NovelToon NovelToon
Despair Of Being

Despair Of Being

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Epik Petualangan
Popularitas:7.1k
Nilai: 5
Nama Author: Zeils Evanescent

Seorang gadis terikat oleh takdir kelam, ditinggalkan orang-orang terkasih dan hanya dapat menjalani hidup dibalut kesedihan. Gadis itu tetap tegar dihadapan semua orang dan bertahan demi mencari keberadaan orang-orang terkasih. Gadis itu membangun kekuatannya dengan perlahan dan membuktikan bahwa dirinya tidak terikat oleh takdir tersebut.
Namun, ia hanyalah manusia biasa yang tidak dapat melawan hukum dunia. Lantas, bagaimana gadis itu akan melawan takdir kelam tersebut?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zeils Evanescent, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Arc 1: SUFFERING; Chapter 15: Teman Baik

Aku menatap ke arah tembok kota di kejauhan, setiap kali kuda menapakkan kakinya tembok itu terlihat semakin menjauh. Meski kota itu tidak terlalu berharga bagiku, aku memulai segalanya dari kota tersebut.

Saat mengingat bahwa kota itu akan segera hancur tak lama lagi, aku tidak tahu harus berkata dan bereaksi seperti apa. Aku sudah lelah, yang dapat kulakukan hanyalah melarikan diri dan pasrah dengan keadaan setiap kali aku akan kehilangan sesuatu.

Saat aku sedang melamun, aku dapat melihat pergerakan aneh dari hutan di sisi sebaliknya dari kota.

"Invasinya sudah dimulai." Gumamku sambil menatap pepohonan yang mulai runtuh satu persatu di kejauhan.

Pada saat itu, sebuah cahaya merah berkilauan menarik perhatianku.

Tanpa kusadari sebuah anak panah api sebesar belasan meter telah muncul di atas kota. Tidak hanya satu, masing-masing mulai bermunculan secara perlahan hingga menjadi tidak terhitung.

Anak panah api itu berkobar layaknya predator yang sedang mencari mangsanya. Dalam sekejap, seluruh panah api itu bergerak serentak dan melesat menuju pepohonan yang runtuh satu-persatu.

DUARR!!*

Ledakan yang sangat kuat mengguncang seluruh daratan. Seperti bencana alam yang memusnahkan segalanya, hutan dalam radius 10 Kilometer dari ledakan telah berubah menjadi lahan berapi. Ribuan mayat monster terlihat dari kejauhan, saat itu aku berpikir "mungkin masih ada kesempatan", dengan senyum kecil di wajah.

Namun, aku masih terlalu naif.

Saat kereta kuda kami mulai mendaki dataran tinggi, wajahku langsung menjadi sangat gelap. Di kejauhan terlihat pasukan monster yang jumlahnya tidak dapat dihitung dengan mata telanjang. Aku melihat lautan monster yang tidak akan pernah surut meski di bunuh sebanyak apapun.

"Dari mana asal semua monster itu?" Aku bertanya di dalam hati dengan perasaan yang hancur tercabik-cabik. Aku masih terlalu naif, di dunia ini tidak ada yang namanya harapan tanpa kekuatan!

Saat aku mengingat bahwa aku berniat untuk terjun ke lautan monster itu, perutku terasa sangat mual seakan ingin mengeluarkan seluruh isinya. Betapa tidak berdayanya aku di depan kekuatan yang sangat besar.

"Percepat laju kereta kudanya, kita akan menjadi target sasaran para monster itu jika bergerak terlalu lambat!" Seorang petualang Rank C berteriak ke arah kusir.

Beberapa saat kemudian, seluruh rombongan kereta kuda mempercepat laju mereka hingga meninggalkan siluet tembok kota yang terbakar oleh api yang sangat ganas. Samar-samar aku dapat melihat beberapa siluet yang memanjat tembok kota dan mengangkat tangan mereka ke atas.

"?!"

Mereka membantai para petualang dan memakannya, meski tidak melihatnya dengan jelas aku tahu bahwa siluet kecil ditangannya adalah tubuh manusia.

Tidak ada seorangpun yang berani bersuara dalam perjalanan, mereka tidak merasakan apapun selain rasa takut yang menggerogoti hati dan pikiran mereka. Jumlah yang sangat besar itu, bila dibandingkan dengan pasukan yang tetap tinggal di kota sangatlah jauh.

Sekuat apapun petualang rank S, bila dihadapkan dengan jumlah musuh yang tidak masuk akal pada akhirnya akan tetap binasa.

Sejarah yang bertahan selama ratusan tahun hilang dalam sekejap mata. Meski tidak ada korban jiwa dari masyarakat, seluruh petualang rank B ke atas yang terlibat dalam pertempuran sudah dipastikan akan mati. Tidak mungkin selamat dari invasi monster yang sangat mengerikan itu.

"Nona Livia." Aku mendengar seseorang memanggil namaku.

Saat aku menoleh ke samping, aku dapat melihat gadis menara sihir yang selalu mengambil kesempatan untuk mengundang ku menjadi anggota menara sihir.

Gadis itu duduk di sebelahku, tak jauh darinya aku dapat melihat Amelia yang sedang meringkuk dengan wajah pucat.

"Anda tidak apa-apa?" Gadis itu bertanya kepadaku.

"Entahlah." Jawabku dengan ketus.

Gadis itu menatapku dengan lekat, aku tidak mengerti mengapa ia bersikap seperti itu.

"Nona, saat tiba di kota Ollin saya berharap anda bergabung dengan Menara Sihir."

Aku menatap malas ke arahnya, "Sekarang bukan waktunya untuk itu." Jawabku dengan dingin.

"Dengarkan penjelasan saya terlebih dahulu, Nona!"

"Tidak ada yang perlu dijelaskan, aku tahu dengan jelas apa niatmu."

"NONA LIVIA!"

"?!"

Aku terkejut saat ia secara tiba-tiba membentak ku.

"Anda sangat berbakat dalam sihir, dalam 3 bulan anda bahkan sudah mampu menguasai dua elemen tingkat dua sekaligus. Normalnya, hal itu hanya dapat dilakukan setelah berlatih selama bertahun-tahun. Jika anda tetap keras kepala dan berusaha untuk berkembang sendiri, anda hanya akan berakhir pada jalan buntu!" Gadis itu menunduk.

"Jika tujuan anda adalah untuk bertambah kuat, anda tidak punya pilihan lain selain bergabung dengan menara sihir ataupun masuk ke akademi sihir yang bergengsi! Saya harap anda tidak keras kepala, saya melakukan semua ini demi anda!" Tambah gadis itu.

Saat melihatnya yang peduli kepadaku, aku menjadi teringat kepada Lisa yang pernah memarahiku saat sedang dirawat olehnya. Waktu itu, aku dengan sengaja berkeliaran di gedung kesehatan karena merasa bosan hanya berdiam diri di ruanganku.

Saat wanita itu menemukanku, dia memarahiku sejadi-jadinya layaknya seorang Ibu yang memarahi anaknya. Setelah mengantarku kembali ke ruanganku, Lisa berlutut untuk mensejajarkan tinggi kami dan berkata.

"Saya harap anda tidak keras kepala, saya melakukan semua ini demi anda." Ujar Lisa dengan suara yang lembut. Perasaannya seakan tersalurkan kepadaku dan mempengaruhiku.

Saat ini aku juga merasakan hal yang sama. Gadis ini khawatir terhadapku, ia bahkan sampai menunduk agar aku mau menuruti sarannya.

"Hei, boleh aku menanyakan sesuatu?" Aku bertanya kepada gadis itu.

"Ya? A-apa yang ingin anda tanyakan?" Gadis itu menatap ke arahku dengan wajahnya yang terlihat pucat.

Meski dia berani membentak ku seperti itu, ternyata dia masih saja seorang gadis yang mudah merasa takut. Sepertinya dia belum melupakan tentang lautan monster itu dan berusaha untuk tetap tegar saat berbicara denganku.

"Namamu, aku ingin mengetahui siapa namamu."

"Ya?" Gadis itu terlihat bingung dengan kalimat yang keluar dari mulutku.

"Meski kita sudah sering bertemu, aku sama sekali tidak mengetahui namamu karena kau tidak pernah mengenalkan dirimu kepadaku." Ujarku sambil tersenyum kecil.

"Pfft." Gadis itu tertawa. Aku lebih suka melihat wajahnya yang tersenyum saat ini daripada yang sebelumnya.

"Saya baru mengingatnya, ternyata saya tidak pernah mengenalkan diri dengan benar." Gadis itu pun berhenti tertawa.

Ia melihat ke arah ku kemudian tersenyum lebar. "Nama saya Ethelyne, Ethelyne Lorvil."

"Nama yang indah." Ujarku spontan.

"Terima kasih atas pujiannya, Nona."

Suasana yang baik itu berlangsung selama perjalanan menuju Kota Ollin, kami membicarakan banyak hal dengan persepsi masing-masing layaknya teman dekat yang sudah lama tidak bertemu satu sama lain.

Meski tatapan orang lain terhadap kami sangat tajam, kami mengabaikannya dan terus menikmati waktu bersama hingga menjelang pagi.

Saat itu aku berharap momen ini dapat berlangsung selamanya, aku ingin gadis ini menjadi teman baikku dan berbagi keluh kesah bersama.

Aku merasa seakan kembali pada diriku yang dulu, ceria dan mudah tersenyum. Bukannya aku tidak menyukainya, aku hanya tidak ingin terlihat lemah dan mudah dimanfaatkan dimata orang lain.

1
Bening Hijau
maaf belum dapat bayangan sama sekali...
ntar ku lanjut lagi baca nya...
semangat terus
piyo lika pelicia
sungguh kejam
piyo lika pelicia
kenapa orang ini menyerang tanpa tau salah nya apa 😒
piyo lika pelicia
semangat ☺️
piyo lika pelicia
kasihan kenapa di tinggal
piyo lika pelicia
kenapa kek wanita 🤔
Gehrman
Tulisannya sudah rapi cuman sedikit koreksi aja kalau dialog tag gunakan huruf kecil ya sama akhir dialognya diakhiri koma
xoxo_lloovvee
satu 🌹 untukmu thor
Zeils: Terimakasih/Smile/
total 1 replies
xoxo_lloovvee
mampir lagi thor, makin seru ceritanya
Zeils: ...Ok👍
total 1 replies
xoxo_lloovvee
gimana nih nasib grace 😢
Zeils: Entahlah, gimana ya🤔
total 1 replies
piyo lika pelicia
huum orang baik yang malang 😭
piyo lika pelicia
kasihan 🥺
piyo lika pelicia
ow kelainan sejak lahir ku sangka tadi hantu maaf ye 😄
piyo lika pelicia
huaa lari aja Weh 😫
piyo lika pelicia
heem semoga ketemu yah kasian 😦
Zeils
Chapter ini boleh di skip:)
Zeils
Baik, sepertinya Noveltoon Membenciku.
Shara Erdyna
lanjut
Shara Erdyna
aneh
Shara Erdyna
Lebih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!