Raisya adalah seorang istri yang tidak pernah diberi nafkah lahir maupun batin oleh sang suami. Firman Ramadhan, adalah seorang arsitektur yang menikahi Raisya setelah empat tahun pertunangan mereka. Mereka dijodohkan oleh Nenek Raisya dan Ibu Firman. Selama masa perjodohan tak ada penolakan dari keduanya. Akan tetapi Fir sebutan dari seorang Firman, dia hanya menyembunyikan perasaannya demi sang Ibu. Sehingga akhirnya mereka menikah tanpa rasa cinta. Dalam pernikahannya, tidak ada kasih sayang yang Raisya dapat. Bahkan nafkah pun tidak pernah dia terima dari suaminya. Raisya sejatinya wanita yang kuat dengan komitmennya. Sejak ijab qobul itu dilaksanakan, tentu Raisya mulai belajar menerima dan mencintai Firman. Firman yang memiliki perasaan kepada wanita lain, hanya bisa menyia-nyiakan istrinya. Dan pernikahan mereka hanya seumur jagung, Raisya menjadi janda yang tidak tersentuh. Akankah Raisya menemukan kebahagiaan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Do'aku
"Nak, tolong bersabarlah terhadap suamimu! Kamu berharap banyak kepada kalian, dulu Almarhum kakek Fir punya perjanjian dengan nenekmu. sebenarnya tidak harus kalian yang kami jodohkan, bisa saja kakak fir dengan anak bibimu itu, tapi karena mereka sudah memiliki kehidupan rumah tangga masing-masing, kami terpaksa menjodohkan kalian untuk menjalankan amanah kakeknya Fir. Alasan mereka adalah agar persahabatan yang dibangun sejak orang tua mereka ada ada menjadi semakin dekat melalui anak turun mereka, ya kalian ini."
aku mendengarkan penjelasan ibu yang cukup panjang itu, hatiku masih kacau balau tak tau harus mencerna yang mana terlebih dahulu. tidak ada tanda-tanda suamiku keluar dari kamar mandi.
Apa selama itu dia betah telponan di kamar mandi?
"Do'akan kami bu, aku sudah berusaha semampuku." Ya hanya kata itu yang bisa aku ucapkan saat ini sebelum akhirnya aku pamit untuk masuk ke dalam kamar.
*****
Hari berlalu begitu saja, tanpa terasa usia pernikahanku sudah memasuki hari ke 15. Memang kata orang masih seumur jagung. Tapi Belum ada tanda-tanda suamiku berubah. Aku juga manusia biasa yang punya batas kesabaran. Sama seperti hari- hari sebelumnya, suamiku pandai bersandiwara di depan orang. Seakan akan rumah tangga kami baik-baik saja.Tapi ketika kami sedang berdua, maka moodnya akan kembali kaku dan pasif. Untuk maslah uang belanja aku memang tidak terlalu mempermaskahkan, karna kami hanya tinggal berdua dan aku masih punya uang cadangan . Tapi masalah sikapnya, sampai kapan aku bisa bersabar. Memang dia tidak pernah marah, namun sikapnya yang acuh kadang membuat aku merasa menjadi seorang istri yang tak dianggap.
#POV Firman
Aku harus segera mengakhiri semua ini, tapi bagaimana caranya? aku tidak mungkin mengecewakan keluargaku terutama ibuku. Sudah sejauh ini, kenapa aku belum bisa menerima kenyataan ini. Aku sudah melangkah sejauh ini, pasti akan banyak hati yang tersakiti.
******
Sejak kak Firman buka conter dia selalu pulang larut malam, kadang jam 11 bahkan lewat 12 malam. Aku tidak tau apa emang karna ramai atau karna hanya itu alasan untuk menghindari aku. Seperti saat ini aku tertidur sebentar karna menunggunya pulang. Aku putuskan untuk mengaji dan shalat tahajjud. Ya hanya Tuhan tempat yang paling tepat untuk aku mengadu.
" Ya Allah ampunilah dosa hamba, kedua orang tua hamba, dan dosa suami hamba. Hamba tau meski dia telah menjadi suami hamba, dia tetaplah milikMu. Hamba mohon sejauh apapun dia melangkah berikan hidayahMu. Jika memang engkau mentakdirkan kami terus berjodoh hamba mohon lindungi pernikahan kami dan tunjukkan bukti kalau dia yang terbaik, limpahkanlah kebahagiaan dalam rumah tangga kami. Namun jika dia bukan yang terbaik bagi hamba mohon tunjukkan bukti yang nyata agar hamba tidak buta hati dan pikiran, amin."
Sungguh kali ini aku tumpahkan semua unek-unek di dalam hatiku, aku menangis tersedu-sedu. Aku sudah tidak kuat lagi untuk oura-pura tegar, aku tak peduli jika esok mataku bengkak. Setidaknya aku lega karna sudah curhat dengan Tuhanku. Sampai akhirnya aku tertidur dengan mukenahku duduk bersandar di tembok.
Dan jangan harap seperti di novel online yang pernah kebaca. Dimana saat istrinya ketiduran sang suami akan menggendongnya ke kamar dan membaringkannya di tempat tidur. Itu tidak ada dalam kamus besar rumah tangga kami.
Azan subuh aku terbangun dengan perasaan gelisah. Rasanya badanku sakit karena posisi tidur yang tak enak tadi.
Keesokan harinya, yah benar saja. Mataku agak bengkak. Kulihat suamiku sudah rapi akan berangkat ke conternya.
"Kak, mana baju yang mau dicuci?"
"Tidak ada, aku berangkat dulu."
Seperti biasa aku mencium punggung tangannya, dan jangan harap dia mencium keningku. Karna itu belum ada di kamusnya.
"huftt... mau ngasih cucian aja susah amat, wong baju dan sarung udah ditumpuk kayak gini di gantungan tapi bilangnya gak ada, gengsi atau tak mau punya hutang budi? sudah enak punya istri ada yang merhatiin dan ngelayanin. nach kan jadi kejam pikiranku, sabar Raisya... ini ujian kecil, Astagfirullah..." gumamku lirih dan tak mungkin didengar. Karna orangnya sudah berangkat.
Meski rumahku dan nenek dekat, nenek jarang main ke rumah, mungkin beliau takut mengganggu. Dan takut dikira ikut campur rumah tangga cucunya. Aku harap semua keluarga mengira kami baik- baik saja. Meski sebenarnya hubungan kami tidak sehat. mereka tidak tau bahwa kami belum pernah berhubungan suami istri. Aku bersabar, karna masih sangat berharap ini masih belum apa-apa. Tentu sebagai wanita aku hanya ingin menikah sekali seumur hidup.
Aku harus ngobrol berdua dengan suamiku. Bagaimanapun kami harus lebih dekat. Saling berbagi saling terbuka. Bukankah itu tujuan pernikahan. Kami harus membicarakan bagaimana rencana ke depannya. Akan dibawa kemana status kita ini. Ini sudah tekatku, semoga nantik ada waktu dan ada keberanian untuk melakukan misiku.
-
-
Maaf jika banyak kekurang dalam penulisanku. Terima kasih atas supportnya kakak readers🤗