Dorongan menikah karena sudah mencapai usia 32 tahun demi menghilangkan cap perawan tua, Alena dijodohkan dengan Mahendra yang seorang duda, anak dari sahabat Ibunya.
Setelah pernikahan, ia menemukan suaminya diduga pecinta sesama jenis.
✅️UPDATE SETIAP HARI
🩴NO BOOM LIKE 🥰🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Digital, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Keesokan paginya Alena bangun lebih awal. Sekitar pukul setengah 5 pagi, setelah Shalat subuh, ia langsung ke dapur dan membuat sarapan.
Bi Mia yang mendengar suara panci di dapur langsung ikut bangun dan mengambil alih centong sayur di tangan Alena.
"Nyonya kenapa nggak bangunin saya?" tanya Bi Mia.
Alena mengambil alih centong sayur itu dari Bi Mia.
"Nggak apa-apa, Bi. Bi Mia pasti capek, aku lagi pengen sayur sup nih."
"Biar saya aja, Nyonya."
"Enggak. Bi Mia masak yang lain aja, ya. Ini udah selesai, kok." ucap Alena sambil mengambil lap kecil untuk dijepit di telinga panci dan mengangkatnya.
Alena membawa panci berisi sup sayur dicampur tahu putih dan Ayam itu di meja makan.
"Hati-hati, Nyonya." Bi Mia khawatir pada Alena.
"Santai, Bi. Eh iya, masak sate taichan enak kali ya, pedes seger."
"Nyonya, biasanya itu kan sambelnya pedes."
"Itu yang mantul, mantap betul. Ah, jadi banjir mulutnya." Alena membayangkan pedas menggigit dari sambal cocolan sate ayam itu.
"Nggak bagus, nyonya. Takutnya diare."
"Bi, ususku sudah kebal kok. Tenang aja ya."
Alena membuka kulkas dan mengambil thinwall berisi dada ayam.
"Tapi jangan terlalu pedas, Nyonya. Saya takut Nyonya sakit perut."
Alena tersenyum sambil mengacungkan jempol.
Beberapa saat kemudian, ayam selesai di panggang. Bi Mia menganga melihat Alena mengambil 2 genggam cabe rawit yang akan digunakan sebagai sambal cocolan sate cerah itu.
"Nyonya.."
"Sstt! Aman."
Bi Mia sudah membayangkan betapa panas perutnya jika ia yang memakan sambal itu.
Pukul 6 pagi... Ibu Alena dan Ahen secara bersamaan datang ke ruang makan.
Melihat anaknya datang dari dapur membawa sepiring sate membuat Ibu Alena senang, ia merasa pelajaran yang ia berikan pada anaknya ternyata benar-benar didengar dan dipraktikkan.
"Hmm, aroma pedesnya nyengat banget." celetuk Ibu Alena.
"Heheh, Alena tiba-tiba pengen makan pedes, Ma." ucap Alena sambil meletakkan piring itu di meja.
"Tiba-tiba?" gumam Ibu Alena.
Ahen terdiam melihat sate buatan Alena.
"Ini masih pagi, tidak baik terlalu berlebihan kalau cinta sama cabe."
Mendengar suaminya berkata seperti itu, Alena langsung berkacak pinggang.
"Aku kan masak ini bukan buat kamu. Ini buat aku sendiri."
Mendengar itu rasa bangga di hati Ibu Alena yang mengira Alena mempraktekkan apa yang dia ajarkan seketika lenyap.
"Lah, Mama kira kamu masak karena dengerin apa kata Mama."
"Yang mana?" tanya Alena bingung.
Ibu Alena hanya menghela napas.
"Oh iya, aku udah masakin Mama makanan sehat."
Ibu Alena tersenyum tetapi lebih ke terpaksa.
"Mama kenapa? Nggak suka?" tanya Alena.
Ibu Alena menggeleng.
Mereka bertiga mulai menyantap makanan itu, Ahen menolak saat ditawai sate itu, apalagi Ibu Alena. Jadi benar saja, sate itu hanya dimakan Alena sendiri, 1 mangkok kecil berisi sambal itu pun habis dilahap.
"Kalau sampek mencret, Mama pukul kamu." ucap Ibu Alena.
"Aman." balas Alena sambil mengacungkan jempol.
Alena tampak sangat menikmati sate itu apalagi saat tusukan terakhir dibalut sambal pedas nampol itu membuat Alena kegirangan.
****************
Malam harinya... Ahen pulang sekitar pukul 8 malam.
Sesuai perintah dan dibawah pengawasan Ibunya, Alena tampil rapi saat menyambut Ahen pulang. Ahen yang baru ini di sambut pun keheranan.
"Wah, ini sih efek makan sambal tidak manusiawi." celetuk Ahen sambil memberikan tangannya untuk dicium Alena.
"Aku diawasi Mama. Ini disuruh Mama." bisik Alena sambil mencium punggung tangan suaminya.
Ahen pun mengedarkan pandangannya. Ia langsung mengecup kening Alena untuk jaga-jaga, bisa saja mertuanya itu sedang mengawasi mereka.
"Eh, udah pulang ya?"
Ibu Alena tiba-tiba muncul sambil membawa piring kecil berisi beberapa macam buah-buahan.
"Iya, Ma."
Ahen beralih mencium tangan mertuanya.
"Mama udah kupasin buah untuk kamu. Nih." Ibu Alena menyodorkan piring itu pada Ahen.
Ahen tersenyum. Sedangkan Alena memasang wajah cemberut.
"Aku kira Mama tadi kupas banyak buah buat aku."
"Jangan manja, ambil sendiri di dapur." ucap Ibu Alena.
Alena menganga mendapat respon seperti itu. Ahen hanya tertawa kecil dan duduk bersama mertuanya, ia memakan buah-buahan itu di depan mertuanya.
Pukul 9 malam, Alena bersiap tidur, setelah menyalakan AC, ia kemudian membaringkan tubuhnya.
"Loh, kamu ngapain disini?"
Mendengar suara Ibunya, Alena membuka mata dan menoleh ke arah sumber suara dan mendapati Ibunya berdiri di samping tempat tidur.
"Ya tidur, Ma. Emang aku keliatan mau nge-gym?"
Alena kembali memejamkan mata. Alena merasakan selimut yang membalut tubuhnya tersingkap.
"Kalau mau tidur ya di kamar kamu sana."
Alena membuka matanya, ia baru ingat bahwa malam ini Ibunya menyuruhnya untuk tidur di kamar Ahen.
"Besok aja deh, Ma. Ngantuk nih."
"Ya udah, Mama panggilin Ahen."
Alena langsung merubah posisinya, ia duduk dan beranjak dari tempat tidur.
"Iya-iya. Aku balik ke kamar sekarang. Tapi besok tidur sama Mama lagi, ya."
"Udah sana dulu."
Ibu Alena langsung menutup pintu ketika Alena baru keluar dari kamar.
Dengan langkah malas ia masuk ke kamar Ahen tanpa mengetuk pintu dulu, di pikirannya mungkin Ahen sudah tidur, jadi lebih baik dia masuk diam-diam saja.
Saat membuka pintu, Alena tidak melihat keberadaan Ahen di kamar itu, namun terdengar suara gemercik air di kamar mandi dan juga terdengar suara batuk.
"Oh, lagi mandi." gumam Alena, ia masuk dan menutup pintu perlahan.
Alena berjalan ke arah lemari dan berniat mengambil sesuatu, baru saja tangannya hendak membuka pintu, ia mencium aroma aneh.
Alena mengendus aroma itu hingga ia tahu sumber aroma itu dari tempat sampah, dengan penasaran ia pun mendekat dan berjongkok di depan tempat sampah yang tutupnya terbuka sebagian.
Alena membuka penutup tempat sampah itu dan mengendusnya kembali, benar ternyata aroma itu berasa dari tempat sampah. Alena menghidupkan lampu utama di kamar itu hingga seisi kamar terlihat jelas, Alena kembali ke tempat sampah di pojok kamar itu dan melihat ada tisu yang bergumpal dan lebih dari satu.
Alena mencoba mengambil satu gumpalan tisu itu dan melihat ada semacam cairan kental dan aromanya mirip pandan tapi bukan pandan.
"Hiii... Apa ini?"
Alena merasa jijik dan membuangnya kembali ke tempat sampah.
"Dia habis ngapain? Buset. Bisa-bisanya."
Alena begidik ngeri.
Ahen yang baru selesai mandi langsung mengenakan handuk sebatas pinggang.
'Ceklek' pintu kamar mandi terbuka.
"Kyaa!" teriak Alena dan spontan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Heh! Ngapain disini?!" Ahen juga terkejut.
Ahen mengambil jubah mandi baru di lemari dan langsung memakainya.
"Turunkan tanganmu."
Alena pun menurut dan bernapas lega setelah melihat Ahen sudah memakai handuk mandi.
"Ngapain disini?" tanya Ahen.
"Disuruh Mama. Disuruh tidur disini."
"Kan aku sudah bilang, kamu tidur sama Mama."
"Ya udah ayo ke Mama dan bilang gitu lagi."
Ahen menghela napas kasar.
Pada akhirnya mereka berdua tidur di tempat tidur yang sama, Alena kembali membentengi dirinya dengan sederet guling yang menjadi pembatas wilayah kasur itu.
Alena masih saja geli mengingat apa yang ia pegang tadi.
ingat ya jangan dikira Lili cuma diem gak merhatiin kalian... tetep curiga
baru liat otot-otot punggung nya saja kau sudah ketakutan.... apa lagi liat otot yang berurat 🙈
setelah nya ke bawah perut ahiww... skidapdap.
tapiiiiii bu... lelaki sekarang gak kyak gitu jiwa maruk nya tinggi 🤣🤣 ada yang didepan mata ehh malah nyari yang lain.... malah kadang istri orang.... serakah gak tuh
kalau memang serius hubungan mu pasti berlanjut, setelah study ln balik ke Alena bulan malah ke wanita lain
pemain ini kayaknya Ali
tapi bisa juga dia belok