Semua terjadi karena kesalahan ku sendiri yang tergiur akan uang taruhan, tanpa aku menyadari, kalau aku sedang mempertaruhkan masa depan ku!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salsabilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Argh!
Tok tok tok
Cklek
Jisya tersenyum pada seorang gadis yang baru saja mengetuk pintu utama Mension tempat ia tinggal bersama suami dan anak-anaknya.
"Yumi? Cari Abnan ya?" Tanya Jisya.
"Iya, Tante. Apa Abnan-nya ada?" Jawab Yumi bersikap lembut sembari menyalami dan mencium punggung tangan ibu dari laki-laki incarannya.
"Iya, Abnan-nya juga pulang kerja. Ayo masuk ke dalam." Jisya mengajak Yumi masuk ke dalam kediamannya.
Kak Abnan baru saja pulang? Dari mana saja dia? Bukannya tadi dia sudah pulang lebih awal saat meeting masih berlangsung? Batin Yumi jadi penasaran pria itu dari mana, padahal jelas-jelas Abnan meninggalkan kantor saat meeting masih berlangsung tadi.
Yumi pun masuk ke dalam rumah Jisya menoleh mencari sosok Abnan yang tak tampak di dalam rumah itu.
Ke mana dia? Batin Yumi.
"Nak Yumi duduk di sini dulu ya, biar Tante panggilkan Abnan-nya sebentar," Jisya tidak mempermasalahkan tentang kedatangan Yumi yang mencari putranya tanpa curiga sedikitpun karena ia tahu kalau Yumi sekretaris Abnan.
Jisya tak tahu kalau Yumi menyukai Abnan. Dan Jisya juga berpikir kalau Yumi tahu Abnan sudah beristri.
"Iya, Tante, terima kasih." Jawab Yumi tersenyum manis tampak begitu bahagia karena berpikir dia masih memiliki harapan untuk mendekati Abnan melihat Jisya yang selalu bersikap baik padanya.
Mungkin dia akan mengalami serangan jantung kalau tahu Abnan sudah menikah dengan wanita yang paling dia benci dalam hidupnya.
Di kamar.
Terlihat Akira yang sesekali melirik Abnan karena masih bersikap dingin. Dalam masa yang sama, ia juga malu ketika kembali teringat chat terakhir siang tadi di antara mereka, di mana dia tidak sengaja mengirim pesan yang membuat dia malu sendiri.
Abnan juga tahu kalau Akira sedang melirik-lirik ke arahnya. Tapi dia sengaja membuat wajah datar, padahal dia juga sedang menahan tawa dapat melihat wajah wanita itu yang tampak memerah seperti kepiting rebus masih merasa malu.
"Ehem!" Akira sengaja berdehem untuk menarik perhatian Abnan juga berusaha menutupi rasa malu.
Abnan hanya diam seolah tuli tak mendengar deheman Akira.
Apa dia tidak mendengarku? Atau dia sengaja mengabaikan ku? Kesal Akira dalam hati ketika Abnan hanya diam seperti sedang sibuk dengan ponselnya sendiri.
Akira tak tahu kalau pria itu tidak berbuat apa-apa pun pada ponselnya melainkan keluar dari aplikasi dan masuk ke aplikasi lainnya lagi. Hanya itu yang dia lakukan terus-menerus.
"Ehem!" Kali ini deheman wanita itu lebih keras lagi berharap agar Abnan mau mendengarkannya.
Ternyata hasilnya nihil, Abnan masih berdiam dan membiarkan dia yang sibuk sendiri.
Cih! Laki-laki menjengkelkan! Mau aja aku cakar-cakar wajahnya yang datar itu, agar wajahnya berubah ekspresi sedikit, dan tidak berwajah datar seperti itu saja!
Siapa ya kira-kira wanita yang tidak beruntung akan menjadi istrinya kelak!
Eh, tunggu! Bukankah aku ini istrinya ya? Aish! Apa-apaan aku ini, belum tua juga tapi udah pikun!
Tiba-tiba Abnan berdiri melangkah masuk ke dalam kamar mandi dengan tangan yang seperti sedang menghubungi seseorang melalui panggilan telefon menempelkan benda pipih itu ke kupingnya.
Siapa yang dia sedang hubungi? Sepertinya dia tidak ingin aku mendengar pembicaraan mereka?
Tunggu...!
Apa yang coba dia hubungi itu si nenek gayung Yumi? Akira sangat penasaran hingga ia berdiri mendekati pintu kamar mandi dengan niat ingin menguping pembicaraan Abnan melalui panggilan telepon.
Akira menempel kupingnya di dinding pintu kamar mandi tertutup berharap bisa mendengar pembahasan Abnan yang dia kira sedang menghubungi seseorang.
Tiba-tiba...
Cklek!
"Argh!" Akira kaget karena Abnan tiba-tiba membuka pintu kamar mandi dari dalam hingga membuat Akira tersungkur ke lantai tepat di kaki Abnan.
"Apa yang kau lakukan di situ?"
