Zahra. wanita yang ditinggal oleh lelaki yang dicintainya dihari yang seharusnya menjadi hari bahagia untuk nya dan keluarga.
setelah mengetahui alasan lelaki itu meninggal kan nya entah membuat nya merasa dikhianati atau kembali bersimpati, rasanya dia sendiri tak bisa membaca isi hati nya lagi.
Belum usai rasanya mengobati hati, Zahra justru di hadapkan dengan pilihan menerima pinangan pak kiyai untuk anaknya dan harus rela dipoligami atau menerima mantan tunangan nya kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Trysa Azra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
di izinkan
Pagi itu Zahra sudah bersiap-siap lebih awal dari Yusuf, karena hari ini dia ada janji untuk bertemu dengan kiyai Ghafur di pondok tempat kakak nya juga mengajar disana.
Zahra ikut membantu Laila menyiapkan sarapan, Alif juga ikut sarapan bersama mereka dia bangun lebih pagi dari biasanya.
Zahra dan Yusuf sampai ke pondok sebelum jam delapan Karen tidak ingin terlambat dan membuat kiyai Ghafur menunggu. Saat Yusuf berjalan bersama dengan Zahra memasuki wilayah pondok, seketika perhatian para santri wati tertuju pada Zahra yang berjalan dengan ustadz Yusuf.
" siapa itu? Istri ustadz Yusuf,?"
mereka jadi menebak nebak.
" Tapi aku pernah ketemu istri ustadz Yusuf, seperti nya bukan itu. " sangkal salah satu dari mereka.
Karena kiyai Ghafur belum datang mereka diminta menunggu di ruangan beliau, dan ternyata disana ada hafidz anak beliau yang juga adalah teman Yusuf. Sekilas Zahra mencoba mengingat hafidz dan dia pun ingat kalau Yusuf pernah mengajak nya bermalam dirumah mereka waktu bersekolah dulu dan itu sudah sangat lama Zahra sendiri lupa bagaimana wajah hafidz tapi dia ingat kakak nya sering menyebut nama hafidz jika pulang kerumah bercerita pada Abah dan mama.
" Tunggu saja dulu disini ya.
Abi kebetulan ada tamu juga tadi dirumah tapi ini sudah dijalan. " jelas hafidz.
" iya fiz, kami memang sengaja datang lebih awal. " ujar Yusuf.
Setelah mempersilahkan mereka menunggu, hafidz pun keluar dan ingin pergi kekantor guru.
" kakak masuk ngajar jam berapa?" tanya Zahra.
" kakak hari ini masuk jam kedua, tenang saja." Yusuf tau adiknya takut dia tak sempat mengajar kalau menunggu sampai pak kiyai datang.
Tak berselang lama kiyai Ghafur datang dan menyapa keduanya juga tak lupa meminta ma'af atas keterlambatan nya.
" kalian jadi menunggu lama... " sesal kiyai.
" Tidak bi, nggak sampai sepuluh menit kami sengaja datang lebih awal."
kiyai pun mengangguk.
" ini Zahra adikmu? "
" iya Abi. "
" tadi malam Abah mu menelpon dan bilang Zahra mau mondok lagi." cerita kiyai
" tapi Abi tanya ke Abah nya kata nya Zahra udah pernah mondok dan terakhir mengajar di madrasah kan? " tanya beliau lagi.
" iya Abi." kali ini Zahra yang menyahut.
"kalau Zahra mau mondok Abi sangat mengizinkan tapi kalau boleh Abi sebetulnya ingin nya Zahra membantu mengajar disini. Yusuf juga tau kan kalau beberapa ustazah ada yang istirahat karena melahirkan dan juga ada yang harus ikut suaminya dan tak bisa mengajar lagi. Abi sedang kekurangan tenaga pengajar. " kiyai Ghafur mengutarakan keinginan beliau.
" Saya serahkan ke Zahra nya saja,bi.
bagaimana mana, Ra? " tanya Yusuf.
" Tapi Zahra masih banyak kurang nya bi untuk mengajar disini, bahkan mungkin masih kalah dengan murid-murid disini. " ujar Zahra.
" kamu sudah mondok enam tahun kan sebelum nya? Ngajar di madrasah juga kan. Insya Allah kamu sudah layak ngajar disini. " kiyai Ghafur masih meminta.
" menurut Kak Yusuf bagaimana?" tanya Zahra.
" Kalau kamu bisa bismillah kan saja de " ujar Yusuf.
" orang Disni juga berhajat sama kamu." tambah Yusuf.
" Zahra tanya Abah dulu boleh bi?" tanya Zahra.
" Tadi malam Abi sudah mengutarakan keinginan Abi ke Abah mu dan dia sangat mendukung itu tapi kalau kamu mau musyawarah lagi dengan Abah dan mama mu, Abi persilahkan. Tak perlu jawab sekarang, tapi Abi harap tidak lama untuk kamu mengambil keputusan." pesan kiyai.
Zahra pun akhirnya meminta waktu satu-dua hari untuk memutuskan dan kyai Ghafur mengizinkan.
" jangan sungkan dengan Abi, jika ada sesuatu yang kurang berkenan atau ada yang mau kamu sampai. Abi persilahkan."
" Tidak ada paksaan tapi Abi sangat berharap kamu bersedia." ujar Abi lagi.
" terima kasih, Abi. Sudah percaya pada Zahra." ucap Zahra kemudian.
" Yusuf. Bawa Zahra berkeliling daerah pondok biar dia tau suasana disini bagaimana."
Yusuf menoleh kearah Zahra, Zahra pun mengangguk tanda mengiyakan dan kedua nya pun pamit keluar.
" iya Abi, kami pamit keluar dulu,bi." kata Yusuf.
" assalamu'alaikum.." Yusuf mengucap salam.
" wa'alaikum salam..." sahut kyai Ghafur.
Zahra pun mengekor di belakang sang kakak yang membawa nya berkeliling lingkungan pesantren, Zahra terlihat cukup senang karena bisa melihat suasana pondok yang dia rindukan.
Meski di tempat berbeda namun karena dia tau bagaimana rasanya mondok selama enam tahun, melihat suasana pondok pesantren milik kyai Ghafur dia senang sekali karena sudah sangat mengobati rasa rindu nya.
Dipondok pesantren dia memang terpisah dengan orang tua tapi bisanya dengan mondok lah kita akan bertemu dengan orang yang tak sedarah tapi terasa seperti keluarga. Ada istilah pepatah Banjar yang sangat kental dengan pondok pesantren yaitu " semuak-seliur" artinya sudah senang sama-sama, kalau teman yang satu senang yang satu ikut senang dan sebaliknya kalau yang satu bersedih yang satu juga ikut sedih. Dan ketika mondok lah Zahra jadi kenal dan akrab dengan teman nya yaitu Aulia, yang kemana-mana mereka sering berdua.
" kamu suka dengan suasana disini?" tanya Yusuf pada adiknya.
" iya,kak. Nggak jauh beda dengan pondok aku dulu." ujar Zahra merasa senang.
" Alhamdulillah, bagus lah kalau begitu." Yusuf merasa lega.
" kamu juga bisa ikut pengajian Abi nanti." tambah Yusuf lagi.
" satu Minggu sekali beliau isi pengajian untuk seluruh santri dan juga satu bulan sekali dirumah beliau untuk para wali santri juga para pengajar"
" Benar begitu, nanti Zahra ikut kakak kepengajian ya." Zahra terlihat begitu senang.
Yusuf pun mengangguk mengiyakan.
Tentu saja Yusuf juga merasa senang karena sekarang adiknya benar-benar bisa menemukan dunia baru nya dan dia berharap perlahan Zahra melupakan semua masalah yang menimpanya beberapa waktu yang lalu. Dia senang dengan keputusan adiknya yang memilih mengembangkan diri nya lagi dan bahkan ingin berkuliah, artinya sang adik tidak berhenti ditengah jalan dia maju meski kemarin dia di hantam berbagai cobaan. Baginya sang adik sudah sangat luar biasa dengan keputusan nya dan dia tidak akan lagi memaksakan apapun yang diinginkan oleh sang adik, dia harus menerima bahwa adik perempuan nya itu sudah dewasa sekarang. Dia mampu mepertanggung jawabkan pilihan nya, terbukti dengan kejadian tempo hari dia cepat bangkit dan tak berlarut-larut dalam kesedihan.