'Apa - apaan ini?'
Aira Tanisa terkejut saat melihat lelaki yang baru saja menikahinya.
Lelaki itu adalah salah satu juniornya di kampus! Disaat Aira sudah menginjak semester 7, lelaki itu baru menjadi maba di kampus mereka!
Brian Santoso.
Lelaki yang dulu adalah mahasiswa dengan sikap dinginnya.
Dan sekarang Lelaki dingin itu telah resmi menikahinya!
Aira sangat lemas memikirkan semua ini. Bagaimana ia menghabiskan setiap harinya dengan lelaki berondong yang dingin itu?
Terlebih saat mereka menikah karena dijodohkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Hasibuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35
"Kamu kenapa?"
Aira yang baru saja membersihkan tubuhnya menoleh pada Brian saat lelaki itu terlihat begitu diam. Rahang Brian terlihat menegang dan raut wajah lelaki itu sama tidak bersahabat.
Aira berjalan ke meja riasnya dan duduk di sana, mulai menyisir rambut dan melakukan kegiatan rutin malamnya.
Malam ini ia ingin beristirahat lebih cepat. Meski sore tadi sempat tertidur dan ia terbangun langsung makan malam. Tapi Aira masih merasa jika tubuhnya belum segar.
" Apa hubungan yang kamu miliki dengan Arsen sebenarnya?"
Brian memandangi Aira yang sibuk dengan kegiatannya. Sorot matanya yang begitu tajam sama sekali tidak bisa membuat Aira merasa tegang dalam melakukan kegiatan rutinitasnya.
"Tidak ada hubungan spesial apapun. Kami hanya berhubungan secara profesional. Dan murni hanya sebagai rekan kerja." Menjawab sambil lalu, Aira mengoleskan beberapa krim di wajahnya.
"Apa kamu tahu jika ia memintamu makan makan malam bersama dengannya?"
Ucapan Brian menghentikan gerakan Aira yang sedang memoles krim di wajahnya. Ia memperhatikan lelaki itu dari pantulan cermin yang ada di hadapannya.
Apa karena itu Brian jadi bad mood? Karena sejak mereka pulang kerja sore tadi, raut wajah Brian tidak seburuk ini.
"Aku tidak tahu jika ia mengajakku makan malam." Menjawab dengan jujur, Aira memang benar tidak tahu.
"Ia mengirimkan pesan tadi sore. Aku yang membacanya di ponselmu."
Menghela nafas dengan berat, Brian berdiri dari sofa yang ia duduki. Membuka piyama yang sudah ia kenakan, Brian meletakkannya begitu saja di atas sofa.
Pemandangan yang selalu sukses membuat Aira menelan ludah. Melihat pahatan tubuh suaminya itu, selalu membuat matanya puas dan termanjakan.
"Kamu membalas pesannya?" Mencoba mengusir pikirannya yang tidak fokus karena melihat tubuh Brian, Aira akhirnya kembali melanjutkan kegiatannya.
"Iya. Aku sudah membalasnya. Bahkan aku yakin dengan balasan yang aku berikan, ia tidak akan berani mengajakmu makan malam lagi."
Semakin penasaran mendengar ucapan Brian. Selesai mengoleskan krim malam di wajahnya, Aira berdiri. Meraih ponsel yang di atas nakas dan membuka aplikasi chat yang ada di dalam ponselnya.
Ia membaca pesan yang dikirimkan oleh Arsen. Tapi matanya melotot ketika melihat balasan yang dikirimkan oleh Brian.
'Aku tidak tertarik makan malam dengan lelaki lain. Karena aku sudah memiliki lelakiku sendiri yang begitu aku cintai.'
Mengerjapkan matanya melihat pesan yang dikirim oleh Brian, Aira menoleh dan melihat lelaki itu yang menyandarkan tubuh di kepala ranjang.
" Bagaimana jika ia salah paham?" Aira bersuara dan sedikit ragu.
"Masih syukur aku hanya mengatakan seperti itu. Bagaimana jika aku mengatakan bahwa kamu telah menikah?" Memicingkan matanya dengan tajam, Brian benar-benar tidak suka saat Aira terlihat begitu membela Arsen.
"Ya tidak masalah sama sekali. Yang penting kamu tidak mengatakan jika kita telah menikah."
Meletakkan ponselnya kembali di atas nakas, Aira benar-benar tidak peduli jika Brian telah membalas pesan tersebut. Baginya bahkan ini sedikit menguntungkan. Karena dengan pesan yang dikirimkan oleh Brian, Arsen akan sadar jika Aira sama sekali tidak memberikan peluang sedikitpun untuk lelaki itu.
"Kamu tidak marah aku memberikan pesan itu kepada Arsen?" Mencoba menelaah gerak-gerak istrinya, Brian benar-benar belum puas karena merasa jawaban Aira tidak memuaskan hatinya.
Duduk di atas ranjang Aira menutupi kakinya dengan selimut hingga pinggang. Ikut bersandar seperti Brian.
"Aku sudah bilang kepadamu. Arsen adalah rekan kerja. Dan aku bersikap profesional. Bahkan aku tidak memiliki sedikitpun niat untuk menjalin hubungan dengannya." Aira menatap Brian dengan tegas.
"Jika ia memang menyukaiku seperti perkataan Riana ataupun perkataanmu selama ini. Itu urusannya. Kita tidak bisa mengontrol hati seseorang. Tapi yang paling penting adalah, apakah aku menanggapi itu atau tidak." Suaranya terdengar sangat serius.
Seketika Brian terdiam mencerna makna ucapan yang dilontarkan oleh Aira.
"Jika ia menyukaiku itu urusannya dan bukan urusanku. Karena yang aku tahu, aku tidak menyukainya dan aku tidak ingin menjalin hubungan lebih secara pribadi dengannya."
Seulas senyuman yang begitu tulus untuk pertama kalinya terbit di mulut Brian. Aira bahkan sampai tersentak dan terpesona melihat senyuman itu.
Tidak pernah ia melihat Brian tersenyum setulus dan semenawan itu selama ini. Jadi melihat senyuman Brian tentu adalah hal yang sangat langka baginya.
"Itu artinya kamu tidak akan memberikan sedikitpun peluang untuknya mendekatimukan?" Mendekati tubuhnya padaAira, Brian mulai mengikis jarak diantara mereka.
"Tentu saja karena aku memang tidak menyukainya. Aku hanya ingin bekerja tanpa ada drama percintaan dengan siapapun."
Ucapan Aira kembali membuat Brian merasa lebih senang. Sepertinya ia tidak perlu mengkhawatirkan perasaan Aira.
Satu yang Briam tahu sejak dulu. Jika Aira memang sulit terhadap orang-orang yang ada di sekitarnya.
Padahal sejak dulu banyak laki-laki yang mengidolakan Aira. Tapi ia tidak membuka hati pada siapapun. Bahkan tidak memperdulikan siapapun disekitarnya.
Itu adalah salah satu hal yang membuat Brian merasa aman dengan perasaannya. Selagi Aira tidak mempedulikan siapapun di sekitarnya, maka ia bisa memiliki Aira seperti sekarang.
"Kenapa kamu terlihat bahagia sekali?" Dan ucapan itu sontak membuat Brian berdecak kesal, karena kesenangannya diusik oleh Aira.
Tidak ingin melewati malam ini lebih lama untuk berdebat dengan Aira, ia menarik pinggang Aira dan mengangkat tubuh wanita itu dengan cepat ke pangkuannya.
"Brian!"
Aira yang terkejut dengan pergerakan cepat Brian tersentak ketika ia mendarat di pangkuan lelaki itu.
"Apa yang kamu lakukan?"
Nada suaranya yang terdengar lirih dengan degup jantungnya yang bertalu begitu cepat, membuat Aira terpaku pada tatapan tajam milik Brian.
"Aku hanya ingin memperhatikan Istriku dari dekat. Hanya itu."
Ucapan Brian sukses membuat Aira sedikit salah tingkah.
........................
masa gitu aja ga tau
kau ini Aira lemottttt
semoga aja suamimu jadi imam yg baik ga melenceng
suami istri ada masanya loh kalau berturut turut ga ada nafkah lahir batin jatuhnya apa ?