NovelToon NovelToon
Terpaksa Menjebaknya Karena Cinta

Terpaksa Menjebaknya Karena Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Cengzz

"Aku nggak punya pilihan lain." ucap adel
"Jadi kamu memang sengaja menjebakku?" tanya bima dengan nada meninggi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cengzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11

Jam istirahat kedua, suasana sekolah masih ramai. Namun, bagi Adel, hari ini semakin buruk saat namanya dipanggil ke ruang BK bersama seseorang yang paling tidak ingin ia temui—Jessica.

Di dalam ruang BK, Bu Rani menatap keduanya dengan ekspresi tegas. "Adel, Jessica, kalian ini sudah terlalu sering masuk BK. Sampai kapan kalian akan terus seperti ini?"

Adel duduk tegak, berusaha tetap tenang. Jessica di sebelahnya hanya melirik dengan tatapan sinis.

"Saya ingin penjelasan dari kalian. Apa yang terjadi kali ini?" lanjut Bu Rani.

Adel menarik napas. "Bu, Jessica yang mulai duluan."

Jessica langsung mendengus. "Halah, lo juga nyari gara-gara!"

Bu Rani mengetuk meja pelan, memberi isyarat agar mereka diam. "Kalian bisa diem gak!! Saya pusing ngadepin kalian ini!! Apa kalian gak punya sopan santun? Sampai diruang BK pun masih ribut-ribut??" Tanya Bu Rani, menatap keduanya bergantian, tajam.

Adel dan Jessica menundukkan kepalanya, "maaf Bu!" Hanya itu yang bisa keduanya ucapkan.

Bu Rani geleng-geleng kepala. "Adel, Jessica, jika sekali lagi kalian, masuk ke BK, gara-gara kasus dan kasus yang terjadi. Ibu akan panggil orang tua kalian masing-masing." Ancam Bu Rani,

Adel dan Jessica mendongak dengan raut wajah tegang, tenggorokannya tercekat, ludahnya susah tertelan. Dalam hati keduanya terus mengumpat satu sama lain, Adel menyalahkan Jess, dan Jess pun menyalahkan Adel didalam hati. Sebagai anak yang baik dan penurut. Ia Tak mau menyusahkan dan membuat imagenya hancur didepan bima, bisa-bisa bima akan ilfeel dengannya, jika sampai ini terjadi.

"Saya tidak mau mendengar alasan siapa yang mulai duluan. Intinya, kalian berdua terlibat masalah lagi. Ini bukan contoh yang baik. Karena itu, kalian akan menjalankan hukuman setelah ini. Mengerti?"

"Mengerti, Bu," jawab mereka bersamaan, meski dengan nada terpaksa.

Saat menjalani hukuman membersihkan lorong sekolah, Adel dan Jessica masih saling melirik penuh kebencian. Seragam mereka sama-sama kotor akibat insiden sebelumnya.

"Tuh kan, gara-gara lo gue jadi begini," cetus Jessica ketus.

Adel mendengus pelan. "Gue nggak bakal begini kalo lo nggak sok drama." Ketus Adel, Jessica mendelik sinis kearahnya. Tak mau debat, ia menyapu, sesekali membanting sapunya sangking kesal.

"Sapu sialan! Jelek amat sih! Ini juga serokannya kotor sama rusak! Iwww, bikin jijik aja!" Gerutu Jessica bergidik jijik. Memandang serokan yang ia lempar.

"Ngapain banting-banting sapu sama serokan? Kalo Gak bisa nyapu bilang, aja! Gitu doang susah amat!" Sindir Adel tak digubris Jessica.

"Hidup Lo Terlalu manja jadi orang. Makanya gak bisa ngapa-ngapain! Pantes aja si sandi gak demen sama Lo!" Lanjut Adel lagi menyindir, menyapu dedaunan.

Jessica memutar bola matanya. "Caper banget, ya lo. Lo pikir Sandi suka sama lo? Dia cuma kasihan aja!" Ucapnya, memerhatikan Adel yang sedang menyapu.

Adel tersenyum tipis. "Bodo amat, Jess. Gue nggak tertarik sama dia. Lo mau Sandi, ya ambil aja. Nggak usah drama."

Jessica terdiam sesaat, lalu mendecak kesal. "Liat aja nanti, Del."

Di tengah adel menjalankan hukuman, seorang cowok tiba-tiba mendekati Adel. Rendi.

"Del, lo nggak apa-apa?" tanyanya sambil menatap seragam Adel yang penuh noda.

Adel menatapnya sekilas. "Biasa aja. Nggak perlu lebay."

Rendi tertawa kecil. "Lo butuh baju ganti? Gue ada seragam cadangan, lo pake aja dulu."

Adel sempat terdiam, tapi akhirnya menerima tanpa banyak bicara. Saat ingin memakainya, jaket itu ditarik paksa lalu dibuang oleh seseorang.

"Jangan pake jaket dia del! Banyak virusnya!" Kata sandi sinis, menatap tajam Rendi.

"Lo mau cari ribut sama gue? Hah?" Kesal rendi tak terima jaketnya dibuang dan dikata-katain.

"Gue tunggu pas pulang! Diparkiran kayak biasa!" Kata sandi dingin.

"Disini aja lah! Biar mereka nyaksiin! Siapa yang pantes buat ngedapetin hati Adel!" Rendi mengikis jarak dengan sandi, pandangannya beradu. Nafasnya memburu siap-siap menumpahkan kekesalannya pada sandi, si saingannya itu.

"Gimana kalo kita taruhan! Siapa yang menang duel disini! Bisa dapetin Adel?" Sandi menggulurkan tangannya, setelah mendapatkan ide cemerlang. Sementara Jessica yang mendengarnya, membanting sapu sekencang-kencangnya. Hatinya panas, jengkel dengan Adel yang dicintai ugal-ugalan oleh sandi.

"Ok-" belum selesai Rendi berkata, Adel Memotongnya terlebih dahulu.

"Gue bukan barang yang bisa dipertaruhin! Sandi! Rendi!" Teriak Adel, memukul kedua orang itu menggunakan sapu lidi.

Sandi dan Rendi menangkisnya sambil meringis kesakitan, memohon ampun.

"Sakit del!" Pekik keduanya.

"Bod-"

"Eh, Ardelia!! Lo gak usah mukul-mukulin cowok gue!!" Teriak Jessica melempar serokan, tepat mengenai roknya.

Adel menghentikan aksinya, memandang serokan yang lemas terkurai ditanah. Tatapannya menajam ke Jessica bak belati yang siap menghunus.

"Lo!!" Adel melempar sapu. Menghantam kepala Jessica sampai gadis itu berteriak-teriak, mengusap kepalanya.

Rendi dan sandi melongo,

"Sialan Lo!" Jessica berjalan, hendak menjambak rambut Adel. Tangannya dicekal oleh sandi dan Rendi,

"Lepasin sandi! Rendi!" Pekik Jessica memberontak.

"Woi sadar! Ini semua gara-gara Lo, Jess!" Hardik sandi dan Rendi menatap tajam kearahnya.

"Kenapa semua orang nyalahin aku sih!" Mata Jessica berkaca-kaca.

"Drama banget jadi cewek! Dasar pickme!" Ketus Adel, air mata Jess tertahan. Amarahnya seketika memuncak dan ingin memukuli Adel sepuas-puasnya disini. Untung saja sandi dan Rendi sigap menengahi.

"Kalian jangan ribut-ribut disini! Ngeganggu guru lagi mengajar!" Tegur pak hamdan.

Jessica langsung kicep, meminta maaf kepada pak hamdan. Siapa yang tidak mengenal pak Hamdan, guru killer yang bisa menghukum siapapun tanpa Pandang bulu.

"Kerjakan hukuman kalian! Jangan berisik! Atau saya tambahin hukumannya! Biar kalian jera!" Kata pak Hamdan, mengalihkan Pandangannya. "Sandi, Rendi! Kalian kenapa ada disini? Kalian berdua mau bapak hukum juga?"

Sandi dan Rendi kompak menggeleng,

"Sana kekelas! Sekarang pelajaran siapa?" Tanya pak Hamdan.

Sandi dan Rendi kabur, tak menjawab pertanyaan pak Hamdan. Pria paruh baya itu hanya bisa menghela nafas, menghadapi sandi dan Rendi. Dua anak murid kesayangannya yang sering ia hukum.

Setelah pak Hamdan pergi, Jessica dan Adel melanjutkan hukumannya kembali, tatapan keduanya terkunci beberapa detik, menyiratkan kebencian dan dendam yang tak akan ada habisnya.

"Del! Ini jaketnya! Dipake ya!" Titah sandi yang entah kapan sudah disini. Menyodorkan jaketnya.

"Kasih aja sama cewek Lo! Nanti ngamuk lagi sama gue!" Ketus Adel tak menerimanya.

"Siapa cewek gue?" Tanya sandi heran.

Adel berhenti menyapu, jari telunjuknya menunjuk-nunjuk Jessica yang menatap tajam kearahnya.

"Kasih aja sama dia!" Titah Adel.

"Lo cemburu del?" Tanya sandi tersenyum sumringah.

"Apa sih Lo! Gak jelas banget jadi orang!" Ketus Adel,

"Bilang aja cemburu!" Ejek sandi tidak jelas.

"Gak jelas!" Gumam Adel, melanjutkan kembali hukumannya,

Sandi duduk memerhatikan Adel, tak beralih sedikitpun. Tak tahu saja, ada hati yang panas, menyaksikan itu semua.

Jessica yang melihat itu langsung melengos kesal.

"Dasar cewek sok laku," gumamnya pelan, lalu kembali menyapu lantai dengan kesal.

"Aduh panasnya!" Adel menyeka keringat dipelipisnya, matahari tampak begitu terik siang ini.

"Nih, minum del!" Kata sandi menyodorkan minuman.

Adel tersenyum dan menerimanya. "Thanks!" Katanya, menengak minuman.

'senyumnya manis banget! Gila!' pekik sandi dengan hati yang berbunga-bunga. Ia benar-benar salah tingkah.

"Aku nya gak dikasih minum gitu san? Aku juga kan haus! Masa Adel doang yang dikasih!" Kata Jessica dengan suara imut.

Sandi memutar bola matanya. "Sono beli aja sendiri! Punya duit kan?" Sinis sandi.

Jessica mengepalkan kedua tangannya. Saat ekspektasinya tak sesuai dengan realita.

"Lo mau minum gak Jess?" Tanya sandi tiba-tiba.

"Mau! Mau!" Wajah Jessica tampak sumringah.

"Minum Aer comberan sana!" Kata sandi, melenyapkan kebahagiaan Jessica. Raut wajahnya berganti menjadi cemberut.

"Lo kalo gak suka sama gue! Seenggaknya gak usah ngasih harapan kali!" Ketus Jessica menendang burung sandi.

"Arghhhhh!" Pekik sandi memegang burungnya yang berdenyut-denyut.

"Mampus!" Ketus Jess senang melihat sandi yang berguling-guling dilantai, memegang burungnya.

Setelah selesai menjalankan hukuman, Adel dan Jessica kembali dipanggil ke ruang BK. Meninggalkan sandi yang terus-menerus memekik dibangku.

"Saya harap ini yang terakhir kali kalian masuk ke sini," ujar Bu Rani dengan nada tegas. "Kalau sampai ada kejadian seperti ini lagi, saya akan panggil orang tua kalian. Mengerti?" Ulang Bu Rani.

"Mengerti, Bu," jawab mereka, meskipun Adel yakin ini bukan akhir dari segalanya.

Saat keluar dari ruangan, Jessica kembali melirik Adel dengan tatapan penuh kebencian. "Gue nggak bakal kalah dari lo, Del."

Adel hanya tersenyum miring. "Kalah? Gue nggak ngerasa lagi tanding sama lo, Jess."

Namun dalam

hati, Adel tahu perseteruan mereka belum selesai.

Jessica melonggos pergi, dengan amarah yang mencapai ubun-ubun.

Bell pulang berbunyi, Adel, Novi dan Sinta keluar dari kelas. Berjalan menuju gerbang, keluar sekolah. Baru saja sampai gerbang, sandi sudah duduk diatas motor,

"Del bareng yuk!" Ajak sandi tersenyum.

"Gak! Makasih tawarannya!" Adel hendak pergi,

"Del mending balik bareng sama sandi aja!" Kata Novi mencekalnya.

"Lo aja Sono!" Ketus Adel menghela nafas kasar.

"Del ayolah bareng!" Paksa sandi, turun dari motor.

Adel menghela nafas panjang. Tak menjawab pertanyaan sandi. Matanya mengedar-ngedar, mencari jemputan yang sejak tadi ia tunggu-tunggu.

"De-"

Tin!

Tin!

Suara klakson mobil, memotong ucapan sandi. Bima turun dari mobilnya dengan wibawa yang terpencar. Sontak para siswi memekik heboh.

"Gila itu siapa? Ganteng banget!!" Kata salah satu siswi.

"Sumpah ini manusia apa bukan sih! Unreal banget!" Kata temannya kagum dengan ketampanan bima.

Berbagai bisikan dan kehebohan terdengar, telinga Adel seolah menangkap dan inderanya tajam, ketika begini.

Para siswi gencar mendekati bima, meminta nomor ponsel, Ig dan sosmendnya, bahkan ada yang meminta dijadikan pacarnya. Hati Adel memanas, telinganya seolah mengeluarkan asap. Ia Tak suka dengan wanita yang mendekati bima.

Dengan langkah tergesa-gesa. Ia menarik bima, menerobos kerumunan, membawa pria itu kedalam mobil. Meninggalkan para siswi yang bersorak-sorak kecewa.

"Jalan!" Teriak Adel marah didalam mobil.

Bima menelan ludahnya susah payah, menancap gas mobil. Disepanjang perjalan, bima melirik Adel sekilas, tatapan Adel begitu tajam membuat bima meringis.

"Del baju kamu kenapa kotor?" Tanya bima memberanikan diri, memecahkan keheningan.

Adel tak menjawab,

"Del!"

"Diem!!" Teriak Adel emosi dengan mata berkaca-kaca,

"Kamu kenapa teriak-teriak sama ayah?" Tanya bima mencoba bersabar.

Adel membuang mukanya kesamping, menatap jendela, melihat jalanan. Sekuat tenaga ia menahan air matanya yang terbendung, agar tak jatuh dari kelopak matanya.

Setibanya dirumah. Adel turun, dengan kasar menarik tangan bima, menendang pintu tak peduli dengan bima yang terus bertanya. Ia mendorong bima hingga terbaring diatas kasur.

"Ka-"

"Kenapa ayah turun dari mobil? Ayah sengaja mau tebar pesona disekolah Adel gitu?" Potong Adel tak memberikan bima kesempatan.

"G-"

"Ayah kenapa genit banget sih jadi cowok! Gak seharusnya ayah tebar pesona sama anak-anak sekolah! Yah! Inget umur dong! Jangan mentang-mentang ayah gak punya istri! Bisa seenaknya menggoda cewek lain dong!! Apa ayah kurang belain? Makanya sampai kayak gitu? Hah?" Marah Adel dengan dada bergemuruh.

"Adel!! Stop!!" Bentak bima terpancing emosi.

"Ayah marah sama aku?" Tanya Adel tak percaya.

Bima menatap tajam. "Gak sepantasnya kamu berbicara seperti itu sama ayah! Del! Tega banget kamu ngatain ayah kurang belaian!"

Adel tersenyum kecut. "Emang!"

"Adel!"

"Apa? Kenyataannya emang gitu, kan?" Tanya Adel disertai air mata yang menetes. "Yah! Adel gak suka sama ayah yang deket-deket sama cewek lain! Apa kurangnya Adel sih yah! Apa kurangnya Adel!!" Teriaknya terisak.

Bima bergeming, merasa bersalah sekaligus bingung, mencoba mencerna setiap kata-kata Adel.

"Apa ayah gak punya pelampiasan biologis?" Tanya Adel lirih.

"Kamu ngomong apa sih!" Kata bima turun dari ranjangnya.

Adel mendorongnya lagi, lalu menindih tubuh bima. Posisi keduanya sangat int*m.

"Del!" Pekik bima memejamkan matanya, menahan hasratnya yang tiba-tiba menggebu-gebu.

"Ayah gak dapet nafkah batin kan?" Tanya Adel membuka kancing bajunya satu persatu.

"Del!" Bima menahannya, tatapannya tak sengaja menangkap kaca mata kuda berwarna hitam, membungkus benda kenyal besar tersebut.

"Pegang ayah! Pegang!" Adel menarik tangan bima, meletakkannya dikedua gunduk*nnya.

"Remas ayah!" Kata Adel mengigit bibir bawahnya.

Bima menggeleng tak percaya. "Jangan Gilang kamu del!!" Pekik bima, mendorong tubuh Adel. Anaknya itu merangkak ingin menindih bima kembali.

"Aku tergila-gila sama ayah!" Kata Adel tatapanya kini sudah berbeda,

bima berdiri, mengerutkan keningnya tak mengerti. "Kamu ngomong apa sih!" Kata bima.

"Aku cinta sama ayah! Ayo kita lakukan! Aku gak tahan lagi!" Adel membuka kancing seragamnya, melemparkannya kesembarang arah.

"Del!" Pekik bima tubuhnya panas dingin melihat benda kenyal yang dibungkus itu.

Adel tak menjawab. H*sratnya mencapai ubun-ubun, tangannya meraih pengait branya, ingin melepaskan dan melakukan aksinya.

"Del! Jangan gila kamu!" Pekik bima dengan cepat menutupi tubuh Adel dengan selimut, membungkusnya secara paksa.

"Ayah! Aku cinta sama ayah! Aku sayang sama ayah hiks...." Adel terisak.

"Del!"

"Kenapa ayah gak pernah peka sama perasaan aku sih!" Teriak Adel.

"Jangan ngelantur jadi orang! Del! Kamu lagi kenapa sih? Mabok kecubung atau lagi kesambet?" Tanya bima heran.

"Ayah!! Aku serius! Aku cinta sama ayah!" Teriak Adel sesenggukan, membuka selimutnya membungkus tubuhnya.

"Adel! Jangan aneh-aneh!" Ucap bima memejamkan matanya kuat-kuat. Tak mau melihat benda kenyal itu yang kini sudah mengganttung.

"Del! Kamu kenapa sih?" Tanya bima membuang mukanya kesamping, matanya perlahan terbuka.

Adel tak menjawab, jemarinya menyentuh sesuatu dibawah sana yang menegang. "Ayo kita lakukan ayah!" Bisik Adel, suaranya dibuat se menggoda mungkin.

"Adel!! Jangan lancang!" Bima mendorong tubuh Adel hingga anak gadisnya itu tergelatak diatas ranjang.

Dengan langkah tergesa-gesa, bima keluar dari kamar Adel. Bima mengatur nafasnya yang tersengal-sengal dibalik pintu kamar miliknya.

"Tuh anak kenapa sih? Lagi mabok atau apa? Tiba-tiba banget jadi gitu?" Tanya bima takut dengan sikap Adel yang tadi.

Bima melirik sijoni. "CK! Jon Jon! Ngapain bangun-bangun terus sih! Lemah banget jadi barang! Kalo Adel inget gimana?" Decaknya kesal lalu melonggos pergi kekamar mandi, menuntaskan hasratnya. Pikirannya tiba-tiba tertuju pada Adel.

"Dia lagi mabok!" Kata bima yakin dengan Adel yang mabok.

1
kalea rizuky
lanjut nanti Q kasih hadiah
kalea rizuky
pergi aja del kayaknya alex keluarga mu
Rana Syifa
/Heart/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!