Saga, Kira Dan Luna adalah tiga bersaudara yang bisa melihat hantu. satu persatu arwah datang untuk meminta pertolongan. Kematian kedua orang tua yang misteriuspun masih menjadi misteri Dan mereka berusaha mengungkapkan siapa dalang di balik pembunuhan kedua orang tuanya. Dapatkah Saga, Kira Dan Luna mengungkap siapa dalang do balik pembunuhan Itu Dan dapatkan mereka menyelesaikan semua maslah para arwah gentayangan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kirei39, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saudara Kembar Bab 1
Bab 1
"Selamat pagi, Kak. " Luna yang baru trun dari kamarnya langsung menghampiri Saga yang sedang sibuk mempersiapkan sarapan.
"Tidak biasanya bangun pagi pagi, ini kan hari minggu. " ucap Saga karena melihat Luna sudah rapi pagi pagi.
"Aku mau ke perpustakaan kota, Kak. Ada buku yang harus di cari buat tugas nanti. " jawab Luna sembari menggigit roti selain coklatnya.
"Sendiri? Ajak Kira bersamamu. " tanya Saga.
"Aku akan pergi bersama Ryu, sebentar lagi dia kan jemput. " jawab Luna.
"Baiklah." Setidaknya Saga lega karena mungkin Ryu bisa di andalkan untuk menjaga adiknya.
"Dimana Kak Kira? Belum bangun? " Luna celingukan mencari kakaknya.
Saga hanya mengangguk sambil menikmati teh nya.
Ryu yang di tunggu pun datang dengan motornya. Ryu memakai celana jeans kaos putih dan jaket biru membuatnya terlihat tampan jika tidak memakai seragam.
Luna dan Saga langsung kemuar menghampiri Ryu.
"Ohooo... Tampan sekali kau hari ini. " Luna menggoda Ryu.
Ryu terlihat salah tingkah karena da Saga di depannya. Saga tersenyum melihat Luna yang menggoda Ryu sampai salah tingkah begitu.
"Tolong jaga Luna. "
"Baik, Kak. " jawab Ryu.
"Apa? Bukan dia yang menjagaku, tapi aku yang menjaganya. " pungkas Luna sambil tertawa.
Ryu cemberut, kesal karena Luna mengejeknya di depan Saga.
Setelah berpamitan, keduanya pun pergi dan hanya Saga yang melihat mereka dri kejauhan sampai tak terlihat oleh mata.
Luna dan Ryu berjalan memasuki perpustakaan kota yang megah, disambut oleh aroma khas buku-buku lama yang terawat dengan baik. Mereka terkejut melihat banyaknya pengunjung yang telah hadir lebih dulu, menyerap ilmu dari lembaran-lembaran pengetahuan yang tak lekang oleh waktu.
Setiap sudut ruangan dipenuhi oleh bisikan halus dan desir halaman yang dibalik, menciptakan simfoni yang menenangkan bagi mereka yang mencari kedamaian dalam kata-kata.
Luna melangkah ringan menuju rak buku di sebelah kiri, matanya berbinar menemukan koleksi novel-novel fantasi yang telah lama dia idamkan, namun dia harus fokus untuk mencari buku saint untuk tugasnya.
Sementara itu, Ryu dengan hati-hati memilih rak di sebelah kanan, tempat buku-buku sejarah dan biografi berbaris rapi, menjanjikan petualangan intelektual yang mendalam.
Luna menemukan Buku yang dia cari, saat akan mengambil buku tersebut, tanpa sengaja tangannya bersentuhan dengan seseorang yang juga akan mengambil buku tersebut.
Dengan hati yang berdebar, Luna perlahan mengangkat kepalanya, matanya bertemu dengan seorang pemuda yang tersenyum ramah.
Mereka berdua terdiam, terjebak dalam momen yang tak terduga namun menyenangkan.
“Oh, maaf tapi aku melihatnya duluan,” ucap Luna, suaranya lembut namun jelas.
Pemuda itu menggelengkan kepala,
“Tidak, saya yang harusnya minta maaf, saya tidak melihat Anda di sana,” balasnya dengan suara yang hangat.
Mereka berdua tertawa kecil, memecahkan keheningan yang sempat tercipta. Dengan gerakan yang sopan, pemuda itu menyerahkan buku tersebut kepada Luna,
“ ladies first,” katanya.
Luna menerima buku itu dengan rasa terima kasih yang tulus, dia tersenyum pada pemuda itu untuk menunjukan bahwa dia benar benar berterima kasih.
Senyum Luna yang semula merekah perlahan menguap, digantikan oleh keterkejutan yang mendalam. Di samping pemuda itu, seorang arwah yang kelam mengeluarkan asap hitam berdiri, sebuah fenomena yang tidak hanya mengejutkan tetapi juga menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab.
Luna pun baru teringat jika pemuda di depannya adalah siswa sekolah Harapan Bangsa yang saat itu berpapasan dengannya dan arwah dengan wajah yang mirip dengan pemuda itu pun masih terus mengikuti.
"Aku,, sepertinya pernah melihatmu. " Pemuda itu sedang mengingat ingat.
"Ya, sepertinya begitu. " Luna mencoba tersenyum namun tatapannya tak bisa mengacuhkan arwah di samping si pemuda.
"Ah benar kan kita pernah ketemu? " pemuda itu terlihat senang karena Luna pun mengingat pertemuan mereka.
"Aku Zayyan. " Zayyan mengulurkan tangannya.
"Aku Luna. " Luna menyambut ukuran tangan Zayyan dan terlihat sekali arwah di samping Zayyan sangat tidak senang.
"Kau waktu itu ke sekolahku kan? Bertemu siapa? " tanya Zayyan.
"Hanya bertemu teman saja. " jawab Luna sekenanya.
"Sendirian kesini? Mau duduk bersama? "
"Luna! " baru saja Luna akan menjawab, Ryu sudah aa di belakangnya.
"Sedang apa? Sudah dapat bukunya? " tanya Ryu sambil sesekali melihat ke arah Zayyan..
"Ya, sudah. " Luna mengacungkan buku saint di tangannya.
"Ini Ryu temanku, kenalkan dia Zayyan. " Luna saling memperkenalkan keduanya.
Zayyan mengulurkan tangannya dan dengan terpaksa Ryu pun menyambut ukuran tangannya walaupun sebenarnya dalam hati Ryu tak suka melihat Luna berdekatan dengan pria lain.
"Ayo, kita cari tempat duduk. " ajak Ryu.
Luna mengangguk dan akan beranjak pergi saat Zayyan memanggilnya.
"Luna! Bisakan aku bergabung? " tanya Zayyan.
Luna menatap ke arah Ryu yang sepertinya tak senang namun dia pun tak mungkin menolak permintaan Zayyan.
"Baiklah." akhirnya Luna menyetujui dan raut wajah Ryu langsung cemberut.
****
Di sebuah pemakaman umum, sepasang suami istri sedang duduk di depan sebuah nisan. Sang istri menangis dan di kuatkan oleh suaminya.
"Sudahlah, jangan terus menerus bersedih. Nanti Ziyyan akan ikut bersedih. " ucap sang suami.
"Walaupun sudah setahun kepergiannya, rasanya hati ini masih tak bisa menerima. " si istri terus menangis meratapi kepergian anaknya.
"Aku tau, akupun sangat kehilangan anak kita. Dia anak yang baik dan penurut. " timpal suami
"Aku masih tak percaya dia mengakhiri hidupnya dengan menjatuhkan diri dari lantai 3 rumah kita. " si istri kembali menangis saat mengingat kejadian yang sangat menyedihkan baginya.
"Polisi sudah mengatakan kalau itu murni bunuh diri. Kita bisa apa? Walaupun kita berusaha membahagiakan kedua anak kita, tapi kita tak tau isi hati keduanya. " suami ikut bersedih.
"Anakku Ziyyan. Maafkan ibu . " si istri memeluk nisan dan mengelusnya dengan lembut seolah sedang mengelus kepala anaknya.
"Ayo kita pergi. " si suami mengajak istrinya pergi, walaupun sangat berat namun si istri pun menuruti suaminya.
Tanpa mereka tau, di dekat nisan arwah yang mengeluarkan asap hitam berdiri dengan raut wajah sedih melihat kedua orang tuanya pergi dengan kesedihan terutama ibunya.
Lalu dia menghilang dengan raut wajah penuh amarah dan dendam. Menghilang dan hanya menyisakan asap hitam tipis di sekitar nisan.