NovelToon NovelToon
Ketulusan Hati

Ketulusan Hati

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / cintapertama / dosen / nikahmuda
Popularitas:38.6M
Nilai: 4.9
Nama Author: desih nurani

Berwajah ayu dan selalu berpakaian syar'i , lemah lembut, taat beribadah dan penurut adalah sifat yang dimiliki oleh seorang gadis bernama Cut Dara Maristha, memiliki darah kental Aceh karena kedua orangtuanya berasal dari Aceh. Gadis pemilik senyuman indah, seindah bulan purnama.

Naas, sebuah kecelakaan mobil merubah hidup Dara tiga ratus delapan puluh persen. Sang pemilik mobil yang menabrak dirinya, meminta agar Dara menikahi suaminya sebagai permintaan terakhirnya. Pria yang memiliki sifat dingin dan sangat membenci wanita alim dan lembut karena masa lalunya.

Apakah Dara akan menerima permintaan terakhir itu? Tidak ada yang tahu rencana besar sang maha pencipta untuk makhluk ciptaannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon desih nurani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19

Aku tidak tahu maksud dari diammu, aku bukanlah cenayang yang bisa tahu apa yang kau pikirkan.

...\~Cut Dara Maristha\~...

Sudah sebulan sejak kejadian itu, Arham sangat jarang pulang ke rumah. Meski lelaki itu pulang, itu hanya sebentar dan tak bicara sepatah kata pun. Membuat Dara merasa resah dan gelisah. Perubahan sikap Arham membuat hatinya gundah gulana. Tidak jarang Dara menunggu kepulangan suaminya. Ia ingin mendengar sebuah alasan kenapa Arham selalu menghindarinya. Namun ia tak pernah mendapat jawaban.

Arham sengaja melakukan itu semua, untuk menghindari istrinya. Perkataan Ilham sebulan yang lalu cukup memengaruhinya. Ia ingin menenangkan hati dan mencoba mencari sebuah kebenaran. Jika dirinya terus berada di dekat Dara, takutnya emosi yang tak mampu ia kontrol melukai gadis itu semakin dalam.

Di kamar dengan cahaya tamaram, Dara terlihat sedang melamun. Tenggelam dalam pikirannya sendiri. Beberapa saat kemudian, ia pun tersadar. Tagannya bergerak perlahan, mengelus perutnya yang masih rata. Bibir tipis itu pun melengkung membentuk sabit yang indah.

Ya, saat ini Dara tengah berbadan dua. Dokter mengatakan jika Dara hamil dan usia kandungannya baru memasuki empat minggu. Ia juga baru mengetahuinya minggu lalu. Saat sakit di perutnya tak kunjung hilang. Lalu memutuskan untuk menemui dokter dan dinyatakan positif hamil.

"Akhhh.... Kenapa sakit sekali." Dara terbangun dari tidurnya karena merasakan perutnya teramat sakit. Ia pun bangkit dari rajang, tetapi matanya menangkap bercak darah di sana. Dara kaget dan mulai cemas, pasalnya masa haidnya sudah habis seminggu yang lalu. Dara melihat jam dinding, ternyata sudah jam sebelas malam.

"Ya Allah, sakit sekali... Akhhh." Dara terus meringis sambil berpegangan pada ranjang. Kemudian menggapai ponselnya untuk menelpon seseorang yang bisa membantunya. Dara pun mencoba menghubungi suaminya. Namun ponsel Arham tak bisa dihubungi. Dara juga tak mungkin menghubungi mertuanya di tengah malam seperti ini. Lalu ia pun memutuskan untuk pergi ke rumah sakit sendiri.

"Kamu kuat, Dara." Ucap Dara menyemangati dirinya sendiri. Ia meraih tas dan kunci mobil, lalu bergegas pergi.

Dara terdiam cukup lama di dalam mobil. Karena rasa sakit itu masih ada. Ia menghela napas sebelum melajukan mobilnya. "Bismillahirrahmanirrahim." Dara mulai melajukan mobilnya menuju rumah sakit. Beruntung rasa sakit itu perlahan menghilang.

Sesampainya di rumah sakit, Dara melangkahkan kakinya dengan sedikit rasa takut. Ia takut dokter mengatakan jika saat ini ia sedang mengidap penyakit yang mematikan. Kini pikiran buruk terus menghantuinya.

"Astagfirullahal'azim. Jangan berburuk perasangka dulu, Dara. Insha Allah semuanya baik-baik aja." Dara berusaha menepis semua pikiran jeleknya. Lalu bergegas masuk.

Saat ini Dara sudah duduk di hadapan seorang dokter cantik. Dokter yang baru saja memeriksa kondisinya. "Apa yang sebenarnya terjadi, Dok? Kenapa perut saya terasa sangat sakit dan ada bercak darah?" Tanya Dara penasaran.

Dokter cantik yang ada dihadapannya tampak menghela napas, sebelum menjawab pertanyaan Dara. "Sejak kapan Anda mengalami hal seperti ini?"

"Baru hari ini, Dok. Padahal minggu yang lalu saya haid tapi itu pun tidak lancar seperti biasanya. Karena kondisi saya saat itu sedang tidak baik." Jawab Dara mencoba menjelaskan.

"Anda sudah menikah?"

"Ya, saya sudah menikah." Sahut Dara semakin pensaraan.

"Kapan terakhir kali haid? Ah, haid bulan lalu."

"Tiga minggu yang lalu, Dok." Jawab Dara apa adanya.

"Jika dilihat dari kondisi, Mbak Dara. Mbak juga sudah menikah, sepertinya yang minggu lalu itu bukan haid, Mbak. Melainkan pendarahan, saat ini Anda sedang hamil. Jika dihitung dari HPHT, usia kandungan Mbak jalan tiga minggu."

Deg!

Hamil?

Dara yang mendengar itu seperti tersambar petir, ia sama sekali tidak menyangka akan hamil secepat ini. Pernikahan dengan Arham belum genap satu bulan. Dan saat ini sudah hadir malaikat kecil dalam rahimnya.

"Ha--hamil? Tapi saya baru menikah tiga minggu yang lalu." Dara terlihat gugup dan wajahnya memucat.

Dokter itu tersenyum begitu manis. "Jangan khawatir, di luar sana banyak wanita yang hamil saat usia pernikahan di bawah dua minggu. Mungkin saat Mbak dan suami melakukan itu, Mbak sedang masa subur. Jadi pembuahan langsung terjadi. Untuk perhitungan usia kandungan kita hitung dari hari pertama haid terakhir ya, Mbak. Jadi kita perkirakan kandungan Mbak berusia tiga minggu. Dan berapa usia Mbak saat ini?"

"Sembilan belas, Dok." Sahu Dara dengan kedua tangan yang mencengkram erat gamisnya. Bahkan detak jantungnya berpacu hebat. Ia masih syok dengan apa yang terjadi.

Dokter itu kembali menarik napas dalam-dalam, lalu membuangnya perlahan. "Begini, Mbak. Di usia Mbak saat ini memang masih rentan untuk hamil. Meski banyak di luar sana gadis berusia enam belas tahun sudah bisa melahirkan. Tapi rahim wanita tidak semuanya sama, dan rahim Mbak Dara saat ini masih sangat lemah dan sepertinya belum siap untuk menerima kehamilan. Karena pendarahan yang Mbak alami terjadi seminggu secara berturut-turut, Mbak juga sering mengalami sakit yang berlebihan. Itu menandakan rahim Mbak menolaknya, bisa dikatakan kandungan Mbak saat ini sangat lemah. Begini saja, kita tunggu hasil lab lebih dulu, supaya semuanya pasti."

Lagi-lagi Dara harus terpukul dengan penjelasan sang dokter. Dara mengangguk pelan. Kemudian mengelus perutnya.

"Apa bayi saya akan baik-baik saja, Dok? Katakan jika saya bisa melahirkannya. Pasti ada jalan keluarnya kan, Dok?" tanya Dara begitu panik. Ia tak siap jika dokter mengatakan dirinya harus merelakan anak yang baru saja berkembang dalam perutnya.

"Kita tunggu hasil labnya keluar dulu, saya harap Mbak bersabar beberapa saat." Jawab sang dokter memberikan senyuman hangat. Mencoba menenangkan pasiennya.

Dara mecoba untuk tenang. Membuang semua pikiran buruknya yang tengah berkecamuk. Beberapa kali ia menghela napas kasar. Beberapa menit kemudian, seorang suster masuk dan membawa hasil lab milik Dara. Lalu menyerahkannya pada sang dokter. Dara semakin tegang saat dokter itu membaca hasil labnya dengan kening yang mengerut.

"Ba...bagaimana, Dok?" Tanya Dara gugup.

"Seperti yang saya katakan tadi, rahim Mbak sangat lemah. Kondisi janinnya juga benar-benar lemah. Sebaiknya Mbak melepaskannya, karena jika terus mempertahankannya itu akan sangat membahayakan diri Mbak sendiri. Kita bisa konsultasikan untuk kehamilan selanjutnya. Mbak pasti bisa hamil lagi saat rahim Mbak benar-benar siap. Usia Mbak masih sangat muda, masih banyak kesempatan. Jika Mbak ingin mempertahankan anak itu, takutnya membahayakan diri Mbak. Banyak para Ibu-ibu muda yang mengalami hal yang sama. Ada sebagian yang melanjutkan kehamilan, tapi kebanyakan Ibunya meninggal karena sering mengalami pendarah hebat." Jelas sang dokter yang berhasil membuat Dara membeku.

Jadi aku harus merelakannya pergi? Padahal baru beberapa detik aku mengetahui kehadirannya. Aku ingin dia hidup. Dia berhak hidup. Allah menitipkannya di rahimku, bukankah Dia memiliki tujuan? Aku yakin Allah punya rencana yang lebih baik.

"Apa tidak ada cara lain untuk tetap mempertahankan anak ini, Dok? Sa--saya tidak ingin membunuhnya." Tanya Dara menatap dokter dengan tatapan penuh harap.

"Seperti yang saya jelaskan tadi, bisa saja Mbak mempertahankannya, tapi itu semua akan membahayakan Mbak nantinya. Sebaiknya Mbak diskusikan ini terlebih dahulu pada suami Mbak."

Dara terdiam cukup lama. Apa mungkin ia mengatakan kehamilannya pada Arham? Bagaimana jika lelaki itu tak mau menerimanya dan meminta hal yang sama. Yaitu menyingkirkannya. Dara tidak mau hal itu terjadi. Bahkan saat ini Arham selalu menghindarinya.

"Saya akan tetap mempertahankan anak ini, Dok. Meski nyawa saya yang jadi taruhannya." Keputusan Dara sudah bulat. Ia tak ingin membunuh darah dagingnya. Entahlah, ia sangat yakin anaknya akan lahir ke dunia.

"Mbak Dara yakin?" Tanya dokter sedikit ragu.

"Ya, saya sangat yakin."

"Jika itu keputusan Mbak, saya tidak bisa memaksa. Tolong jaga pola makan, kalau bisa perbanyak istirahat. Sebaiknya Mbak segera diskusikan ini dengan suami. Supaya kita bisa menjalankan prosedur yang lain. Kita juga akan melihat perkembangannya setiap pekan. Saya akan memberi resep vitamin." Pesan sang dokter yang dijawab anggukan oleh Dara.

"Bunda akan tetap mempertahankan kamu, Sayang. Apa pun yang terjadi. Bunda janji." Dara menghela napas berat. Lalu menatap pintu kamar dengan tatapan kosong.

Beberapa menit kemudian, Dara menarik diri dari lamunannya. Karena mendengar suara deru mobil suaminya. Dara bangkit dari posisinya dan bergegas keluar dari kamar. Ia sangat senang karena akhirnya Arham pulang. Meski saat ini sudah larut malam.

Dara menuruni anak tangga dengan hati-hati. Kini ia bisa melihat Arham yang baru saja memasuki rumah. Kening Dara mengerut saat melihat penampilan suaminya yang lusuh.

Arham tersentak kaget saat melihat keberadaan istrinya. Tubunya membeku. Padahal sengaja ia pulang larut malam, agar tak bertemu dengan istrinya. Arham masih bimbang dengan perasaannya. Ia tidak tahu harus melakukan apa sekarang? Bahkan ia sudah menghancurkan gadis itu.

"Pak...." sapa Dara yang saat ini masih berdiri di penghujung tangga. Namun Arham sama sekali tak menyahut, dan memilih pergi menuju kamarnya.

Entah setan apa yang merasuki wanita itu? Ia berlari kecil dan langsung memeluk suaminya dari belakang. Dara sangat merindukannya. Dan sangat ingin memeluk lelaki itu. Sebelumnya Dara tidak pernah memiliki kebranian seperti ini. Mungkinkah karena kehamilannya? Dara sendiri bingung.

Tubuh Arham menegang saat merasakan kehangatan di punggungnya. "Lepaskan aku, Dara." Pinta Arham melepaskan pelukan Dara. Namun gadisnya itu kembali memeluknya dengan lebih erat. Arham memejamkan mata dan tak berniat melawan.

"Tolong jangan abaikan Dara seperti ini. Lebih baik Bapak memarahi Dara, dari pada diam dan terus menghindari Dara. Dara minta maaf." Ucap Dara yang entah sejak kapan mulai menangis.

Arham terdiam cukup lama dan tak berniat melepaskan pelukan istrinya. Karena Arham masih terdiam, Dara pun memutari tubuh suaminya. Lalu menatap wajah tampan itu begitu dalam.

"Bapak boleh merahin Dara sekarang, Bapak boleh pukul Dara. Tapi jangan diam dan pergi lagi." Kata Dara sembari memukulkan lengan Arham di pipinya. Tentu saja Arham terkejut dan lansung menarik tangannya. Dara pun kembali memeluk Arham. Ia tidak peduli jika Arham akan marah.

"Menjauhlah, Dara! Sebelum aku berbuat kasar padamu." Bentak Arham yang berhasil membuat Dara tersentak kaget dan mundur beberapa langkah. Arham memejamkan matanya untuk menahan emosi. Ia sama sekali tak berniat untuk membentak Dara. Perkataan itu keluar begitu saja dari mulutnya. Ada sedikit nyeri di hatinya saat melihat raut ketakukan di wajah istrinya. Ingin sekali rasanya ia merengkuh gadis itu. Namun egonya terlalu besar. Arham pun memutuskan untuk masuk ke kamar. Meninggalkan Dara yang masih tertunduk lesu.

Dara memejamkan matanya seperdetik. Lalu menghela napas panjang dan menyeret kakinya menuju ruang tengah. Ia menjatuhkan diri di atas sofa. "Apa yang aku lakukan?" Gumamnya seraya mengusap wajahnya dengan lembut. Tidak seharusnya ia memeluk Arham dan membuat lelaki itu marah. Tangisan Dara pun pecah, ia bingung dengan dirinya sendiri. Mengapa ia sangat ingin memeluk Arham? Rasa itu begitu menggebu-gebu. Akhirnya Dara menangis dalam kesendirian.

1
Rubiyanti
Luar biasa
Umi Maryam
ih aku ko benci banget yah ama org yg sombong ilmu tinggi jabatan di sen tapi ahlak maines ,kenapa ga kroscek dulu main di tnah org aja .
Ayu galih wulandari
Laki laki ,suami DZOLIM itu cocok buat kamu Arnold semoga kamu masuk neraka 😡😡
Ayu galih wulandari
manusia iblis alex 😜😜😜
Ayu galih wulandari: Maaf maksudnya Arnold manusia iblis itu kakaknya Alex ,mana ada kaka yg nyiksa adiknya 😭
total 1 replies
Ayu galih wulandari
Lanjuuut kak😘😘
Ayu galih wulandari
Lanjuuut kak🤗🤗😘😘😘😘
Ayu galih wulandari
Lanjuuut doong kak Author ,masak ceritanya bgt aja langsung end ke gantung kyk jemuran blm keriiing krg seruuu mana kita tahu kelanjutannya.Hayooo SEMANGAT DOONG kak ...💪💪💪💪💪
Gavra Ariella
Kecewa
Gavra Ariella
Buruk
Ayu galih wulandari
lanjuuut
dalla.dalla
gimane mau 'pulang',kan dia kagak tahu alamat lo udin...
Yanti86
Luar biasa
sharvik
aduh in tdk shrus y d lkukn arham . . jhat mu tdk ad obat y lg . .wlpun prank ttp kau jhat
sharvik
jd kesal dg dara trlalu mmpertahan kn khmilan y it . .
Ayu galih wulandari
Suatu saat Arham akan menyesal seumur hidupnya ,sdh ada bidadari tk bersayap dibrmhnya msh jahat ,arigon 😏😏
Anonymous
ok
sri Hartati_
untuk2 bagus bikin penasaran. Lanjuttt❤️
Ayu galih wulandari
😝😝😝 msh aja atigan si arkham
Ayu galih wulandari
Dara sakit krn Arkham bercocok tanam terus
Ayu galih wulandari
Giliran begini kyk orang bodoh su Arkhan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!