Sebelum lanjut membaca di sarankan membaca (Terjebak pernikahan dingin) kali ini menceritakan pasal pernikahan kedua yang mangakibatkan banyaknya prahara dalam rumah tangga Raditya bersama kedua istri. Memiliki dua wanita sekaligus tidak lantas membuat Raditya bahagia, justru akan membuatnya terjerat benang mereh. Dan bagaimana proses yang harus di lewati Liona selaku istri pertama? lalu sikap apa yang akan Zahra perlihatkan sebagai istri kedua Raditya? ikuti terus kelanjutkan kisah mereka, jangan sampai lupa like and tanda hatinya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Nur Hastaman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Senjata Makan Tuan
Beberapa hari kemudian, Radirya harus kembali bekerja. Dengan berat hati ia kembali beetugaa sebagai kepala keuangan di bidang BUMN. Kini Zahra mulai berbuat onar lagi dengan berusaha membuat Liona tersingkir dari rumah. Pagi sekali Liona sudah membersihkan rumah juga masak untuk semua orang. Meski setiap kali masak tak ada orang memakannya, setidaknya ia tidak terlihat membebani Zahra. Atas kejadian demi kejadian Liona mulai belajar suapaya tidak ada celah lagi buat Zahra untuk menyebar berita buruk kepada para tetangga.
Zahra tengah bermain ponsel dengan kedua kaki naik meja, salah satu tangan mengusap perut. Dia berlagak seperti nyonya rumah. Liona mondar mandir membersihkan lantai bagikan seorang babu. Selama membersihkan lantai ia tak sedikitpun menyapa atau sekedar melihat. Baginya Zahra hanya benalu yang numpang hidup dalam kehidupan orang lain. Percuma saja berbuat baik kalau semua di balas dengan keburukan. Sempat sekali Liona menanyakan pasal fitnah yang beredar di luar sana, tetapi Zahra tak mau mengaku dan malah melempar tuduhan balik. Percuma saja seorang penjahat tidak akan pernah berteriak jahat, jadi Liona memutuskan untuk bersabar sebelum semua terbukti.
Usai membersihkam rumah, Liona pun mandi dan berganti pakaian. Ia nampak memiringkan kepala ke kanan dan kiri sembari sesekali memijat pundak "Huff, akhirnya selesai juga...." menggehala nafas lega semua pekerjaan sudah selesai dia kerjakan.
"Untung hari ini jam mengajarku siang, kalau tidak pasti aku sudah telat" Membuka lemari pakaian lalu mengambil seragam kerja. Ketika mengambil pakaian ia melihat ada secarik kertas di atas tumpukan baju. Liona membaca detail tinta hitam di atas kertas putih (Sorry) Kalimat itu si sertai gambar senyum. Entah surat dari siapa yang jelas Liona tak mendapati nama pengirimnya.
Ting....
Sebuah pesan singkat masuk "Siapa sepagi ini mengrim pesan...." Betapa terkejutnya Liona saat melihat pesan dari suaminya. Isi pesan mengatakan bahwa Radityalah yang menaruh secarik kertas di atas tumpukan baju, lalu ada sebuah hadiah yang ia selipkan diantara baju baju itu. Sejak saat Raditya menamparnya hingga pingsan, ia tak lagi berbicara ataupun sekedar menyapa. Menurutnya diam adakah pilihan. Mungkin Raditya sangat merasa bersalah padanya atas semua yang telah di perbuat, tapi telalu takut untuk meminta maaf secara langsung. Mencarai benda apa yang Raditya berika sebagai hadiah "Gelang...." melihat ada gelang emas berkilauan "Sakit hatiku tak akan bisa kau beli dengan emas sekalipun" Liona tak mengambil gelang itu karena terlalu sakit.
"Sudahlah aku harus berangkat kerja sekarang juga atau pak kepsek bisa marah besar"
Di luar Zahra telah merencanakan sesuatu, tepat di depan kamar Liona ia menuangkan sebotol pembersih lantai agar Liona tergrlincir dan jatuh. Melihat dia terluka adalah kepausan bagi Zahra.
"Rasain kamu...." Kembali Zahra duduk sambil melirik ke arah pintu kamar. Tak lama terdengar pintu terbuka (Astaga....pasti dia sengaja mau mencelakai aku) Untung saja Liona tau niat jahat Zahra, ia pun dengam berhati hati meloncari lantai licin tersebut "Berangkat dulu Za" Ucapnya sembari berjalan santai depan Zahra.
Tentu hal itu membuat Zahra terkejut (Bagaimana dia bisa baik baik saja? Atau mungkin kurang banyak aku menuangkan cairam pembersih lantainya ya...) Setelah Liona berangkat, Zahra berjalan ke arah pintu kamar Liona. Ia menunduk dan menyentuh cairan tersebut "Loh banyak kok, memang nggak licin apa gimana sih" bodohnya Zahra justru mencoba memijak cairan tersebut lalu ia terjatuh "Aw......." Mengeluh sakit pada perutnya,sekuat tenagaberusaha bangkit tapi saking licinnya hingga terjatuh lagi. "Sial ini namanya ssnjata makan tuan" Kesal Zahra sembari meremas perutnya "Aw......sakit, tolong" Teriak Zahra.
Depan rumah terdengar suara mobil berhenti. Kebetukan sekali Raditya kembali pukang karena ada dokumen tertinggal di kamar "Zahra...." Berlari menuju sumber suara.
"Tolong aku, tolong" Zahra ketakutan saat melihat darah bersimpah di area paha.
"Ya Tuhan, Za kamu kamu kenapa?" sigap Raditya menghampiri sang istri.
Zahra dengam niar jahatnya lalu berkata "Semua ini gara gara istru tua kamu itu, dia sengaja membuatku jatuh. Mas tolong selamatkan anak kita, aku takut terjadi sesuatu padanya "Pinta Zahra sembari menahan rasa skait di perutnya. Darah semakin deras sampai lantai penuh dengan warna merah. Sebelum membantu Zahra keluar dari lantai nan licin itu, sempat terpikir sesuatu. Raditya meluhat sekeliling lantai tapi hanya di depan kamar Liona sjaa yang basah penuh cairan pembersih "Mas sakit, jangan diam saja bawa aku ke rumah sakit" Titah Zahra sambil terus memegangi perut.
Sesegera mungkin Raditya memapah snag istri lalu mengantarnya ke rumah sakit terdekat "Sakit mas, sakit....." sepanjang jalan Zahra mengeluh kesakitan sampai Raditya sendiri panik melihat istrinya seperti itu.
"Sial (Memukul stir kemudi).... Pake macet segala" Membuka kaca mobil lalu menengok kanan kiri, jalanan terlihat padat sekali. Raditya kebingungan harus bagaimana, mundur tak bisa majupun sulit "Sabar sayang kita akan segera sampai rumah sakit" Lirih Raditya dengan menguspa kepala Zahra.
"Cepat jalan mas aku sudah tidak kuat lagi...." mencengkeram bahu sofa saking tak kuasa menahan sakit. Darah segar semakin banyak membuat Raditya samakin panik. Klakson mobil ia tekan seoanjang jalan sampai banyak orang melihat ke arahnya.
Sedikit mengeluarkan kepala "Woy......cepat jalan bisa tidak? saya mohon cepat jalan"
Salah satu pengendara motor meluhat ke dalam mobil Raditya dan ia langsung menghamluri mobil Raditya "Wah pak bahaya itu mbaknya banyak ngeluarin darah, bisa bisa nanti kehabisan darah. Gini aja deh pak mending bapak bawa istri bawa turun dan cari tumpangan di depan sana,biar mobil bapak saya yang bawa. Sebagai jaminan saya serahkan ktp saya kepada bapak"
Tanpa pikir panjang Raditya langsung menyerahkan mobilnya tanpa menerima kartu pengenal dari orang tersebut. Saking paniknya ia tak memikirkan hal buruk nantinya. Yang ada dalam pikirannya saat ini bagaimana cara menyelamatkan istri dan janin dalam kandungan.
"Tolong antar mobil saya ke runah sakit Soetomo tak jauh dari sini" Sembari tergesa gesa keluar dari mibil dengan memapah tubuh Zahra. Darah tak berhenti mengalir sampai semua mata meluhat ke arah mereka.
"Sakit mas....." Tariak Zahra ketika tak lagi mamou manahan rasa sakitnya. Hingga tanpa sadar Zahra jatuh pingsan.
"Za.....banngun, jangan membuatku panik. Ayo bangun sayang kamu pasti kuat" Padatnya jalan membuat Radditya kesulitan keluar dari kemacetan. Di tengah pengendara ia mencari jalan pintas untuk bisa keluar secepat mungkin.
"Tolong berikan kami jalan, istri saya mengalami pendarahan. Tolong kami berikan kami jalan....." teriak Raditya denga sekuat tenaga.
Beberapa orang merasa iba melihat perjuangan seorang suami menyelamatkan nyawa istri dan calon bayinya.
"Mas, lewat sini" Salah seseorang membuka jalan sampai Raditya dengan mudah keluar dari barisan pengendaran mobil dan motor. Setelah keluar dari kemacetan segera ia mencari tumpangan untuk menuju rumah sakit terdekat "Tolong antar kami ke rumah sakit Soetomo pak"Ucap Raditya sembari membuka pintu mobil. Dengan susah layah akhirnya mereka bisa menemukan jalan keluar.
"Baik, pak." Mereka lalu meluncur ke rumah sakit tujuan.
sekarang wanita tangguh2 sentil buang😏