, hanya nomor ponsel.
"Baiklah, nomor kakak saja berikan padaku." Bella menyodorkan ponsel yang ia ambil dari tasnya pada Brian. Mata Leo sedetik pun tidak berkedip menyaksikan itu.
Jangan sebut Leo, jika tidak merencanakan
hal jahat.
"Done. Semoga kita bisa jadi teman ya. Suami mu bukan tipe pria pencemburu, kan?"
Adam, pria itu hanya mau enaknya. Apapun kondisi Bella mana ia perduli.
Bella menggeleng. Tapi, suara Leo menginterupsi.
"Sayangnya, aku yang tidak suka. Ada orang sok dekat dengan adik iparku. Ayo, Bella. Selagi aku masih berkata baik-baik," kata Leo. Kursi rodanya berjalan begitu saja melewati Brian.
"Mari, nona."
Revan mempersilakan Bella berjalan duluan.
"Kak, aku permisi."
Bella tidak lagi, mendengar jawaban Brian karena kakinya berjalan cepat mengejar Leo.
Revan beradu tatap dengan Brian. "Ada yang salah?" tanya Brian.
Karena cara lihat Revan sebelas dua belas dengan Leo tadi.
Revan menepuk pundak Brian. "Anda tampan Tuan. Saran saya, Cari wanita singel. Atau anda akan berhadapan dengan malaikat maut."
Di dalam rumah sakit, Bella masih mengejar Leo hingga di pintu lift, wanita itu hampir terjerembab, jika tidak di tangkap sepasang tangan kekar Leo.
"Kak ...." Shock Bella. Leo berdiri. Ya, pria itu berdiri dari kursi rodanya. Namun, terlihat sangat gemetaran. Bella segera mendudukkan Leo kembali.
"Bisa tidak, berhenti bertindak bodoh! Kau ingin membunuh anakku?!" hardik Leo.
Adrenalinnya terpacu melihat tingkah sembrono Bella tadi. Meskipun dulu, sempat tidak akan mengakui anak itu. Kini setelah memilikinya, Leo merasa jadi laki-laki sejati. Leo jatuh hati pada janin di perut Bella. Ia akan jadi seorang daddy. Leo suka itu.
"Maaf, kak. Itu juga salah kakak, kenapa tidak berhenti saat ku panggil? Atau setidaknya menyahut," balas Bella.
Bibirnya mengerucut sebal. Tak urung, ia elus juga perutnya. Bella tidak ingin terjadi apa-apa dengan calon anaknya dan Leo itu.
'Sayang, maaf ya. Mommy tidak sengaja. lain kali Mommy akan berhati-hati,' batin Bella menyesal.
"Sudah lah. Kau tetap salah! Mata itu digunakan untuk berjalan. Bukan tahunya jelalatan pada laki-laki," judes Leo.
Menyindir soal Brian.
"Dasar gila!" umpat Bella tanpa suara.
Diladeni juga percuma, dalam sekejap mulut Leo bisa berubah jadi tukang gosip, pedas.
Keduanya keluar dari lift, di depan ruangan dokter kandungan sudah berjejer ibu-ibu hamil beserta suaminya menunggu antrian di kursi. Ada suami yang mengendong bayi, ada yang mengurut pinggang istrinya dan ada yang di maki istrinya, entah karena apa.
Bella tersenyum sendu, betapa bahagianya, jika ia dan Leo di posisi itu. Apalagi, melihat bagaimana, Leo mengurus bayi. Bangun di tengah malam bersama Bella dan jadi suporter saat ia melahirkan.
Sayang, itu semua hanya angan Bella.
"Kenapa kau senyum-senyum?"
"Ti ... Tidak kok." Bella memalingkan matanya berkaca-kaca.
"Kakak tunggu disini sebentar. Aku akan daftar."
Leo menahan tangan Bella. "Tidak perlu. Kau tinggal masuk. Pendaftaran sudah di urus."
"Hah?!" mulut Bella terbuka lebar.
"Kapan kakak mengurusnya?" bingung Bella. Sedangkan pria itu saja baru tiba.
Leo mendorong kening Bella gemas. "Aku, Leo Devano Galaxy. Ceo dari Sky corp. Apa yang tidak bisa aku lakukan," sombong Leo.
"The power of money," Pria itu menyeringai bangga.
Bella lupa, ayah dari anaknya itu kan, pria berkuasa. Tadi, Leo menelpon direktur dari rumah sakit itu. Membuat pendaftaran jalur eksklusif. Leo tidak mau, Bella capek menunggu antrian.
"Ayo, masuk."
"Tidak sopan kak, kita belum di panggil."
Tak lama, suara seorang suster memanggil Leo. "Tuan Leo, sudah di tunggu dokter di dalam."
Leo menaikan satu alis pada Bella. "Lihat kan?"
Keduanya masuk ke dalam ruangan. Dokter kandungan yang ternyata seorang laki-laki membuat senyum Leo luntur seketika.
"Halo, apa kabar? Nyonya Bella kan?"
Tangan Bella di tepis Leo. Pria itu yang menyambut tangan sang dokter terulur ke arah Bella.
"Baik. Sekarang tolong periksa dia. Wanita ini bodoh dan sembrono takutnya anakku kenapa-napa," ujar Leo.
Dokter itu mengangguk. Tidak menyadari, Leo cemburu padanya.
"Ikut saya Nyonya, berbaring di ranjang sana."
Leo mengekor di belakang. Matanya, membulat melihat sang dokter menaikan dress maroon dipakai Bella. Memperlihatkan perut seputih kapas dan halus milik Bella.
"Hei, berhenti!" seru Leo.
"Kenapa Tuan?" tanya sang dokter kebingungan.
Ia hampir mengoleskan jel dingin di perut Bella. Begitupun, Bella ikut bingung.
"Dasar dokter mesum! Kenapa bajunya kau buka dan itu apa di tanganmu?!" tunjuk Leo.
Sungguh, Leo tidak terima ada pria lain yang menyentuh Bella. Termasuk, Adam sendiri.
Dokter tertawa. "Astaga Tuan, bagaimana saya akan melakukan Usg, jika ... maaf, bajunya tidak dinaikan dan tidak di oleskan ini."
Leo menggeleng sarkas. "Tetap saja menurutku itu mencari kesempatan. Berikan itu padaku!"
Demi Tuhan, Bella benar-benar ingin mencekik Leo. Beruntung di ruangan itu hanya mereka bertiga, jika bertambah lagi, orang lain. Betapa malunya. Entah Leo yang terlalu pencemburu atau memang tidak tahu apa itu Usg.
"Kak--"
"Diam kau! Bilang saja kau bahagia di goda pria lain! Seperti ini, aku juga bisa!" sentak Leo.
Bella mendesah, tunggu waktunya akan ia jambak, rambut depan Leo.
Dokter tertawa geli, Leo terkenal dengan sifat dinginnya, tapi lihatlah, cerewetnya pada Bella mengalahkan ibu-ibu komplek.
"Sudah Nyonya, tidak apa. Ini Tuan, silahkan."
Leo mengambil alih jel ditangan dokter. Perut Bella terasa sangat sejuk kala Leo mengusap memutar telapaknya disana.
"Kak, dingin sekali. Sebanyak apa, kakak memberikannya?"
Bibir Leo tersenyum tipis. "Sedikit, hanya setengah botol. Diam lah! agar kita cepat pulang. Kau itu benar-benar penggoda handal! Tidak bisa dibiarkan lama-lama berkeliaran di luar!"
Hanya setengah botol? mata Bella melotot.
Diam-diam rupanya, Leo masih dendam perihal. Bella di antar Brian tadi. Suami bukan, hanya kakak ipar. Tapi, posesifnya tidak tahu diri, pikir Bella.
"Sudah. Tapi, kenapa tidak ada gambar kecebong ku di layar itu?" tunjuk Leo pada layar besar di dinding dan satu layar kecil di atas meja.
Bella menepuk keningnya. Dimana Leo menyimpan otak pintarnya? Apa ketinggalan di rumah?
Dokter yang menangani Bella tak henti terkekeh. Seorang Ceo Sky Corp, bisa sepolos itu. Leo memang tidak tahu soal Usg. Tapi, namanya gengsi, mana mau ia bertanya.
"Ini Tuan." Sang dokter memperlihatkan alat bernama transducer pada Leo.
"Ini di tempel di perut Nyonya Bella. Ia akan merekam suara dan melihat janin yang berkembang di perut Nyonya."
Leo mengangguk sekilas. "Sini berikan padaku."
Shrek!
"Aish, jangan jambak rambutku!" ujar Leo berteriak kesakitan.
Ya, Bella lah pelakunya. Ia sangat geram akan tingkah Leo. Bisa-bisa, mereka selesai sore nanti, jika terus melayani kemauan gila pria itu.
"Rasakan! Apa susahnya, diam kak. Biarkan dokter mengerjakan tugasnya. Berhenti, bersikap kekanakan. Malu dengan umurmu kak!" ucap Bella lalu melepaskan cengkeramannya.
Tahu begini tadi, ia tidak akan mau periksa ditemani pria itu.
"Sudah-sudah ...," Dokter melerai keduanya.
"Tuan, izinkan saya memeriksa Nyonya Bella. Saya janji tidak akan menyentuh kulitnya. Lagian, tangan saya juga mengunakan pelindung ini."
Leo menyugar rambutnya yang berantakan, tak lagi bicara. Hari ini moodnya naik turun. Bella yang hamil, kenapa malah ia yang baperan.
Dokter mengarahkan alat itu diperut bawah Bella. Seketika, kecebong seukuran kacang tanah terlihat di layar.
"Wow," takjub sang dokter.
"Ada apa?" tanya Leo.
Sang dokter tersenyum. Ia menjabat tangan Leo. "Selamat Tuan, anda akan memiliki tiga keponakan. Nona, dijaga baik-baik kehamilan anda ya. Usia menginjak 2 bulan sangat rentan keguguran."
'Sial! Itu anakku bodoh!' batin Leo.
Sedang Bella berteriak tak percaya.
"Apa dok?! Jadi, maksud dokter dia kembar tiga?" shock Bella.
Mantap betul rupanya, benih Leo itu.
"Iya nona. Dijaga baik-baik ya. Selamat sekali lagi, sayang sekali ayahnya tidak ikut."
Bella melirik kaku Leo yang mengepalkan tangan. Dokter lalu menulis resep vitamin untuk Bella tebus. Sepanjang koridor rumah sakit, Leo terus diam. Bella di sampingnya tentu tidak nyaman.
"Kak ... Kak Leo marah?"
"Kau pikir sendiri!" Leo melirik sekilas Bella.
"Aku yang bekerja keras, malah orang lain yang mendapat pujian. Kurang ngajar!" umpat Leo.
Pecah sudah tawa Bella. Ia akui dosa besar yang telah mereka lakukan. Tapi, berkat Leo, Bella bisa memiliki si kembar di perutnya itu.
"Kau kenapa?"
Bella meringis malu. "Kak, aku ke toilet sebentar ya."
"Perutmu sakit?" tanya Leo khawatir, mumpung masih di rumah sakit. Ia bisa meminta dokter memeriksa Bella ulang.
"Bukan, kebelet pipis."
Wajah Leo berubah masam. "Ayo, aku temani."
"Tidak perlu, aku sendiri saja. Kakak tunggu saja di mobil."
Setelah mengatakan itu, Bella berjalan menjauh. Perasaan Leo tiba-tiba tidak enak.
Bella yang berjalan akan berbelok ke toilet. Tersandung sesuatu, ia terjatuh duduk ke lantai. Seketika Bella meringis, menekan perutnya.
"Enak? Itu belum seberapa, Bella!" ujar seorang wanita yang begitu di kenal Bella. Ya, kakinya tadi sengaja menjegal kaki Bella.
tanda terima kasih aq kasih bintang lima ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️