Nindya seorang sekertaris yang sangat amat sabar dalam menghadapi sikap sabar bosnya yang sering berubah suasana hati. Hingga tiba-tiba saja, tidak ada angin atau hujan bosnya dan keluarganya datang ke rumahnya dengan rombongan kecil.
Nindya kaget bukan main saat membuka pintu sudah ada wajah dingin bosnya di depan rumahnya. Sebenarnya apa yang membuat bos Nindya nekat datang ke rumah Nindya malam itu, dan kenapa bosnya membawa orang tuanya dan rombongan?
Ayo simak kelanjutan ceritanya disini🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon VivianaRV, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2
"Mending kamu kembali lagi ke ruang mu saja deh daripada pak Bagas tahu nanti kamu malah kena semprot" ucap Nindya.
"Tapi aku pengen ngerumpi nih hal yang lagi ramai diperbincangkan dalam perusahaan ini, eh tapi kenapa mata kamu merah Nin? kamu enggak habis nangis kan?" tanya Adel menyelidik.
"Tadi hampir netesin air mata aja sih enggak sampai nangis."
"Sama aja berati, apa kamu nangis gara-gara bos kampret itu?"
"Ya siapa lagi kalau bukan dia yang selalu bikin aku nagis."
"Memang apa sih masalahnya kali ini?"
"Tuh tanya sama si Fadli yang membuat aku kena semprot, padahal kan bukan aku yang buat kesalahan tapi aku juga yang kena semprot."
"Kenapa Dli?" Adel itu memang wanita yang sangat kepo, maka dari itu semua berita yang ada di dalam perusahaan ini dia yang paling tahu.
"Ini laporan bulanan salah."
"Itu mah jelas kesalahan Fadli kenapa sih mesti kamu yang kena?"
"Enggak tahu mungkin memang pak Kai punya dendam pribadi denganku."
"Yang sabar ya Nin, aku cuma bisa bilang begitu aku tidak bisa membantu apa-apa."
"Iya tidak papa."
"Eh Adel kamu tadi mau memberitahu berita apa sih kok heboh banget" ucap Fadli.
"Oh iya hampir aja aku lupa, sebentar aku perlu minum dulu sebelum cerita" Adel tanpa permisi langsung mengambil tumbler Fadli dan meminumnya beberapa teguk.
"Berita apa sih memangnya?" tanya Nindya.
"Apakah kalian tahu bahwa bos kita ini seorang yang suka dengan laki-laki" ucap Adel mendramatisir.
Reaksi Fadli dan Nindya setelah mendengar berita itu berbeda-beda. Fadli melototkan matanya, sedangkan Nindya menutup mulutnya tidak percaya. Memang sih selama bekerja tujuh tahun dengan Kai, Nindya tidak pernah melihat Kai dekat dengan seorang wanita atau hingga berkencan.
"Apakah benar berita yang kamu katakan itu?"tanya Nindya mencoba untuk memastikan.
"Iya benar, ini aku dapat berita ini dari orang kantor masa bohong sih? Apakah kamu pernah dengar pak Kai kencan dengan seorang wanita selama kamu bekerja dengannya?"
"Belum pernah lihat sama sekali sih, tapi kalau memang benar bahaya banget sih" ucap Nindya.
"Iya bahaya banget karena stok pria tampan menipis karena banyak pria yang suka sesama pria" ucap Adel.
"Iya benar banget apa yang kamu katakan" ucap Nindya membenarkan.
"Tapi kalian berdua tenang saja karena aku pria tampan masih suka sama wanita kok" ucap Fadli dengan sok ganteng.
Nindya dan Adel langsung memandang Fadli dengan pandangan jijik. Sedangkan Fadli masih sibuk tebar pesona dengan menyugar rambut ke belakang.
"Kamu tampan?" pertanyaan Adel langsung diangguki oleh Fadli.
"Iya lah aku tampan, kamu tahu ibuku saja mengakui kalau aku tampan masa kalian bilang aku tidak tampan. Kalian berdua berarti meragukan penglihatan dan penilaian ibuku kalau bilang aku enggak tampan."
"Itu kan ibukmu yang bilang bukan kita" ucap Adel tidak mau kalah.
"Oh jadi kamu memang meragukan penglihatan dan penilaian dari ibuku? aku akan memberitahu ibuku bahwa kamu bilang aku tidak tampan."
"Bukan meragukan sih tapikan penilaian setiap orang kan beda-beda, kata ibumu kamu tampan tapi kalau aku bilang tidak tampan berarti aku tidak salah kan? Lagian kamu kenapa sih harus bilang sama tante cuma masalah seperti."
"Kenapa kamu takut kan aku bilangin ke ibuku? Pasti nanti kamu tidak akan dapat kue lagi."
"Itu benar sih" ucap Adel pelan.
"Ekhm...apakah saat ini waktu bekerja sudah selesai?"
Nindya, Adel dan Fadli menengok ke belakang. Alangkah kagetnya mereka saat melihat orang yang berbicara tadi adalah Kai.
"Nidya tadi saya menyuruh apa? apakah tadi saya menyuruh kamu untuk merumpi disini?"
Nidya yang ditanyai seperti itu oleh Kai pun mulai panas dingin. Dia sangat takut karena ketahuan sedang ngobrol saat jam kerja. Nindya, Adel dan Fadli langsung menundukkan kepalanya ketakutan.
"Anda menyuruh saya untuk mengantarkan laporan bulanan kepada tim direksi."
"Tapi kenapa kamu malah ngerumpi disini?" tanya Kai dengan raut wajah menakutkan.
"Maaf pak saya hanya mengobrol sebentar dengan teman saya."
"Sebentar? Kamu tidak salah menghitung waktu? Kamu hampir setengah jam berada disini dan kamu tadi bilang hanya sebentar?" Nindya langsung menundukkan kepalanya tidak berani membantah dan membela diri lagi.
"Saya tadi membutuhkan kamu tapi kamu malah berada disini lama sekali, memang kamu tidak memiliki pekerjaan?"
"Maaf pak apa yang saya lakukan salah, saya mengaku salah pak."
"Nah begitu dong kamu tahu kamu salah, sekarang kembali lagi ke ruangan kamu jangan ngobrol lagi disaat waktu kerja" Nindya mengangguk dan langsung pergi berlalu dari ruangan tim direksi menuju ruangannya sendiri.
"Untuk kalian berdua juga lanjut bekerja jangan ngobrol lagi."
"Baik pak" ucap Fadli dan Adel serentak.
Setelah itu Kai pergi mengikuti Nidya dibelakangnya. Mereka berdua masuk ke dalam lift yang sama walaupun sebenarnya ada lift eksekutif yang diperuntukkan untuk para petinggi perusahaan.
"Loh kok anda naik lift yang sama dengan saya pak?"
"Kenapa apa saya tidak boleh naik lift ini?"
"Tentu saja boleh pak karena anda adalah pemilik perusahaan ini, jadi anda bisa berbuat sesuka anda."
"Itu tahu, kenapa kamu kaget begitu saat saya masuk ke lift ini."
"Saya hanya tidak menyangka bahwa anda mau menaiki lift ini secara kan ini lift untuk karyawan biasa, anda kan bisa menaiki lift eksekutif."
"Terserah saya dong."
"Iya benar pak."
Setelah itu keadaan lift kembali hening karena tidak ada suara sama sekali. Nindya diam karena takut saat dia membuka suara nanti akan salah kembali. Dalam lift Nindya merasakan lift bergeraknya sangat lama padahal biasanya Nindya merasakan pergerakan lift amat cepat tapi entah kenapa sekarang terasa lambat.
Nindya hanya diam dipojokan cosplay menjadi patung. Kai hanya melirik Nindya yang ada dipojokan.
"Kamu kenapa berdiri di pojokan seperti itu?" Nindya langsung gelagapan.
"Tidak papa pak saya hanya ingin duduk disini."
"Oh iya? Kamu berdiri dipojokan bukan karena takut denganku kan?"
"Saya tidak takut dengan anda pak."
Kai menyeringai, dia mendekati Nindya sampai Nindya terhimpit. Nindya merasa berkeringat dingin, tangan Nindya pun mengepal. Hingga akhirnya Nindya bisa bernafas lega saat pintu lift terbuka.
"Silahkan pak anda keluar terlebih dahulu" ucap Nindya.
Kai pun keluar dari lift dengan langkah santai, setelah Kai keluar Nindya baru mengikuti dari belakang. "Nindya tolong kamu berikan laporan proyek yang sedang berjalan kali ini."
"Baik pak sebentar lagi saya akan ke ruangan anda" Kai hanya menjawab dengan deheman saja.
Saat akan masuk ke dalam ruangan bosnya, malah ada wanita yang masuk terlebih dahulu. Nindya pun mengalah, dia memperbolehkan wanita itu untuk masuk terlebih dahulu. Baru saja wanita itu masuk sudah terdengar suara sesuatu yang bisa membuat Nindya berpikir yang tidak-tidak.