Kecelakaan yang membuatnya cacat dan berakhir menggunakan kursi roda membuat Zenita sang Nona muda gagal menikah dengan kekasihnya. Ia terpaksa harus menikah dengan supir pribadinya karena mempelai pria tidak datang ke pernikahan. Namun bagaimana jadinya jika keduanya sudah memiliki pujaan hati masing-masing namun dipaksa untuk bersama?
Apakah keduanya akan saling jatuh cinta seiring berjalannya waktu? Ataukah berakhir dengan perceraian?
Sementara sang mempelai pria yang tidak datang ke pernikahan itu kembali ke kehidupannya setelah pernikahan itu terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sagita chn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Uang nafkah
Setelah pulang dari rumahnya Franz terlihat menemui seseorang disebuah cafe kecil. Ia terlihat mengecek beberapa rekaman dan bukti foto-foto yang lelaki itu berikan.
"Bagaimana bos. Apa semuanya sudah cukup?"
"Ini semua sudah cukup untuk bukti. Namun masih ada yang kurang. Aku ingin tahu dulu apa motifnya melakukan semua ini. Sebelum aku menjebloskannya ke penjara"
Ternyata diam-diam Franz memiliki anak buah khusus untuk bekerja dibelakangnya.
"Aku juga sudah mempunyai sampel dokter akan obat keras yang tak sengaja nona muda konsumsi waktu itu. Kita tinggal menunggu kapan hari yang tepat untuk menangkapnya."
"Iya Bos betul sekali. Ohh iya ini omset masuk bulan ini Bos. Dan ini biaya pengeluran untuk alat-alat fitness baru."
"Kau sudah melengkapi semuanya?"
"Tentu saja sudah Bos."
"Bagus. Ini tips untuk kamu ambilah,karena kau sudah bekerja keras akhir-akhir ini."
Ternyata selain bekerja sebagai seorang supir Franz juga memiliki usaha kecil dibidang olahraga. Ia mempunyai tempat fitness sendiri yang beroperasi lumayan rame dan memiliki banyak pelanggan tetap. Ia juga telah berhasil memperbesar dan memperlengkap tempat fitnessnya itu. Pantas saja tubuhnya terlihat cool dan bugar sekali. Selain suka berolahraga Ia juga mempunyai cita-cita untuk memiliki banyak cabang tempat fitness dan olahraga. Namun itu belom kesampean karena semuanya masih dalam proses.
Setelah pertemuan itu selesai Franz pun akan bergegas untuk pulang kerumah karena hari sudah mulai petang.
"Mas Franz!" Namun baru saja ia memegang pintu mobil sudah ada teriakan wanita yang memekak ditelinganya.
Hazna???
Belom sempat menengok pun ia sudah sangat hafal dengan suara siapa itu.
Franz sudah menengok sekarang dan Hazna tampak menghampirinya dengan semangat bahkan sambil berlari penuh senyuman.
"Hazna.." Franz juga tersenyum sumringah untuk menyambut kehadirannya. Padahal hatinya sedang berkecamuk harus bersikap bagaimana sekarang.
Bagaimana dia ada disini?
"Mas aku sangat merindukanmu" Memeluk Franz begitu erat saking senangnya tak sengaja bertemu. Ia juga terbenam dalam didada Franz yang tampak bidang dan wangi itu.
Franz terlihat kaku sekali. Namun ia berusaha untuk mengerti suasana dan keadaan yang ada. Entah kenapa pelukan ini terasa asing dan berdosa baginya.
"Apa yang kau lakukan disini Hazna? Kenapa jam segini belom pulang?" Franz sudah melepas pelukannya dan mengendurkan jarak. Ia menatap kekasihnya lekat. Sudah lama juga ia tidak menatap wajah manis itu.
"Seharusnya aku yang tanya sama Mas. Mas ngapain disini. Bukannya tadi bilang ada dirumah bos? Kalo aku memang sedang menunggu jemputan ayah Mas. Mobil aku mogok sepulang dari rumah Sindy. Noh di bengkel sebelah." Yang dimaksud Sindy adalah temannya. Ia juga menunjukkan letak bengkel itu yang tak jauh dari Cafe ini.
"Tadinya aku mau minta tolong sama mas biar bisa dianterin. Tapi kayaknya Mas sibuk." Kebetulan beberapa menit yang lalu mereka memang habis chatingan.
"Ah iya. Tadi mas ada urusan dadakan bertemu orang untuk mengantar berkas. Mas juga ngebut kesini jadi cepet nyampenya. Maafin Mas ya Hazna."
Bahkan sekarang aku harus menjadi pembohong dikit.
"Mas sibuk sekali. Bahkan akhir- akhir ini gak punya waktu buat Hazna. Setiap minggu Hazna selalu merasa sepi saat Yoga tanpa kehadiran Mas."
"Iya Mas sangat tahu itu. Maafin Mas ya. Mas juga pengin nganterin kamu pulang seperti biasanya. Tapi Mas juga bawa mobil orang Hazna."
"Iya Mas. Aku tahu kok, Hazna juga ngerti banget kalo Mas sibuk kerja."
Ya Tuhan sebenarnya aku sangat bisa mengantar pulang Hazna sekarang. Namun bagaimana lagi, bahkan sekarang aku merasa berat untuk melakukannya.
Franz hanya mampu tersenyum sambil mengusap lembut rambut kekasihnya itu. Padahal batinnya terluka berat saat ini.
"Tapi Mas. Apa aku boleh meminta sedikit waktu darimu sebentar saja besok malam? Ayah kan ulang tahun. Kita ingin mengajak Mas makan malam bersama dengan keluarga. Mas bisa kan? Mas maukan?"
Ya Tuhan kenapa urusan begini saja jadi berat. Aku tidak mungkin meninggalkan Nona muda diwaktu malam hari. Tapi aku juga tidak mungkin menolak permintaan Hazna.
"Mas! Kenapa jadi bengong? Mas gak bisa ya?"
"Jika untuk kamu akan Mas usahakan Hazna. Moga saja Mas bisa datang ya. Kamu yang sehat-sehat dan jaga kesehatan kamu."
"Iya Mas. Mas juga jaga kesehatan. Diatur pola makannya yang baik. Mas kan sibuk kerja jangan lupa minum air putih yang banyak."
"Iya bawelku..!"
Tak lama mobil jemputan Hazna pun datang. Siapa lagi jika bukan ayahnya yang menjemput.
"Ehh Franz. Kamu ada disini juga?"
"Eh iya Om. Kebetulan Franz tidak sengaja kemari dan bertemu dengan Hazna. Namun mohon maaf Om, Franz tidak bisa mengantar Hazna pulang. Karena Franz juga bawa mobil orang."
"Sudah tenang saja. Om sangat tahu kamu. Ngomong-ngomong kamu juga jarang Ng-gym sekarang?"
"Ah iya mungkin minggu depan baru bisa olahraga lagi Om."
"Iya sudah Om tunggu. Terasa asing dan sepi jika Om olahraga tidak ada kamu Franz."
"Haha kan masih ada yang lain Om. Om tidak mungkin kesepian."
"Rasanya berbeda jika olahraga ku tidak ditemani dengan yang punya. Ngomong-ngomong fasilitas tempat fitness mu juga semakin lengkap Franz. Om bangga padamu."
"Ah Om bisa saja. Bahkan ini belom seberapa Om."
"Pelan-pelan Franz. Kau pasti bisa punya banyak cabang nantinya."
"Aamiin Om. Makasih banyak dukungan dan do'anya."
Ternyata perkenalkan mereka berawal dari tempat olahraga yang membuat mereka saling kenal mengenal. Bahka ayahnya Hazna sendiri adalah pelanggan tetapnya Franz. Tentu saja awal mula pertemuan Franz dan Hazna adalah ditempat olahraga itu.
Hazna jatuh cinta pada pandangan pertama saat melihat Franz yang sedang berolahraga. Ia begitu tampan dan cool baginya walau saat berkeringat,bahkan membuatnya seperti eskrim yang meleleh dipandangan pertamanya sekalipun.
Kemudian ia beralih menjadi pelanggan tetap olahraga yoga disitu demi untuk melihat dan mengamati Franz setiap harinya. Dan siapa sangka mereka saling dekat dan sudah bertunangan sekarang.
"Ya sudah Om tinggal dulu Franz."
"Ya hati-hati Om. Hazna kau juga hati-hati"
"Iya Mas Franz ku Sayang. Muach.." Hazna terlihat memberikan kiss bye buat Franz sambil masuk kedalam mobil. Sementara Franz tersenyum bahagia sambil memberikan love dari jemarinya. Tapi tidak tahu dengan isi hatinya yang tentunya sedang terguncang sekarang.
Astaga aku benar-benar tidak tahu mau sampai kapan seperti ini. Lalu besok aku harus bagaimana?
Franz memutuskan untuk langsung pulang kerumah sambil menenangkan pikiran di sepanjang perjalanan. Sampai pada akhirnya ia sampai juga dirumah istrinya.
"Franz kau darimana?" Tanya Mama Lisa yang kebetulan sedang duduk diruang tamu,sepertinya ia habis menemui seseorang.
"Ohh maaf Ma. Franz habis pulang sebentar."
"Ohh tau gitu Mama titip sesuatu buat keluarga kamu. Ngomong-ngomong kapan kau akan memperkenalkan keluargamu pada kami Franz?"
"Eum secepatnya Ma. Untuk sekarang sepertinya Franz belom siap."
"Iya baiklah. Mama sangat mengerti itu Franz."
Franz langsung naik ke lantai atas dan menuju ke kamarnya. Istrinya juga terlihat sudah mengganti pakaiannya dan artinya ia sudah membersihkan dirinya (mandi). Suster pun segera keluar dari kamar itu karena kebetulan jam kerja sudah mulai habis.
"Maafkan aku Nona. Sepertinya aku keluar terlalu lama." Franz yang merasa tidak enak diri karena ia memang keluar terlalu lama hari ini.
"Tenang saja. Aku juga tidak mencarimu!" Jawab ketus Zenita. Entah kenapa melihat Franz yang baru pulang Zenita merasa kesal hatinya. Makannya ia berucap seperti itu saking kesalnya.
"Ah iya aku juga tahu itu Nona."
Franz terlihat merogoh sakunya. Ia mengeluarkan amplop berisi uang lalu ia berikan pada Zenita.
"Ini uang nafkah untukmu Nona. Memang tidak seberapa namun aku harap Nona bisa menerima ini."
Zenita masih terdiam. Bahkan menatapnya heran karena Franz memberikan uang padanya. Batinnya ia memang tidak kekurangan uang sedikitpun.
"Cih. Apa yang kau lakukan Franz? Ini tidak perlu. Aku tidak perlu uangmu."
"Aku sangat tahu kehidupan anda Nona. Anda memang tidak perlu uang. Tapi ini kewajiban saya untuk memberi nafkah selama menjadi suami Anda"
Zenita hanya pasrah mendengar semua itu. Ternyata Franz begitu tanggungjawab pikirnya. Ia kemudian menerimanya.
"Baiklah akan aku terima. Apa kau juga memberikan semua uangmu padaku?"
"Tidak juga Nona. Aku masih pegang beberapa."