Sifa Kamila, memilih bercerai dari sang suami karena tidak mau diduakan. Ia pun pergi dari rumah yang dia huni bersama Aksa mantan suami selama dua tahun.
Sifa memilih merantau ke Jakarta dan bekerja di salah satu perusahaan kosmetik sebagai Office Girls. Mujur bagi janda cantik dan lugu itu, karena bos pemilik perusahaan mencintainya. Cinta semanis madu yang disuguhkan Felix, membuat Sifa terlena hingga salah jalan dan menyerahkan kehormatan yang seharusnya Sifa jaga. Hasil dari kesalahannya itu Sifa pun akhirnya mengandung.
"Cepat nikahi aku Mas" Sifa menangis sesegukan, karena Felix sengaja mengulur-ulur waktu.
"Aku menikahi kamu? Hahaha..." alih-alih menikahi Sifa, Felik justru berniat membunuh Sifa mendorong dari atas jembatan hingga jatuh ke dalam kali.
Bagaimana kelanjutan kisahnya? Kita ikuti yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
"Kau?"
"Kau?"
Ucap Sifa juga seorang pria secara bersamaan, mereka saling pandang dan saling tunjuk.
"Sifa... kamu?" Tanya Pria itu yang tak lain adalah Felix. Jika selama ini Felix berpikir bahwa Sifa telah mati di tanganya, tetapi ternyata segar bugar.
Begitu juga dengan Sifa jika dalam beberapa bulan ini mengganggu Felix hanya main belakang, saat ini bertemu langsung. Jika Sifa menatap Felix penuh kemurkaan, Felix menatap Sifa tidak berkedip. Dalam hati memuji kecantikan Sifa yang jauh lebih menggiurkan dibandingkan dua tahun yang lalu.
Sementara mata Sifa menatap Felix penuh dendam dan kebencian, tekatnya untuk membuat Felix hancur tinggal selangkah lagi.
"Sifa, jadi kamu masih hidup?" Felix ingat ketika Sifa beberapa kali mengganggu hingga membuatnya seperti orang gila bahkan bodoh karena mengira arwah Sifa gentayangan.
Tidak ada jawaban dari Sifa, beberapa detik kemudian Sifa melengos membuang muka lalu pergi.
Felix pun meninggalkan resep obat memilih berlari mengejar Sifa yang sudah mendekati motor. "Tunggu" si pria mencekal tangan Sifa lalu menarik ke samping apotek yang sepi.
"Lepas! Mau apa kamu Felix?!" Sifa menatap nyalang wajah pria yang pernah dia cintai itu, kemudian menghempas tangan Felix dengan mudah.
"Urusan kita belum selesai Sifa" Felix menatap lekat wajah Sifa, masih tidak menduga bahwa wanita yang ia dorong ke jurang itu masih hidup. Felix tidak memungkhiri bahwa pesona Sifa masih membuat hatinya bergetar. Jika dulu ia mendorong Sifa ke sungai itu karena panik, lantaran Sifa hamil. Felix malu kepada rekan kerja dan orang-orang terdekat. Itulah yang membuatnya nekat.
"Jelas belum selesai Felix, karena karma yang kamu terima dari beberapa peristiwa itu baru permulaan" Sifa menekan dada Felix dengan telunjuk.
Seketika tangan Felix menangkap telapak tangan Sifa. "Karma?" Felix kaget, pikiranya menoleh ke belakang mengingat beberapa kejadian yang menimpa dirinya. Dania wanita cantik yang dia nikahi hampir 5 bulan itu belum pernah ia tiduri, bahkan mengalami nasib yang tragis. Usahanya nyaris bangkrut, dan masih banyak lagi.
"Kenapa kamu diam Felix?" Sifa rasanya ingin menendang lutut pria itu biar kapok, tetapi Sifa tahu ini tempat umum.
"Apa kamu bilang? Sejak kapan kamu memanggil nama saya Felix?" Felix baru menyadari sejak beberapa menit yang lalu Sifa tidak lagi memakai embel-embel Mas. Padahal selisih usia mereka tujuh tahun.
"Hihihi..." Sifa tertawa meledek, lalu wajahnya berubah menyeramkan. "Sudah bagus saya memanggil nama kamu Felik, bukan nama hewan berkaki empat" jawab Sifa, membuat telinga Felix yang mendengar berubah merah karena sungguh tidak enak dia dengar.
"Lancang sekali mulutmu" Felix mengangkat telapak tangan hendak melayang ke pipi mulus Sifa. Namun, dengan cepat Sifa menangkis.
"Jangan berbuat seenaknya Felix" Sifa menegaskan jika dirinya saat ini bukan Sifa yang lemah dan bisa ditindas oleh manusia seperti Felix.
"Kamu tidak mau disamakan hewan berkaki empat, tetapi kelakuan kamu itu tidak menunjukkan seorang manusia Felix" Sifa berdecih. Ia tumpahkan isi hatinya yang sudah hampir dua tahun ini dia tahan.
"Binatang saja sayang dengan anak-anaknya, tetapi kamu? Apa yang kamu lakukan Felix?!" Sifa meneteskan air mata. "Kamu tega membunuh darah dagingmu sendiri tidak punya belas kasihan bukan?" Sifa kini sesegukan ingat semua perlakuan Felix.
"Sifa, aku mengaku salah, sebaiknya kamu menikah denganku" Dengan tidak tahu malunya Felix ingin menjadikan Sifa istri kedua.
"Saya menikah dengan pria seperti kamu Felix?Najis banget" Sifa menatap Felix sinis dan menirukan seperti orang yang sedang muntah.
"Sombong sekali kamu, Sifa" Felix melipat tangan di dada. Tidak terima Sifa berkata demikian. Padahal Felix sendiri yang sombong, selalu memandang orang lain rendah, seolah hanya dia yang mulia dan mempunyai kebesaran.
"Jika saya menjadi sombong dan jahat, itu karena kamu Felix!" Sifa pun merasa bahwa sekarang dirinya mempunyai dua kepribadian. Jika dendamnya tidak berkorbar maka Sifa menjadi wanita yang lemah lembut. Tetapi jika melihat atau ingat semua hal tentang Felix Sifa naik darah.
"Ingat kamu Felix, bukan hanya saya yang akan menuntut keadilan atas kejahatan yang kamu perbuat, tetapi jangan kira malaikat kecil yang sudah kamu bunuh pun tidak akan murka" pungkas sifa menakut-nakuti lalu kembali ke parkiran menjalankan motornya.
Felix segera berlari masuk ke dalam mobil lalu tancap gas mengajar motor Sifat yang semakin menjauh, tidak ingat lagi bahwa tujuannya ke apotek ingin menebus obat Dania. "Kenapa kamu tidak mati sejak dulu Sifa" Felix mencengkeram setir, matanya menatap tajam motor matic yang semakin dekat. Hatinya kesal dan marah kenapa saat itu tidak memastikan bahwa Sifa benar-benar sudah meninggal di bawah jembatan.
Di depan sana rupanya Sifa tahu jika diikuti, kemudian menambah kecepatan motornya. Bukan karena takut dengan Felix, tetapi Sifa tidak mau Felix tahu dimana Sifa tinggal untuk saat ini.
Tin tiin tiin... Sifa menekan klakson ketika kendaraan di depan melambat. Namun, kendaraan justru semakin padat dan akhirnya macet.
Seeettt...
Tiba-tiba saja di sebelah Sifa kaca mobil terbuka, Sifa menoleh ke kanan, Felix tersenyum penuh maksud. Sifa yang merasa jijik kemudian melengos.
Tidak ada jalan lain bagi Sifa selain belok kiri ambil jalan tikus. "Mudah-mudahan kadal jantan itu tidak mengikuti" batin Sifa. Jalanan yang hanya muat satu mobil itu sepi, Sifa sedikit tenang. Namun, ketenangan Sifa hanya beberapa detik saja, rupanya mobil Felix sudah berada di belakang.
"Huh sial" Sifa menggerutu sendiri.
Sementara itu Felix di belakang terbahak-bahak. "Hahaha... Kamu tidak akan lolos dariku Sifa" Felix mempunyai rencana jahat. Dia merasa yakin berhasil menangkap Sifa, rencana busuk pun muncul di benak. "Setelah aku nikmati tubuhmu lalu aku lenyapkan kamu ke neraka Sifa. Hahaha..."
...~Bersambung~...