"Brengseek! Apa yang kau lakukan pada istriku?"
"I...itu suara Bastian. Lalu.. lalu siapa yang sedang berada di atas tubuhku?" batin Ingrid yang tiba-tiba wajahnya menjadi pias.
"Aku hanya ingin mencicipi barang baru milik kakak. Ternyata sangat nikmat," ucap Marcell dengan senyuman mengejek nampak tersungging di bibirnya menatap ke arah Bastian. Seolah puas melihat api kemarahan di mata Bastian yang datang bersama seorang pria itu.
Malam pengantin yang seharusnya menjadi malam sakral bersejarah dan paling membahagiakan bagi seorang pengantin menjadi malam tragis awal mula kehancuran Ingrid setelah mengetahui bahwa yang mengambil kesuciannya bukanlah suaminya, melainkan adik iparnya yang bernama Marcell. Pria yang terkenal playboy dan tidak berguna.
Bagaimana nasib pernikahan Ingrid setelah malam itu? Apakah Bastian akan berlapang dada menerima Ingrid ataukah menceraikan Ingrid yang telah ternoda di malam pertama pernikahan mereka itu?
Yuk, ikuti ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Obat Penenang
Setelah cukup lama mengobrol dengan Budi, akhirnya Marcell ke kamar Ingrid yang sekarang juga sudah menjadi kamarnya.
"Kenapa aku jadi deg-degan, ya, mau masuk ke kamar Ingrid? Apa dia sudah tidur?" batin Marcell yang untuk beberapa saat berdiri di depan pintu kamar Ingrid.
Marcell menghela napas beberapa kali, lalu dengan perlahan membuka pintu kamar Ingrid. Marcell melihat lampu utama sudah dipadamkan dan sudah di ganti dengan lampu tidur, sehingga cahaya di kamar itu tidak terlalu terang, alias temaram.
Marcell melihat Ingrid tidur di sisi ranjang membelakangi sisi ranjang yang lain. Dari tempatnya berdiri, Marcell hanya bisa melihat Ingrid yang tidur memakai selimut hingga sampai di dadanya. Hanya tangan, leher dan kepala Ingrid saja yang terlihat.
Semakin Marcell mendekati ranjang, degup jantung Marcell semakin kencang. Perlahan pemuda yang hanya mengenakan kaus oblong dan celana pendek sebatas lutut itu naik ke atas ranjang dan membaringkan tubuhnya di sebelah Ingrid. Marcell tidak tahu apakah Ingrid sudah tidur atau belum.
Semenjak hari di tentukannya pernikahan, Ingrid tidak bicara sama sekali pada Marcell, apalagi tersenyum. Hanya diam tanpa kata menuruti apa yang dikatakan oleh ayah dan ibunya. Sama seperti saat di meja makan tadi.
Marcell memiringkan tubuhnya menatap Ingrid yang tidur membelakangi dirinya. Bahkan Marcell tidak berani menyentuh, apalagi memeluk Ingrid. Marcell takut Ingrid marah, jika disentuhnya.
Jujur, saat Marcell meniduri Ingrid di malam pernikahan Ingrid dan Bastian dulu, itu adalah kali pertamanya Marcell meniduri wanita. Marcell melepas keperjakaannya dengan cara meniduri istri orang yang bahkan masih di segel. Yang menikah siapa, yang unboxing siapa.
Mengingat malam itu, tubuh Marcell jadi meremang. Marcell masih ingat dengan jelas setiap lekuk tubuh Ingrid. Marcell masih ingat bagaimana rasanya mencumbuii tubuh Ingrid dan bagaimana rasanya penyatuan mereka malam itu. Mengingat semua itu, Marcell jadi gelisah sendiri.
"Sial! Celanaku jadi sesak karena mengingat kejadian di malam aku melepas keperjakaanku," gumam Marcell seraya mengusap celananya yang mengembung dan membuatnya gelisah.
Dengan susah payah Marcell memejamkan matanya. Meskipun sudah memiliki istri, tapi tidak berani meminta haknya, karena mengingat bagaimana sikap Ingrid pada dirinya. Marcell menghela napas panjang saat mengingat Ingrid mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang paling di benci Ingrid di dunia ini.
Tidak ada malam pertama, malam pengantin atau malam pernikahan. Dua insan itu tidak melakukan aktivitas layaknya pasangan pengantin baru pada umumnya.
Setelah satu jam berusaha memejamkan matanya, akhirnya Marcell pun terlelap. Tepat pada pukul satu malam, Ingrid nampak gelisah dalam tidurnya. Kedua tangan Ingrid mencengkram erat selimut yang menutupi tubuhnya. Dahinya mengerut dan kepalanya bergerak gelisah.
"Jangan..jangan..." gumam Ingrid semakin gelisah bahkan tubuhnya mengeluarkan keringat dingin dan seperti orang ketakutan.
"Akkhh.." pekik Ingrid yang langsung bangun dan duduk. Napas wanita itu nampak tersengal-sengal dan tubuhnya pun bergetar hebat degan napas yang tidak teratur. Mata Ingrid pun terlihat basah.
Marcell yang mendengar suara pekikan Ingrid pun terbangun karena terkejut.
"Grid, ada apa? Apa yang terjadi?" tanya Marcell seraya mendekati Ingrid.
Suara Marcell itu malah membuat Ingrid tersentak dan langsung menatap Marcell.
"Ka..kau...pergi! Pergi jauh dariku! Jangan mendekat! Pergi!" teriak Ingrid histeris dengan airmata yang berjatuhan. Ingrid melempari Marcell dengan bantal dan terus beringsut menjauh dari Marcell.
"Grid, ada apa? Apa yang terjadi?" tanya Marcell semakin khawatir dan tanpa sadar terus mendekati Ingrid.
"Pergi kamu! Pergi! Jangan mendekat! Pergi!" pekik Ingrid semakin histeris dan menjauh dari Marcell.
Suara keributan dari dalam kamar Ingrid dan Marcel itu pun membuat Budi dan Ani terbangun. Sepasang suami-isteri itu bergegas keluar dari kamar mereka menghampiri kamar Ingrid. Budi mengetuk pintu kamar putrinya dengan perasaan khawatir.
"Ingrid, Marcell, ada apa? Apa yang terjadi?" tanya Budi dari balik pintu seraya terus mengetuk pintu. Dengan perasaan khawatir, begitu pula dengan Ani.
"Pergi kamu! Pergi!" teriak Ingrid semakin histeris.
"Grid.." panggil Marcell penuh kekhawatiran saat Ingrid hendak beringsut mundur lagi. Hingga..
"Akhh.."
"Ingrid.." teriak Marcell saat melihat Ingrid akan terjatuh.
"Brukk"
Budi yang yang tidak bisa menahan rasa khawatirnya dan juga rasa penasarannya karena suara pekikan Ingrid dan Marcell serta suara sesuatu yang jatuh itu pun tanpa berpikir panjang langsung membuka pintu kamar putrinya. Dan kebetulan pintu itu tidak di kunci.
"Ingrid.. Marcell.." panggil Budi dan Ani bersamaan.
Karena takut terjadi apa-apa pada kandungan Ingrid, Marcell spontan menangkap tubuh Ingrid yang hampir terjatuh dari ranjang. Namun sayangnya tubuh Ingrid sudah melayang ke bawah membuat Marcell ikut terjatuh.
Tanpa berpikir panjang Marcell membalikkan posisi tubuh Ingrid keatas, hingga yang terjatuh di lantai adalah Marcell, sedangkan Ingrid berada di atas tubuh Marcell.
Marcell meringis menahan sakit karena tubuhnya membentur lantai dan tertimpa tubuh Ingrid. Sedangkan Ingrid masih menangis dengan tubuh yang bergetar ketakutan.
"Apa yang terjadi?" tanya Ani seraya merengkuh tubuh Ingrid di bantu Budi, lalu duduk di tepi ranjang.
"Tenanglah! Tidak apa-apa. Ada bunda," ucap Ani seraya memeluk dan mengelus punggung Ingrid.
Sedangkan Marcell berusaha berdiri di bantu Budi. Marcell nampak meringis menahan rasa sakit.
"Bagaimana keadaan kamu?" tanya Budi yang nampak khawatir pada Marcell.
"Nggak apa-apa, Yah," dusta Marcell mencoba menyembunyikan rasa sakitnya.
"Sebenarnya..apa yang terjadi?" tanya Budi ragu, "jangan bilang Marcell memaksa meminta jatah pada Ingrid," batin Budi yang mengingat Marcell dan Ingrid baru menikah sore tadi.
"Aku juga tidak tahu, Yah. Aku terbangun karena mendengar Ingrid memekik. Saat aku tanya apa yang terjadi dan mencoba mendekati dia, Ingrid malah berteriak histeris dan ketakutan hingga akhirnya terjatuh dari ranjang," jelas Marcell yang juga tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Ingrid.
Dua orang pria beda usia itu menatap Ingrid yang masih menangis dalan dekapan Ani. Tubuh Ingrid masih bergetar ketakutan.
"Grid, ceritakan pada bunda, apa yang telah terjadi?" tanya Ani saat Ingrid terlihat lebih tenang.
"O.. obat.." ucap Ingrid berusaha menarik salah satu laci nakas dengan tangan yang terlihat tremor.
"Obat apa?" tanya Ani menatap Ingrid, lalu menatap Budi dan Marcell bergantian. Ani dan Budi saling menatap, tidak tahu obat apa yang dimaksud Ingrid.
Ingrid tidak menyahut, wanita itu berusaha mengambil obat dari dalam laci dengan tangan yang masih tremor.
"Grid, jangan minum obat sembarangan. Kamu sedang mengandung," cegah Ani memegang tangan Ingrid yang hendak meminum obat.
"Bun..bunda..biarkan aku meminumnya.." ucap Ingrid yang bahkan air matanya masih terus menetes, bibirnya ikut bergetar dan tubuhnya basah oleh keringat dingin.
"Tapi.. Grid.."
Ani tidak melanjutkan kata-katanya saat Ingrid sudah memasukkan obat di tangannya ke mulutnya. Ingrid meraih gelas berisi air putih di atas nakas. Air dari dalam gelas itu sedikit tertumpah karena tangan Ingrid yang tremor. Wanita itu meminum setengah gelas air dan langsung meringkuk di atas ranjang dengan mata yang terpejam.
Marcell bergegas mengambil dua botol obat milik Ingrid dan memeriksanya di internet. Marcell ingin tahu obat macam apa yang diminum Ingrid.
"Obat penenang?" gumam Marcell, lalu menatap Budi dan Ani.
Tiga orang itu saling menatap dan sama-sama penuh tanda tanya. Bahkan Budi dan Ani juga tidak tahu kalau Ingrid memiliki obat penenang.
"Apa aman bagi ibu hamil?" tanya Ani khawatir.
"Menurut informasi dari internet aman, Bun. Tapi kenapa Ingrid meminum obat penenang?" tanya Marcell menatap Ingrid yang sudah mulai tenang dan perlahan tertidur.
...🌟...
...Tak semua ekspresi menggambarkan isi hati. Tidak semua perkataan merupakan kebenaran....
...Tidak semua senyuman menggambarkan kebahagiaan. Tidak semua tangisan melukiskan kesedihan....
...Luka di hati membuatku menutup diri. Aku memilih menepi dan menyepi, karena takut terluka lagi....
..."Nana 17 Oktober"...
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
lagian jasa Ingrid pada Marcell itu tulus.. gak kayak lu minta imbalan tapi yg menguntungkan dirimu sendiri tapi jadi petaka buat Marcell 😏😏/Panic/
mau apa lagi lu ulet bulu 🐛 masih aja gk terima? ckk.. beneran terobsesi sama Marcell nih jangan².. 😒
sudah utk mencintaimu
tolong jangan sakiti lagi
nanti aku bisa mati..
#) cintaku cuma sm kamu
sayangku cuma utk kamu
tolong jangan hancurkan lagi
nanti aku bisa mati..
(kira² begitu lirik lagu utk momen mereka berdua, Ingrid - Marcell) 🤭
terlalu berharap ini ono..faktanya Zonk .