Aura, gadis berusia 26 tahun yang selama hidupnya tidak pernah memahami arti cinta.
Karena permintaan keluarga, Aura menyetujui perjodohan dengan Jeno.
Akan tetapi, malam itu akad tak berlanjut, karena Aura yang tiba-tiba menghilang di malam pengantinnya.
Entah apa yang terjadi, hingga keesokan harinya Aura justru terbangun di sebuah kamar bersama Rayyan yang adalah anak dari ART di kediamannya.
"Aku akan bertanggung jawab," kata Rayyan lugas.
Aura berdecih. "Aku tidak butuh pertanggungjawaban darimu, anggap ini tidak pernah terjadi," pungkasnya.
"Lalu, bagaimana jika kamu hamil?"
Aura membeku, pemikirannya belum sampai kesana.
"Tidak akan hamil jika hanya melakukannya satu kali." Aura membuang muka, tak berani menatap netra Rayyan.
"Aku rasa nilai pelajaran biologimu pasti buruk," cibir Rayyan dengan senyum yang tertahan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chyntia R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Stalker kecil
Sudah nyaris sebulan ini, Rayyan kembali ke kediamannya di sebuah daerah dataran tinggi.
Sebenarnya Rayyan tidak lahir disana. Akan tetapi--di tempat yang memiliki kondisi cuaca sejuk dan banyak ditumbuhi rerumputan itu--mendiang Ayahnya memiliki sebuah rumah tinggal yang dulunya juga sering Rayyan kunjungi saat masih kecil.
Mendiang Ayahnya, dulu adalah seorang asisten pengusaha yang sukses. Pak Bian--Ayah Rayyan--sengaja membeli berhektar-hektar tanah disana dari hasil tabungannya selama bertahun-tahun.
Setelah mampu membeli, tanah itu dijadikan lahan budidaya ternak hewan seperti sapi perah, ayam, itik, kelinci dan beberapa ikan air tawar. Mendiang Ayah Rayyan ingin menikmati masa tuanya dengan menjadi peternak di tempat tersebut. Dan saat pensiun, beliau benar-benar melepaskan belenggu pekerjaannya yang lebih sering berkecimpung di dunia perkantoran.
Tidak disangka, usaha peternakan Pak Bian justru berhasil. Sayangnya, beliau wafat sebelum dapat melihat anak satu-satunya sukses. Rayyan. Yang akhirnya harus melanjutkan usaha peternakan sang Ayah secara sembunyi-sembunyi karena lahan itu dikuasai oleh Tante Inggrid--Adik Perempuan Pak Bian.
Keluarga Ayahnya, memang tidak pernah menginginkan Rayyan lahir. Dari awal, pernikahan Ayah dan Ibunya sudah ditentang keluarga, untunglah Rayyan lahir dari seorang Ibu yang kuat dan Ayah yang dapat menopang seluruh kehidupannya, sehingga hidup Rayyan tidak terlalu buruk.
Keluarga dari pihak Ayahnya, kembali datang merongrong sejak tau jika sang Ayah sukses dengan usaha peternakan. Neneknya kembali datang, begitupun Tante Inggrid kembali mendekati padahal dulu mereka yang mengusir Pak Bian saat nekat menikahi wanita yang tidak mereka sukai.
Dan puncaknya adalah sekarang, disaat Rayyan telah matang dan dewasa serta kedua orangtuanya telah meninggal, keluarga yang dulu merongrong itu selalu memojokkan Rayyan, berlagak menguasai yang harusnya Rayyan miliki.
Saat kecil, Rayyan diasuh oleh Bi Dima. Wanita itu sudah dianggap Rayyan sebagai ibu kandungnya, sebab Rayyan memang lebih sering dijaga oleh Bi Dima ketimbang Ibu kandungnya sendiri. Ibu kandung Rayyan sibuk bekerja agar tidak dianggap remeh oleh keluarga Pak Bian.
Mengetahui Bi Dima menyayangi Rayyan, Nenek serta Tante Inggrid membatasi jam kerja Bi Dima, mereka tidak menyukai ada orang yang terlalu dekat hingga menyayangi Rayyan. Dari sanalah Bi Dima mengambil kerja paruh waktu di kediaman orangtua Aura. Dulunya, Bi Dima tidak menginap disana, selalu pulang sore dan menyempatkan untuk menjaga Rayyan di sisa waktunya. Untuk itulah Rayyan tidak bisa melupakan kebaikan Bi Dima yang mengasuhnya sejak kecil. Bi Dima sering menceritakan tentang tingkah anak majikannya, Aura, Cean, dan Rion kepada Rayyan.
Jadi sejatinya, Rayyan sudah mengenal Aura sejak dia kecil dari cerita-cerita Bi Dima kepadanya. Nama gadis itu selalu familiar di pendengarannya, bahkan sering dia tanyakan pada Bi Dima jika ada kesempatan.
Rayyan sering bertanya apa yang disukai Aura, apa kegiatan Aura dan kemana Aura pergi.
Hingga akhirnya, kejadian tidak mengenakkan justru menjadi pertemuan pertama bagi keduanya.
Saat remaja, Rayyan memang menyukai musik, dia mengatakan pada Ayahnya untuk mengikuti les musik dan kedua orangtuanya cukup mendukung hobi yang positif itu. Selain didasari hobi, Rayyan juga ikut kelas musik karena ingin melihat Aura. Entah kenapa sejak dulu nama gadis itu selalu mengusik relung hatinya.
Rayyan memperhatikan Aura secara diam-diam. Dia tidak berani mengusik gadis itu bahkan menyapanya. Rayyan tau Aura tidak pernah mengenalnya, berbanding terbalik dengan dia yang sangat tau mengenai gadis itu.
Hingga akhirnya kejadian itu tiba. Rayyan seperti biasa menunggu Aura keluar dari gerbang tempat les musiknya. Sayangnya gadis itu tidak kunjung keluar. Rayyan jadi mengingat ucapan teman sekelasnya di tempat berlatih musik--Sandy--yang mengatakan sangat menyukai gadis bernama Aura yang sempat dia ajari bermain piano.
Rayyan pikir Aura yang dimaksud Sandy adalah Aura yang lain. Sebab kebanyakan yang mengenal Aura di kelas musik selalu memanggil gadis itu dengan panggilan 'Pink' karena itu adalah nama depan Aura. Tapi ternyata firasat Rayyan benar saat mendapati Sandy yang hampir melecehkan Aura-nya.
Ya, dari semua cerita mengenai Aura yang Rayyan dengar dari Bi Dima, berlanjut pada rasa yang diam-diam bergelayut dalam hatinya, kendati dia belum pernah bertemu Aura sekalipun pada saat itu. Entah sejak kapan rasa itu dimulai, hingga pada akhirnya dia mengikrarkan nama Aura menjadi kepunyaannya.
Tentu dia marah atas kelakuan Sandy pada saat itu. Tapi dia berlagak bodoh dan tidak mengetahui apapun. Dia mengalihkan perhatian Sandy dan memberi jalan bagi Aura untuk kabur dari sana. Sejatinya Rayyan sedang menahan emosi waktu itu. Hanya saja dia tak mau menghajar Sandy di depan gadisnya.
Selang lima belas menit dari kepergian Aura, Rayyan benar-benar menghabisi Sandy sampai pemuda itu keheranan dengan tingkah Rayyan sebab dia tidak tau apa sebabnya Rayyan marah kepadanya.
"Dia milikku! Jangan pernah mengusiknya atau lo akan kembali berurusan sama gue!" Setelah kalimat itu terlontar, disanalah mungkin Sandy memahami situasi dan kemarahan Rayyan.
Sandy akhirnya di penjara, tapi orangtua Aura yang menuntut pemuda itu jelas heran sebab waktu penangkapan--Sandy sudah dalam kondisi babak belur sehingga mereka tak perlu memberi pelajaran lagi bagi Sandy.
Jujur saja, berdasarkan latar belakang keluarganya, Rayyan cukup disegani. Termasuk Sandy yang tidak berani membalasnya. Kedua orangtuanya cukup dihargai yang pada saat itu sang Ayah masih menjadi Asisten atau tangan Kanan seorang pengusaha besar. Sementara ibunya, bekerja di kantor pemerintahan.
Rayyan puas melihat Sandy di penjara. Tapi sejak kejadian itu, dia tidak pernah lagi menemukan Aura. Kabar yang Rayyan dapat, gadis itu pindah ke luar negeri. Membuat Rayyan menghela nafas frustrasi sebab tak dapat melihat lagi gadisnya. Sebenarnya, Rayyan bisa saja menyusul Aura, tapi mengingat gadis itu memiliki trauma karena kejadiannya dengan Sandy, Rayyan urung untuk melanjutkan niatnya. Dia pikir Aura memang butuh waktu untuk menenangkan diri.
Hingga hari itu tiba. Untuk pertama kalinya (lagi) Rayyan kembali dipertemukan dengan Aura beberapa bulan yang lalu.
Saat itu, Rayyan memang sedang mengunjungi ibukota untuk sebuah urusan. Ya, Rayyan juga punya pekerjaan lain selain mengurusi peternakan mendiang Ayahnya, saat itu Rayyan pikir tak ada salahnya untuk mengunjungi Bi Dima yang dulu mengasuhnya sejak kecil. Ternyata, semesta kembali mempertemukan mereka. Rayyan tak pernah menduganya. Disanalah Rayyan dan Aura resmi berkenalan secara langsung.
Rayyan sangat senang, bahkan bisa melihat dunianya ada di dalam binar mata lentik milik gadis itu.
Ternyata, gadisnya sudah kembali, setelah penantian bertahun-tahun lamanya, tapi dia juga cukup malu mengakui siapa dan apa ulahnya selama bertahun-tahun yang menjadi stalker sejati Aura.
Dan semua harapannya harus sirna saat mendengar jika Aura akan menikah. Bukankah itu lebih dari sekedar tamparan baginya? Sakit. Namun Rayyan mencoba menyunggingkan senyum saat itu.
"Pak?"
Rayyan membuyarkan semua lamunannya tentang Aura dan segala masa lalunya. Ia mengusap wajahnya kasar dan menoleh pada Pak Deri dibelakangnya.
"Saya sudah mengurus orang-orang yang mencoba mengeroyok Bapak tempo hari."
Benar, setelah pertemuan dengan Jeno di cafe malam itu. Rayyan nyaris dihabisi. Untungnya dia mempunyai kemampuan bela diri yang mumpuni. Meski tak bisa menang melawan teman-teman Jeno yang ramai. Setidaknya, Rayyan bisa pergi dari sana dengan masih memiliki nyawa.
"Kamu melaporkan mereka ke polisi?" tebak Rayyan.
"Ya, termasuk pria bernama Jeno."
Rayyan tidak terkejut dengan hal itu.
"Dia akan tau siapa aku," gumam Rayyan lebih kepada dirinya sendiri tapi Pak Deri mendengarnya.
"Sepertinya dia memang akan langsung menyelidikinya, Pak. Saya rasa biar saja dia tau siapa Bapak sebenarnya."
...Bersambung ......
Nanti lanjut lagi. Yang pernah baca novel aku PENGASUH TUAN LUMPUH, pasti gak asing sama nama Ayahnya Rayyan. Hmmm 🙄