Luna selalu tidak percaya diri jika tampil di depan banyak orang, padahal ia memiliki suara indah. Cita-cita Luna sebenarnya ingin menjadi seorang penyanyi tetapi ditentang oleh orang tuanya. Suatu hari Luna mendapatkan tawaran kerja menjadi seorang penyanyi oleh temannya, Mona. Namun, tempat kerja itu merupakan tempat terlarang. Hingga akhirnya ia kabur dari tempat kerja itu, dan bertemu dengan sahabatnya, Adi. Rasa jatuh cinta Luna kepada Adi itu semakin nyata, namun ia tak bisa mengungkapkannya. Adi dan Hani yang merupakan sahabat Luna menyarankan untuk mendaftar audisi menyanyi. Luna pun diterima di audisi itu, dengan perjuangan dan pengorbanannya selama di karantina, Luna berhasil menjadi juara 1 di audisi menyanyi itu, hingga akhirnya kedua orang tua Luna menyadari kalau mereka telah mementingkan egonya bukan masa depan Luna. Cita-cita Luna menjadi seorang penyanyi terkenal akhirnya tercapai dan ternyata Adi juga memiliki rasa terhadapnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fiore, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Baju yang ditukar
Tak terasa aku sudah berada di karantina ini selama 2 bulan.
Seperti biasa, Hani selalu mengantarkan baju sebelum hari acara audisi itu dimulai. Namun, hari ini aku tidak bisa bertemu langsung dengan Hani untuk mengambil gaun yang akan aku pakai besok. Aku pun meminta Hani untuk menitipkan paketnya di security dan nanti aku yang akan mengambilnya ke pos security itu.
Aku juga sedikit bingung karena aku mendapat informasi dari seorang security kalau ada seseorang yang ingin bertemu dan menunggu ku di restoran hotel yang berada di samping hotel ini. Orang itu mengaku kalau ia adalah penggemar ku.
Aku pun datang menghampiri tamuku di restoran hotel itu. Tetapi saat aku tiba di restoran itu, tidak ada yang memanggilku, aku pikir dia sedang ke toilet, sehingga aku menunggunya saja di kursi.
Waktu sudah berjalan hampir satu jam, tapi tak kunjung datang orang yang ingin bertemu dengan diriku itu. Apa orang itu tidak jadi bertemu denganku? Aku pun mencoba bertanya ke securitynya sekalian mengambil paket dari Hani yang dititipkan disana.
“Pak, sudah aku tunggu hampir 1 jam tapi orangnya tak juga ada. Apa tadi bapak melihatnya?”, tanyaku kepada security.
“Ohh... Iya mba, tadi sebelum mba nya turun dia bilang mau mengambil barang nya yang ketinggalan di mobil, setelah itu aku pun tidak ingat lagi”, kata security itu sambil mengingat-ingat.
Apa iya dia benar penggemarku? Aku masih penasaran dengan kejadian aneh ini.
“Oh iya, Pak. Tadi ada paket yang dititipkan Hani untuk ku kan?”, tanyaku mencoba melupakan kejadian yang tadi.
“Ini mba”, security itu memberikan sebuah paket.
Aku menjadi ragu, karena bentuk paketnya tidak seperti yang Hani berikan biasanya. Bentuk kotaknya itu kecil.
“Apa benar ini, Pak?”, tanyaku.
“Iya, benar yang itu mba”, jawab security nya.
Akupun segera kembali ke kamar untuk mengecek paketnya.
Saat aku buka kotak itu, ternyata isinya hanya baju renang. Mana mungkin Hani mengirimkan baju ini kepadaku. Aku menjadi panik dan mencoba menelepon Hani menggunakan video call.
“Hani”, kataku dengan rasa panik.
“Iya Na, ada apa?”, tanya Hani.
“Apa benar kamu mengirim baju ini kepadaku?”, Aku menunjukkan kotak bingkisan itu dan baju renangnya.
“Tidak Na, Tidak. Mana mungkin aku mengirimkan pakaian renang untukmu, jelas-jelas tadi yang aku katakan itu gaun dan kotaknya besar”, kata Hani ikut panik.
“Tapi, aku tadi sudah tanya ke security nya katanya yang itu”, jelasku.
“Coba kamu tanyakan lagi kepada security. Ada yang tidak beres ini dengan security nya”, kata Hani.
“Ya sudah, aku coba tanyakan dulu. Nanti aku telepon kamu lagi”, kataku.
“Iya Na”, kata Hani.
Kami berdua langsung memutus telepon kami. Aku segera kembali turun untuk menemui security itu lagi.
“Pak, kata teman saya, paketnya bukan ini”, jelasku di pos security.
“Tapi benar itu mba, tidak ada paket yang lain lagi. Kalau paket ini sudah ada namanya masing-masing”, kata security sambil menunjukkan 2 buah paket yang sudah tercantum nama penerimanya.
Aku pun semakin bingung, gaun apa yang akan aku kenakan malam nanti, kalau mau pinjam baju dari butik seharusnya sudah melakukan fitting baju kemarin, sehingga nanti malam tinggal memakainya.
“Oh iya, mba. Paket itu tadi ada yang menukar seorang bapak-bapak katanya sih mba Hani salah kirim paket, makanya paket yang itu ia ambil lalu ia menggantinya dengan paket yang lain”, kata salah seorang security yang tiba-tiba muncul dari luar hotel.
“Apa? bapak-bapak?”, aku semakin dibuat bingung dan panik, karena Hani mengatakan kalau ia sendiri yang datang dengan motornya bukan dengan orang lain ataupun bapaknya.
“Iya mba Luna. Katanya ia sopir mba Hani. Karena ia mengaku salah memberikan paket, makanya paket yang sebelumnya aku kembalikan”, jelas security itu.
“Lalu ciri-cirinya seperti apa pak?”, tanyaku.
“Ia orangnya tinggi besar dan berpakaian safari”, jelas security itu mengingat-ingat.
Siapa dia? Lagipula Hani tidak mempunyai sopir. Apa ada kaitannya dengan penggemar ku yang ingin bertemu dengan aku tadi? Lalu apa maksud tujuannya ini? Apa ada orang yang sengaja mengerjaiku?
Semua apa yang diceritakan menjadi tidak masuk di akal. Aku putuskan untuk kembali ke kamar saja untuk menenangkan diriku lalu mencari solusi selanjutnya.
Setelah sampai di kama, aku pun menelepon Hani kembali.
“Hah bapak-bapak? Lagipula aku kan tidak punya sopir”, kata Hani.
“Iya, Han. Aku juga bingung, siapa sebenarnya dia?”, kataku.
“Ya sudah Na, nanti kita ketemuan di studio televisi itu. Aku akan membawakan gaun yang lain”, kata Hani.
“Iya Han. Terimakasih”, aku berterima kasih dengan Hani.
Setelah melakukan beberapa persiapan, Bus yang bertugas menjemput para peserta audisi Queen of Melody ini sudah tiba, sehingga seluruh peserta diminta untuk segera masuk.
“Biasanya kamu membawa tas baju, Na?”, tanya Mona yang penasaran melihat diriku tidak membawa tas baju seperti biasanya, Mona seperti tersenyum-senyum.
Aku sengaja tidak menjawabnya, aku tidak mungkin akan mengatakan bajuku ditukar orang kalau Mona mengetahuinya ia pasti akan menertawakan aku.
Setelah tiba di studio, aku langsung menghubungi Hani, dan ternyata ia dan Adi sudah menunggu di ruang tunggu. Aku pun meminta ijin kepada panitia untuk bertemu dengan seseorang sebentar.
Saat aku sedang berjalan ke tempat Hani berada, seperti ada seseorang yang mengikuti aku, namun saat ku tengok ke arah belakang, tidak ada orang yang mengikutiku. Apa karena pikiran ku yang panik saja padahal disini memang sedang banyak orang yang berlalu-lalang.
Hani sudah melihatku dari kejauhan, ia bersama Adi langsung berlari menghampiri ku.
“Ini gaunnya, Na. Untung saja aku punya gaun cadangan lain. Aku benar-benar masih penasaran dengan orang yang sengaja menukar paket kita”, kata Hani.
“Iya, Han. Aku juga tidak tahu”, kataku.
“Sudah.. Sudah... Itu kita bicarakan nanti saja. Sekarang sebaiknya kamu segera ganti baju dan bersiap-siap”, kata Adi.
“Iya. Terimakasih semuanya”, setelah menerima kotak besar itu, aku langsung kembali ke tempat ku.
Gaun yang dibuat Hani selalu cantik, anggun, dan menarik. Aku berhasil memanfaatkan waktuku untuk berganti baju dan berhias.
Ku lihat di kursi penonton, semakin hari orang-orang yang mendukung aku semakin bertambah. Padahal awalnya meneriaki namaku hanya Hani dan Adi.
Seiring dengan berjalannya waktu, malam hari ini, aku bisa menampilkan penampilan terbaik ku walaupun tadi sempat ada masalah soal baju yang sempat membuat pikiran ku menjadi tidak tenang.
Penampilan terbaik ku malam hari ini membawa namaku berada di 3 besar dan berhasil maju ke 10 besar bersama 9 orang peserta lainnya yang tersisa.
Entah mengapa Mona yang biasanya masuk dalam 3 besar peserta dengan nilai tertinggi, kali ini dia berada di bawahku. Aku lihat penampilannya tadi pun ia melakukan banyak kesalahan, seperti ada masalah yang dipikirkannya.
Buat ku ini adalah hari terbaik ku karena merupakan awal pertamaku yang dimana namaku masuk dalam 3 besar peraih nilai tertinggi, yang biasanya hanya masuk dalam urutan 5 besar. Dengan semangat ku, aku akan berusaha untuk mempertahankan 3 besar ini.