Jeratan Cinta Sang Pewaris

Raisa lebih dulu menjenguk Zion, dia sudah merindukan kembarannya itu. Kebetulan, pagi ini Naya sudah tiba di sana. Sehingga, keduanya pun bertemu kembali seperti kemarin. Tak ada bocah menggemaskan yang akan mengganggu pertemuan mereka kali ini seperti kemarin.

"Anak-anak dengan siapa Nay?" Tanya Raisa sambil duduk di sebelah iparnya itu.

"Di bawa sama Kak Abercio ke kediaman Emiliano. Aku akan pulang agak sorean, karena setelah ini harus ke perusahaan Mas Zion." Terang Naya.

Raisa memunduk, dia tengah memikirkan sesuatu. Merasa ada yang sedang iparnya pikirkan, Naya pun bertanya dengan heran. "Apa rumah tangga kakak baik-baik saja? Apa Xander melukai kakak?"

Raisa menggeleng, hembusan nafas terdengar dari mulutnya. Matanya kembali menatap wajah adiknya iparnya dengan tatapan teduh. "Enggak Nay, Xander sangat baik. Dia terlalu baik untukku, dan aku semakin merasa tidak pantas."

"Memangnya, apa yang membuat kakak berpikir seperti itu?"

Raisa menceritakan apa yang menjadi kegundahan hatinya. Xander yang selalu berkata baik padanya, menyikapinya dengan begitu sabar. Tentang bagaimana sikap Xander pada Zira yang sudah seperti seorang ayah, itu hal yang membuat Raisa merasa Xander terlalu sempurna.

"Dia mencintaiku sejak aku belum menikah dengan Mas Abra. Dia tidak membenciku setelah apa yang terjadi. Dia menyayangi Zira seperti anak kandungnya sendiri. Bahkan, dia terus membelaku di depan keluarganya yang begitu membenciku. Nay, dia terlalu sempurna untukku yang hanya seorang single mom. Bahkan, aku lebih tua darinya. Dia sebenarnya bisa dapat wanita lebih baik dariku."

Nata mendengar cerita Raisa dengan seksama, matanya menatap lekat kembaran suaminya itu. Dirinya jadi teringat kisah cintanya bersama sang suami yang tak jauh beda dengan Raisa. Bedanya, Zion menyelamatkannya dari pernikahan dia yang sebelumnya.

"Kak, cinta Xander begitu luas untuk Kakak. Mungkin dengan berjalannya waktu, rasa.cinta kakak untuknya akan tumbuh."

Raisa menggeleng, dia menatap Naya dengan mata berkaca-kaca. "Aku sulit melupakan Mas Abra."

"Bukan sulit, tapi kakak belum mengusahakan. Kakak masih menutup hati kakak dan tak mengizinkan Xander masuk. Cobalah untuk menerima perasaan Xander, dan membalas perasaannya. Tak perlu buru-buru, kakak hanya mengikuti nurani kakak sebagai seorang istri."

Naya menggenggam balik tangan Raisa, dia tahu keraguan wanita itu. "Kakak ingat kisahku dengan Mas Zion? Sebelumnya aku sangat mencintai mantan suamiku, tetapi cinta itu bisa muncul saat aku berani untuk membuka hati. Apa kakak tidak kasihan dengan Xander yang selama ini menc1ntai kakak begitu tulus? Dia hanya menunggu kakak membalas perasaannya."

"Apa aku bisa Nay?"

"Aku yakin, kakak bisa melakukannya. Berikan dia perhatian, layaknya seorang istri yang mencintai suaminya. Lama-lama, rasa cinta itu akan tumbuh. Bang Abra pasti juga enggak mau kakak mengurus Zira sendirian. Apalagi, Zira butuh sosok ayah. Xander, dapat memberikan kebahagiaan itu."

Hati Raisa yang tadinya ragu menjadi mantap, dia akan mendengarkan apa kata adik iparnya. Zion menikahi Naya yang seorang single mom, kisah cinta keduanya bahkan begitu rumit. Hingga akhirnya, keduanya saling mencintai dan mendapatkan anak kembar yang sangat menggemaskan. Semuanya, berawal dari pernikahan yang tidak terduga.

.

.

.

Malam hari, Xander menjemput Raisa di rumah sakit. Dia memarkirkan mobilnya dan masuk ke dalam gedung untuk mencari seseorang. Seingatnya, Kayden bercerita tentang pria yang mendekati Raisa. Maka dari itu, dia ingin tahu siapa pria berprofesi sebagai dokter yang dengan berani mengajak istrinya makan bersama.

"Perasaan Dokter disini jelek-jelek, tua-tua lagi." Gumam Xander saat melihat satu persatu Dokter laki-laki yang lewat di hadapannya.

"Tuan Xander, anda disini?" Direktur rumah sakit menyapa Xander yang telrihat mencari sesuatu.

"Ya, bagaimana pembangunan rumah sakit?" Tanya Xander sambil matanya menatap sekitar.

"Berjalan sangat baik Tuan. Maafkan saya dengan masalah waktu lalu. Dana yang saya mintakan untuk pembangunan tambahan di gedung bagian barat. Kami harus memperluas ...,"

"Apa disini ada Dokter tampan?" Xander menyela perkataan Direktur rumah sakit dengan pertanyaan absurd nya.

"Maksudnya, bagaimana Tuan?" Tanya pria paruh baya itu dengan tatapan heran. Apalagi seingatnya Xander belum menikah.

"Apa selama ini pewaris Lergan itu suka dengan pria? Astaga, apa yang aku pikirkan." Batinnya.

Merasa di abaikan, Xander pun menepuk bahu Direktur rumah sakit itu. "Aku bertanya padamu!"

"Eh itu, ada Tuan. Saya, Tampan. Tapi, saya sudah menikah dan normal."

Xander terbengong, ia menatap pria paruh baya itu dengan tatapan menilai. Adakah yang melihat Direktur rumah sakit sosok yang tampan? Bahkan tingginya hanya sebatas d4da Xander saja, di tambah kepalanya yang licin sama sekali tak di tumbuhi oleh rambut. Dia saja sebagai pria tak mendapatkan kata tampan dari pria paruh baya itu.

"Maksud saya itu dokter muda! Dokter muda tampan dan ...,"

"Mau saya kenalkan demgan Dokter perempuan single disini Tuan?" Tawar Direktur rumah sakit.

Disini Xander baru paham, "Oooh, anda mengira saya belok yah? Anda dengar ini, saya sudah menikah! Istri saya Dokter di rumah sakit ini! Dengar, saya enggak belok!"

Xander kesal, dia masih ingin meng0meli pria paruh baya itu. Sayangnya, Raisa menghubunginya. Gegas, Xander pergi dari sana sambil menempelkan ponselnya di telinganya.

"Ya sayang? Aku sudah disini, kamu dimana?" Xander pergi mencari keberadaan Raisa, meninggalkan Direktur rumah sakit yang mengelus d4da sabar.

"Kadang kelamaan menjomblo juga akan menjadikan seseorang banyak mengkhayal." Lirihnya.

_______

Jangan lupa dukungannya😍😍😍