Aksa yang selalu saja merasakan sakit hati kala jatuh cinta, kini ia harus merasakan sakit hati lagi kala sang kekasih memilih pergi kala pernikahan akan berlangsung besok.
Mau tidak mau demi menjaga martabat keluarga dan Perusahaan, Aksa harus menikahi Adik Iparnya, Yara.
Apakah yang terjadi dengan pernikahan serba terpaksa mereka?
jangan lupa follow, vote, dan like yaa 🤩
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15 (Revisi)
“Kak, kau_”
“Tidak, ayah mengatur cuti ku sampai satu minggu.” Jawab Aksa dengan cepat, ia memberikan mangkuk kosong itu kepada Yara. “Sekarang diamlah, aku tidak mau mendengar suara jelek mu.” Ucap Aksa dengan ketus.
Yara hanya diam menunduk, ia memegang erat mangkuk itu. Keduanya sama-sama diam dengan pikiran masing-masing, hingga tiba-tiba Aksa bersin.
“Hasssssyyyimmm!” (Anggap aja begitu ya bersinnya hehe)
Sudah pasti Yara terkejut, hingga mangkuk itu terjatuh dari tangannya. Hingga pecah tak berbentuk, membuat Aksa langsung bangkit seketika.
“Astaga..” Aksa mendorong Yara untuk menjauh, ia dapat melihat luka dikaki Yara akibat kejatuhan mangkuk itu. “Menjauhlah!” Aksa memerintah dengan nada bentakkan.
Sebagai pemilik jiwa yang lembut sudah pasti Yara menganggap bentakkan Aksa tadi sebagai kemarahan. Yara merasa jika Aksa marah karena dirinya menjatuhkan mangkuk mahal itu.
“Maaf, Kak.. Aku benar-benar tidak sengaja..” Kata Yara.
Aksa menatap Yara intens, ia memerhatikan Yara yang terlihat salah tingkah hanya karna ulahnya.
“Sudah lah, kau_”
“Tidak tidak, aku akan membereskan semua ini.” Yara langsung berjongkok untuk membersihkan serpihan mangkuk. Tangannya gemetar hingga beling itu melukai jari telunjuk nya, Yara langsung menjerit kecil karna itu sakit.
Aksa hanya menghela napas panjang saja melihat kelakuan Yara. Ia menarik tangan Yara untuk bangkit, ia dapat melihat Yara yang kesakitan karna jari telunjuk nya mengeluarkan darah yang cukup banyak.
“Sudah kubilang tadi, biar bibi saja yang membersihkan itu semua. Sekarang lihat, tanganmu jadi terluka.” Aksa mengomel kepada Yara yang hanya diam.
Aksa menarik tangan Yara hingga gadis itu mengikuti langkah besar Aksa dengan sedikit berlari. Aksa menyuruh nya untuk duduk di sofa, dengan patuh Yara menuruti itu.
“Hentikan darah nya dulu,” Perintah Aksa kepada Yara yang malah menatap nya lugu.
“Caranya?” Yara malah bertanya.
Aksa memijat pelipis nya, terpaksa harus dirinya yang melakukan ini semua. Aksa berjongkok di hadapan Yara, ia menghisap darah Yara tanpa jijik sedikitpun. Lalu meludahkan darah itu di tisu, terus saja ia lakukan hingga darah di jari telunjuk Yara tidak mengalir lagi.
Yara terus saja memerhatikan cara Aksa mengobati nya, ia tersenyum tipis. Dibalik sifat Aksa yang dingin bagaikan kutub utara, ternyata ada sisi perhatian nya sedikit.
“Sudah, lain kali hati-hati dalam bekerja.” Ucap Aksa.
Tangan Yara sudah diberi perban, Aksa merapikan kotak p3k miliknya. Lalu ia bangkit berjalan menuju keluar kamar, meninggalkan Yara yang masih menatap jari telunjuk nya yang terdapat perban bergambar ulat bulu.
Kala Yara ingin bangkit, para pelayan masuk untuk membersihkan serpihan beling itu. Yara tidak melihat Aksa lagi, tentu saja ia penasaran kemana pria itu pergi.
“Nona, Tuan muda mengatakan.. Jika kau harus sarapan dibawah, beliau sedang berolahraga di ruangan sebelah.” Ucap kepala pelayan, Pak Gus.
Yara mengangguk saja, ia langsung pergi menuju lantai bawah. Menuruni tangga yang cukup panjang, Yara memerhatikan seluruh ruangan rumah yang tertata dengan rapi. Ada juga foto pernikahan mereka yang terpajang besar-besar di ruang tamu.
Yara heran sejak kapan ada foto pernikahan mereka disana. Semua pekerja di Rumah mewah ini memang sangat cepat bekerja, Yara kagum dengan itu. Yara merasa lelah jika terus naik turun tangga, lebih baik rasanya rumah sederhana saja dari pada seperti ini.
Kala Yara melewati ruang tengah, ia melihat televisi besar. Yara ingat ada acara favorit nya yang tayang di pagi begini. Tanpa banyak berpikir lagi, Yara langsung duduk disofa. Menyalakan televisi dengan remote sembari memegang bantal sofa ditangannya.
Dan benar saja, Acara yang dimaksud Yara sudah tayang. Yara menonton dengan sangat serius, terkadang tertawa kala adegan lucu. Kehidupan seperti ini sangat nyaman untuknya, kalau di rumah Reynald sudah pasti Yara tidak bisa melakukan aktivitas bersantai.
"Hahahaha lucu sekali, dia bodo' banget.." Yara tertawa kencang karena adegan yang lucu, terus saja seperti itu hingga melupakan jadwal sarapan pagi.
"Kok malah nonton? Sudah makan belum?" Tanya Aksa yang tiba-tiba saja merebut remote TV ditangan Yara. Dan bahkan langsung mematikan acara itu begitu saja, ia menatap Yara tajam.
"Kak, kok malah dimatiin? Tadi acaranya seru loh, lucu banget." Yara protes, padahal setelah acara itu ia ingin menonton kartun.
"Sudah makan belum?" Tanya Aksa lagi, ia melempar remote itu asal. Aksa semakin marah kala Yara menggelengkan kepalanya, ia tidak suka karna Yara belum sarapan.
“Makan cepat!” Aksa tidak mau mendengar alasan apapun, ia hanya memerlukan Yara untuk makan.
Tangan Aksa menunjuk kepada arah dapur, sudah pasti Yara langsung bangkit untuk menuju meja makan. Selama kepergian nya Aksa terus menatap Yara, ia tidak mengerti kenapa bisa menikah dengan bocah tidak tahu apa-apa seperti Yara itu.
“Sangat berbeda dengan Hera, lebih tau apa-apa dibandingkan dengan Yara yang harus dijelaskan lebih dahulu.” Kata Aksa, ia menggelengkan kepala saja kala ingat dengan semua kelakuan absurd Yara.
Kala Aksa ingin melangkah menaiki tangga menuju lantai atas, ia mendengar suara teriakan Yara dari dapur.
“Aisssshhh, ada apa lagi dengan bocah itu?”