Kisah masa lalu Ayahnya juga Bundanya terlalu membekas hingga Intan tak bisa percaya pada Cinta dan kesetiaan.
Baginya Kesetiaan adalah hal yang langka yang sudah hilang di muka bumi.
Keputusannya untuk menikah hanya untuk menyelamatkan perusahaan dan menghibur orang tuanya saja.
Jodohpun sama-sama mempertemukan dirinya dengan orang yang sama-sama tak mempercayai Cinta.
Bagaimanakah kisah selanjutnya?
Akan kah Dia mempercayai Cinta dan Kesetiaan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesialan di malam hari
Sore hari, saatnya untuk semua orang pulang kerja, namun Intan masih meminta Difa sekretarisnya untuk ikut lembur karena mendadak mendapat laporan keluhan konsumen yang banyak mengenai pakaian yang di hasilkan pabrik juga laporan keluhan parik yang mengelola alat rumah tangga. Padahal sebelumnya semua terkendali dan aman tidak ada keluhan sama sekali, namun entahlah setingan atau bagaimana ada banyak keluhan yang datang yang membuat Intan harus menelisik dan melihat kejanggalan laporan lebih lanjut.
Intan merasa ini bagian dari ancaman yang di lakukan Raihan partner sahamnya yang memintanya untuk menjadi istri kontrak. Intan merenung dengan nasib perusahaan selanjutnya jika di teruskan karena baru sehari saja sudah ada penurunan pembelian, jika itu di lanjutkan terus tanpa penanganan maka lambat laut makin terjadi penurunan yang berimbas pada perusahaan.
"Difa besok kita cek langsung ke pabrik, kita cek apakah ada korupsi bahan atau penukaran bahan sehingga kita menjadi penurunan kualitas..."Kata Intan.
"Baik Bu..."Kata Difa lalu mencatat apa saja strategi yang bakal di jalankan besok.
Lembur merekapun selesai Difa di jemput oleh kekasihnya karena mobilnya masih di bengkel, sedangkan Intan masih di kantor, dirinya tak ingin merepotkan banyak orang sehingga dirinya memilih untuk meminjam motor satpam yang bertugas malam ini.
"Pak Maman... Saya sewa motornya malam ini ya..., Mobil saya di bengkel soalnya..." Kata Intan menghampiri Satpamnya.
"Nggih Bu... Silahkan... Tidak usah sewa saya ikhlas..."Kata Pak Maman pada atasannya itu.
Pak Maman menyerahkan kunci lalu Intan mengambil motor satpamnya itu dan menuju parkiran, Intan memakai motor yang sudah lumayan tua itu. Motor hitam dengan rantai dan mesin yang sudah berkarat, Intan merenung sebelum menyalakannya. Menyalakannya butuh waktu ekstra karena harus di selah, intan menarik nafas, sepertinya keputusannya untuk membawa motor ini adalah salah, namun malam sudah larut tak mungkin baginya memesan taxi apalagi handphonenya sudah habis baterai sedari tadi.
Intan akhirnya memutuskan untuk menaiki motor itu setelah berhasil menyalakannya, sungguh betapa sangat sederhana satpamnya itu, dengan motor tua seperti ini masih bisa bertahan memakainya, sepertinya dirinya perlu melihat lebih jauh kondisi karyawan yang sudah bertahun-tahun bertahan di perusahaannya.
Intan melajukan motor yang berjalan dengan kecepatan maksimal tak lebih dari 40km/jam, membelah malam dengan angin menerpa dirinya yang tanpa jaket, untung dirinya memakai baju yang lumayan agak tebal, dengan helem hitam yang sudah buram kacanya, tak akan ada yang percaya jika dirinya direktur sebuah perusahaan.
Sampai di lampu merah Intan berhenti, dirinya bersyukur masih ramai jalannya meski sudah malam, sehingga Intan berharap tak ada bahaya di jalan yang di alaminya.
Di sisi Intan terdapat seorang pemuda yang terus mengikuti Intan sedari keluar dari kantornya, namun Intan tak menyadarinya. Pemuda Itu memandang Intan yang nampak begitu menikmati kondisinya malam ini, meski dengan motor butut yang dia kendarai, entah terlalu gengsi baginya untuk mengatakan jika wanita yang dia awasi itu cantik dan mulai membuatnya tertarik.
Pemuda yang masih mengikuti Intan itu menarik nafasnya dalam, kembali menanamkan pendapatnya yang sudah dia pegang sedari dirinya remaja. Wanita tak ada yang bisa benar-benar mencintai dengan tulus terhadap laki-laki, entah itu laki-laki yang miskin atau kaya.
Intan merasa motor yang di kendarainya mulai tidak nyaman, terbukti dengan gas motor itu mulai ngadat-ngadat dan mulai meredup lampunya. Intan menarik nafasnya kasar, lalu menepi dan motor itu benar-benar mati. "Astaghfirullah... "Intan mengusap wajahnya kasar, lengkap sudah penderita dan ujian untuk hari ini, mobilnya mengalami ban kempes siang tadi, lalu mabuk saat naik bus dan pabrik yang mengalami masalah lalu malam ini bensin motor yang di pinjamnya habis.
Pemuda yang mengikuti rada jauh di belakang itu tersenyum tipis saat melihat Intan setengah kesal dan menendang motor butut yang di pakainya itu. Pemuda itu makin tergelak saat melihat Intan duduk selonjor di tepi jalan dengan wajah yang nampak kesal dan berkeringat.
Sedangkan Intan tengah frustasi di tempatnya, handphone tidak bisa di gunakan karena mati, taxi atau ojek juga tidak ada yang lewat dan parahnya dirinya terdampar di tempat yang sepi dan gelap. Jam di tangannya sudah menunjukkan pukul 11 malam lebih rasanya hanya ada orang yang punya niat negatif jika ada yang lewat jam segini.
Intan pun beranjak dari duduknya lalu mendorong motor butut itu berharap ada orang yang bisa di mintai tolong namun sampai nafas dan langkahnya lelah tak ada harapan yang bisa dia harapkan untuk menolongnya
Sebuah mobil berhenti di sisi Intan lalu membuka kaca mobilnya, pemuda itu keluar dari mobil dan bersandar di pintu mobilnya. "Woaaaah.... apa yang terjadi? Kenapa malam-malam mendorong barang antik begini??" Tanya Pemuda itu yang tak lain adalah Reihan laki-laki yang rasanya ingin dia lempar dengan sepatu haknya.
Intan pandang dengan kesal juga dingin makhluk lain di hadapannya yang sombong itu, lalu mengelus dadanya untuk mencoba sabar. Intan tersenyum dingin lalu meneruskan langkahnya tak ingin terus di ejek oleh pengusaha sombong itu.
Raihan berdecak kesal merasa tak di acuhkan lalu masuk ke mobilnya dan dengan sengaja menabrak ringan bagian pada motor buntut itu, hingga Intan nyaris terpelanting, namun intan langsung melepas motor itu karena terkejut.
"Astaghfirullah....!!! Hei...!!!" Intan murka lalu berkacak pinggang karena kesalnya.
"Itu motor hanya pinjaman kenapa kamu tabrak...???" Intan murka, bukan masalah hanya motor buntut tapi itu harta berharga orang lain, Intan bisa saja mengganti tapi bisa jadi motor itu banyak kenangannya sehingga pemiliknya begitu mempertahankannya.
"Kamu benar-benar menyebalkan, kamu sudah membuat hari ku jadi menyedihkan!!! Sekarang kamu juga akan mengacaukan malam ku juga??? Bisa tidak kamu bertindak lebih manusiawi??? Bisa tidak berhenti mengganggu hidup ku??? Percuma kaya, percuma tampan tapi adab dan sikap kamu minus!!!" Cerocos Intan sudah tidak bisa menghargai pemuda di hadapannya itu lagi.
Raihan keluar lalu menelfon seseorang, membiarkan Intan marah-marah kepadanya sepuasnya, memang dirinya sengaja melakukannya, jika tidak gadis yang ada di hadapannya itu tidak akan mengindahkan keberadaannya.
"Haiii??? Kamu Bisu???" Intan kesal semua omongan yang dia utarakan tidak mendapat tanggapan sama sekali.
Tak lama kemudian montir datang dan menghampiri Reihan, lalu Reihan memerintahkan montir langganannya itu untuk membawa motor butut itu. Sang Montir mengisi bensin lalu membawa motor itu bersama rekannya meninggalkan Reihan dan Intan yang masih kesal di tempatnya.
Reihan membuka pintu lalu berkata, "Masuk...!!! Tak baik gadis malam-malam di jalanan..."
Intan membeku di tempatnya, malas namun mungkin tidak ada orang yang bisa dia mintai tolong lagi, akhirnya dirinya pun masuk dengan wajah datarnya.
Mobil itu pun melaju dan membawa Intan ke rumahnya, Intan heran bagaimana Raihan bisa tau rumahnya padahal dirinya tak pernah bercerita. "Bagaimana Anda bisa tau rumahku???" Tanya Intan datar saat sudah sampai di halaman rumahnya.
"Tidak sulit bagiku... Bahkan seluk-beluk tentang dirimu dan keluargamu sudah dalam genggamanku. Apa lagi kehidupan rumahtangga kedua orang tuamu. Ayahmu yang tidak bisa setia bahkan saat ini sudah menjalin hubungan baru dengan perawat adik tirimu..." Kata Reihan sambil tersenyum devil.
"Ckkk kamu mengirim mata-mata??? Kamu menyelidiki semua keluargaku??? Jangan ganggu mereka!!!" Kata Intan geram.
"Aku butuh semua datamu, makanya, Ayo menikah... Kita buat kesepakatan yang saling menguntungkan... Kamu juga inginkan membahagiakan Bundamu yang lemah lembut itu??" Kata Reihan.
"Terimakasih... ! Terimakasih atas tumpangannya... Aku pikirkan dulu... " Kata Intan lalu berlalu meninggalkan Raihan.
"Haiii!!! Waktunya 1 Minggu dari sekarang... Jika tidak..." Raihan berteriak dari mobilnya membuat langkah Intan terhenti.
"Aku tidak peduli!!!" Kata Intan berteriak tanpa menoleh, membuat Raihan kesal memukul stir mobilnya.