Lanjutan kisah Cinta Simon Dan Maria di Kisah Klasik Remaja. mau baca dulu silahkan biar ga bingung hehe..
kisah kehebatan Simon sang CEO dan Hacker Cantik Jenius bernama Maria.
mereka adalah pasangan suami istri yang masih muda.
Menikah di usia muda tentu saja menjadi tantangan tersendiri, apakah pernikahan mereka selalu berjalan bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 123123tesmenulis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi
Sementara Simon hanya melihat notifikasi pesan yang dikirim oleh maria dan menandai telah dibaca tanpa membacanya.
Saat ini dia sedang fokus ke perencanaan keuangan yang tadi Raffi berikan rancangannya.
"Raff, tumben Maria ga kesini" ucap Simon setelah selesai merevisi semuanya.
Raffi mengenyit, "tadi dia kesini lo aja yang sibuk sama Mba Widya. Sampe bahas poligami segala!" sindir Raffi.
"lo tau gue ga tertarik sama sekali. Gue cuma pengen mba Widya nyaman aja kerja disini" jelas Simon
"tapi lo kayak ngasih harapan ke dia!"
"engga lah! gila lo!"
"ini kenyataannya, lo mengabaikan istri lo demi bikin perempuan lain nyaman"
"gue ga gitu, gue sama Maria baik baik aja kok.. "
"terus kenapa lo ga tau kalau tadi dia kesini?" cibir Raffi
"biasanya dia nyamperin gue kan?"
"lo terlalu asyik sama kakak baru Lo itu!" ucap Raffi ketus
"kok jadi lo yang cemburu si Raff"
"gue ga cemburu, tapi ngeliat adik gue lo abaikan gitu aja gue ga terima!" sahut Raffi.
Simon hanya menggedikkan bahunya. Selama ini dia tak pernah berlebihan dengan Widya kok. Hanya mengobrol dan sesekali bercanda.
*****
Setelah penerbangan yang cukup melelahkan, ditambah dengan susasna hatinya yang sangat kacau, Maria tiba dipulau Dewata Bali. menghirup nafas dalam dalam dan tersenyum cerah.
“Welcome to Bali..” ucapnya lirih. Dia membenarkan abaya dan pasminanya yang terkibas oleh angin. Lalu menuju sebuah mall.
Maria membeli ponsel baru dan juga bebrapa baju lengkap dengan dalamannya di sebuah toko muslimah brand ternama.
“Ada membernya kak?” tanya sang kasir
Maria hendak mengeluarkan kartu membernya namun ia urung kan.
“Ga ada mba, “
“Kalau begitu mau daftar?” tanya sang kasir.
Maria lagi lagi menggeleng.
“Totalnya 15juta 450ribu ya kak” ucap sang kasir lalu menggesek kartu yang Maria berikan.
“Oke thanks” balas Maria lalu membawa paperbagnya.
Dia membuka handphone barunya dan mulai memesan taksi online dan sebuah vila di kawasan Kuta.
Setelah melakukan chek in, Maria memasuki kamarnya dan merebahkan dirinya di kasur.
Waktu sudah menunjukan pukul 10 malam.
Dia lantas membersihkan diri dan mulai melaksanakan kewajibannya sebagai muslim.
Setelah itu Maria langsung tidur.
****
Jam 18.30 WIB
Sementara itu, Simon yang baru saja datang kerumahnya bersama Raffi yang katanya ada perlu dengan Maria, mengernyit saat melihat lampu rumah masih padam.
Dia lantas menuju kamarnya dan tak mendapati Maria disana.
“Loh kemana dia?” tanya Simon
Raffi duduk dan meminum air putih yang di ambil dari kulkas.
Hanphondenya bergetar, pesan dari Maria
Raffi membukanya dan menghela nafas.
Benarkah Maria pergi? Batinnya
“Coba tanya Papa Iyan atau papa Ron, siapa tau dia kesana?” ujar Raffi walaupun dia tahu tidak mungkin Maria ada disana.
Simon menggeleng, tadi dia sempet kirim pesan tapi gue belum baca. Coba gue cek.
Simon membuka handphone nya
“Astagfirullah, kenapa ga nelpon coba kalau mau pergi?” Simon mengusap wajahnya
“Kenapa?”
“Coba telpon Mas Aldo”
“Shalat dulu dehh” tolak Raffi
Simon mengangguk lalu berjalan menuju mushola rumahnya dan mulai melaksanakan kewajibannya.
Hatinya sedikit hampa karena biasanya akan ada Maria yang mencium tangannya setelah shalat lalu merena akan tilawah bersama.
Jam 19.15 setelah keduanya selesai murojaah Simon meraih handphone nya.
“Assalamualaikum.. Mas suruh kemana istriku?” tanya simon langsung
“Waalaikumsalam. Tadi aku mengirim sinyal padanya dan sekarang mungkin dia sedang terbang kenegara tersebut” balas Aldo.
“Kemana tepatnya?”
“Aku tak tahu, hanya Maria yang bisa membaca sinyal yang ku kirimkan. Jika aku tahu mungkin aku yang akan berangkat..”
“Baiklah, berapa lama kira kira?” tanya Simon
“Aku juga tidak bisa memastikannya, nanti ku kabari setelah aku bisa menghubunginya” balas Aldo.
Simon mengangguk faham.
“Mas Aldo, lain kali jika sampai meninggalkan rumah pastikan mas mendapatkan izin dari ku terlebih dahulu..” ujar Simon
“Bukankah tadi kamu sudah mengizinkannya? Aku rasa Maria bukan type istri yang akan pergi tanpa izin dari suaminya” balas Aldo
Simon menghela nafas, tadi dia terlalu fokus dengan pekerjaannya dan Widya, sehingga hanya membaca sekilas pesan yang dikirim Maria.
“Dia akan baik baik saja, percayalah”
“Hm.. terimaksih assalamualaikum..” klik sambungan diputus sepihak
“Mon, boleh gue ngomong sesuatu?” tanya Raffi hati hati.
Simon menoleh.
“Ya tentu..”
“Apa Maria belakangan terlihat aneh?” tanya Raffi lagi
“Engga, dia baik baik aja kok.. Semalam kami masih berhubungan s*x dan tak ada masalah..” balas Simon
Raffi mengangguk.
“Gue curiga ini ada hubungannya dengan Mba Widya” ucap Raffi hati hati
“Maksudnya? Lo bahkan tiap hari liat gue ga ngapa ngapain kan Raff…”
“Bu.. bukan gitu maksud gue, biar gimana pun, lo belum pernah seakrab itu sama cewe. Bahkan Laras dan Rea pun masih dalam jarak yang jauh, tapi dengan mba Widya, lo beda. Lo bahkan mengabaikan kedatangan Maria siang tadi karena terlalu asyik ngobrol sama mba Widya kan?" jelas Raffi
“Dan kejadian itu bukan cumasekali dua kali Mon, tapi hampir seminggu ini” lanjut Raffi lagi.
Simon tertawa kecil
“Maria ga akan sekanak kanakan itu cuma gara gara hal sepele kayak gini Raff… dia bahkan masih melayani gue dengan seyumannya lohh, lo terlalu berlebihan” Simon menggeleng kan kepalanya
Raffi menghela nafasnya.
“Dia ngirim ini jam 6 sore tadi..” Raffi memberikan handphone nya.
Simon membacanya dengan seksama.
DEG!! Jantungnya seakan berhenti
Maria? Kabur? Ga ini ga mungkin! Batinnya tak percaya.
“Gue udah tanya Clara, dan Clara bilang Maria memang minta jadwalnya dikosongin 2 minggu kedepan..”
Simon terhuyung kebelakang, dia langsung duduk untuk menetralkan detak jantungnya.
“Ga ga mungkin Raff, Maria yang gue kenal ga kayak gini.. “ ucap Simon masih tak percaya, bahkan tadi pagi mereka masih berciuman mesra, bagaimana mungkin Maria melakukan hal ini? Pergi dari rumah? Itu benar benar kekanak kanakan.
Raffi menepuk pundak Simon.
“Sorry gue harus bilang ini, tapi tadi Maria nyuruh gue buat masang alat penyadap di meja dan tempat biasa lo ngobrol sama mba Wid..”
Simon menatap Raffi tak percaya.
“Lo?!!!”
Raffi menunduk
“Gue ga tega ngeliat matanya yang sedih pas liat lo lagi lagi asyik tertawa sama cewe lain yang notabennya bukan siapa siapa, dia juga nyuruh gue buang makan siang jatah lo kalau lo makan makanan dari mba Widya lagi”
“Astagfirullah Raff!!!” Simon mengusap rambutnya gusar.
“Maria selalu nanya dan gue ga bisa bilang apa aja yang kalian berdua omongin kan? Kalian bahkan ngomongin cara mendidik anak yang baik, seolah kalian berdua akan mempunyai anak bersama” jelas Raffi,
Simon kembali mengacak ngacak rambutnya, frustasi.
“Gue bahkan ga sadar udah ngobrolin hal sejauh itu..”
“Dari awal Maria selalu bilang kalau dia emang ga suka liat gue deket deket sama mba Widya, tapi gue rasa itu cuma kecemburuan biasa aja, sama kayak kalau gue cemburu sama lo ataupun Reno.. tapi ternyata..”
“Sorry tapi kali ini lo beneran kayak bukan Simon yang gue kenal, lo yang biasanya anti perempuan malah merentangkan tangan untuk menyambut perempuaan itu. Lo yang biasanya selalu nyuruh gue, sekarang malah lo yang berhubungan langsung dengan dia..”
“Itu karena gue kasian sama lo yang harus back up administrasi kantor, jadi gue…”
“Ya ya.. Dan lo lupa kalau lo punya istri!”
“Gue ga lupa!!”
“Terserah lo, sekarang lo renungin kesalahan lo dan inget inget lagi apakah Maria pernah mengatakan perasaannya?”
Simon menutup wajahnya sambil terus beristigfar.
Maria selalu mengatakan perasaannya, kecemburuan nya dan ketidak sukaa nya bahkan kecurigaannya terhadap gerak gerik Widya. Namun dia yang selalu menanggapi semua hanya angin lalu. Dan sekarang, ketika kesabarannya benar benar sudah habis maka Maria memilih untuk pergi?