Bukan hasil terjemahan ya.. Karya Original.
Dia seorang mafia dan pembunuh bayaran, di usianya yang ke empat puluh dia sudah memiliki dua anak dari almarhum suaminya.
Dalam misinya yang terakhir, dia di jebak oleh teman satu teamnya. Dia mati dengan tubuh yang hancur karena Bom.
Karena mengingat ke dua anaknya, dia tidak rela mati seperti ini.
Mungkin Dewa mendengar doanya, jiwanya malah masuk kedalam tubuh seorang Janda perawan yang baru saja menikah dengan Duda beranak satu, yang umurnya hampir setengah abad.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Harefa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 15
Airin pulang sebelum ke dua pria itu pulang, dengan cepat dia naik ke lantai dua dan masuk kekamarnya, menyembunyikan Laptop dan Ponselnya.
Dia tidak ingin mereka terlalu cepat curiga, dengan tubuh baru ini dia ingin bertindak dengan hati - hati. Dia ingin menyelidiki terlebih dahulu, siapa sebenarnya lawannya dan siapa yang bisa di bawa menjadi sekutunya.
Dengan sedikit berjoget dia memasuki kamar mandi, Airin merasa senang hari ini. Setidaknya dia bisa mengambil uangnya kembali dari para bajingan itu.
Enak saja, dia berkorban untuk nama kelompoknya, bosnya. Tapi mereka tidak menghargainya malah membunuhnya.
'Tidak.. Tidak.. Mereka tidak boleh bahagia di atas kematianku. Cepat atau lambat, aku akan benar- benar meretas data para bajingan itu. Berani- beraninya memanfaatkan keroyalanku kepada mereka.' Gumamnya sambil mengepalkan tangannya dengan kuat.
Selesai dia membersihkan badannya, dia memakai daster. Dengan berpakain begini setidaknya mereka tidak akan curiga bukan? Baiklah, kita mulai permainan.
Dia mendengar keributan di bawah, 'hmm, ternyata mereka sudah pulang.' gumam Airin yang lagi asyik membaca sebuah majalah. Untung masih ada majalah lama ini yang bisa membuang suntuknya selama di rumah.
Tok tok tok, seseorang mengetuk pintu dengan lembut, pasti bukan seorang lelaki, nilainya.
"Nyonya, bisa saya masuk?" Dari luar suara wanita bertanya.
"Ya, silahkan mbok Asih"
"Permisi nyonya, Tuan kasih pesan agar bersiap - siap, karena sebentar lagi akan pergi kerumah Tuan Besar." Dia sedikit memberi hormat ketika menyampaikan kabar itu.
Aku langsung terduduk menegang, yang tadinya berselonjoran di sofa.
"Ada acara apa di rumah Tuan Besar." Aku sedikit penasaran, dan juga sedikit gugup untuk menyesuaikan gaun yang akan di pakai.
"Saya dengar Tuan Besar ingin mengenal anda nyonya, bukankah selama pernikahan Tuan dan Nyonya belum bertemu dengan Tuan Besar? Mungkin mereka tidak menyangka pernikahan Tuan lebih lama dari biasanya."
Mbok Asih menunduk takut menyinggung Nyonyanya dengan kata - katanya, walau yang dia katakan benar adanya, tapi pembicaraan ini yang sedikit kasar.
"Baiklah, aku akan siap - siap."
Airin tidak peduli dengan kata - kata mbok Asih, seandainya pelayan ini tahu bahwa Airin asli sudah mati, tentu saja perkataannya tidak begitu. Airin sama seperti pengantin lainnya. Sudah menghilang.
Kebetulan juga, Airin sangat ingin mengenal yang namanya Robert Widarta ini, dulu ketika dia masih baru dalam dunia hitam, dia pernah mendengar seniornya mendapat tugas untuk membunuh Mafia tua ini.
Tapi dasar, dia seperti belut yang licin dan berbisa seperti ular. Sangat sulit di temukan. Malah akibat dari itu banyak para seniornya yang hilang tanpa jejak. Teman dekatnya juga mengalami hal yang sama. Tidak di temukan saat menjalankan misi untuk membunuh Mafia tua kejam ini.
Tangannya mulai gatal ingin melihat iklan di dunia bawah, apakah masih ada tugas itu, pasti hadiahnya sangat banyak bukan. Sepertinya pupil matanya sudah berubah menjadi huruf $. Jika dia mendapatkan misi seperti itu saat sekarang, dia masih harus berhati- hati. Karena pihak keamanan negara juga ada yang bekerja sama dengan mereka.
Airin terkenal yang selalu berhasil dalam tugasnya, dalam jual beli senjata, Narkobey dan misi lainnya. Sehingga banyak kelompok lain yang iri dengannya. Tapi entah mengapa Bosnya juga ikut menghilangkan jejak dirinya.
'Apakah ada sesuatu yang aku ketahui, dan dia tidak ingin aku sebarkan..? Tapi aku juga tidak pernah menyebarkan berita apapun, dan aku malah tidak mengenal wajahnya.'
Dia semakin bingung. Dengan keberhasilannya seperti itu, mengapa atasnnya ingin dia mati? Apa mereka mengira aku akan bekerja sama dengan Intel dan memberi tahu markas mereka? Atau memang, sebenarnya prinsip atasannya ini, bekas anggotanya tidak ada yang hidup jika keluar dari keanggotaan.
Dia berniat hendak pergi melihat senior - seniornya yang dulu, beberapa berteman baik dengannya. Dia memang mendengar ada beberapa yang minta pensiun ketika umur 40 tahun, jadi dia harus menyelidiki mereka. Apakah mereka masih hidup atau sudah hilang tidak berjejak.
"Nyonya, apakah sudah selesai?" Tiba - tiba suara mbok Asih membuyarkan lamunanku.
"Ah.. Iya, aku segera turun." Dengan sedikit tergesa dia memakai sepatunya, hanya sepatu flat saja. Dia menggelengkan kepalanya, apakah wanita ini tidak memiliki high heels? Ck, pakai yang ada saja, pikirnya.
Coba dia tahu wanita ini tidak memilikinya sudah pasti dia bawa dari apartemennya kemaren, tapi mungkin nomornya berbenda ya, karena tubuh wanita ini jauh lebih tinggi dari tubuhnya yang dulu. Dan jauh lebih muda tentunya he he he.
"Mom?" Arya menyambutnya di bawah dan menatapnya dari atas ke bawah.
"Ada apa?" Dia sedikit bingung melihat tatapan Arya kepadanya.
"Mommy tidak punya high heels?"
"Ya, takut aku semakin tinggi." Dia menarik nafas dan asal menjawab, dia kira apa..? Entah juga ya, apakah itu alasan Airin atau karena tidak ada duit untuk membeli high heels, dia juga tidak tahu.
mrk harus mati tertembak dn slah satunya sepupu raymond..apa ini trik airin agar klan eagle bisa cepat tertangkap oleh raymond.
atau raymond sendiri adalah musuh jg bagi airin.