Terlahir dari keluarga kaya raya dan memiliki bakat yang terlalu sempurna bukannya membuat hidup Loren berjalan mulus, justru karena kelebihannya dia membuat sepupunya menjadi iri hingga membuang Loren ke luar negeri.
Semua orang mengejek dan menghindarinya karena tubuhnya yang gemuk dan kotor sebab dia berakhir menjadi gelandangan di luar negeri.
Namun tak disangka, ketika dia mengalami kecelakaan dan berpikir akan mati, ternyata dia malah dipertemukan dengan CEO kejam yang malah membantunya merubah takdirnya.
Bagaimanakah perubahan takdir Loren? Yukkk baca..!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#12. Musuh bebuyutan
Setelah lama membungkus diri dengan selimut, akhirnya suara Christian yang mengamuk mulai menghilang.
"Kenapa dia berhenti?" Loren merasa semakin tegang. Jangan jangan pria itu sedang berjalan ke arah kamarnya?
Dengan jantung berpacu cepat dan tangan yang gemetar menahan selimutnya, Loren meringkuk menyembunyikan diri. Tak lama kemudian pintu kamarnya diketuk oleh seseorang.
'Sial..!' Loren semakin ketakutan.
"Si,, siapa?" Tanyanya dengan tubuh yang serasa melemas.
Bagaimana kalau orang yang mengetuk adalah Cristian yang akan menghancurkan ruangan di mana dia berada?
"Ini saya Ransi, silakan buka pintunya." Jawab ransi yang berada di depan pintu kamar Loren.
Begitu mendengar suara Ransi, Loren akhirnya bernafas dengan lega lalu menghampiri pintu dan perlahan membuka pintu kamarnya.
Loren langsung melihat pemandangan yang menyeramkan, ruangan yang tadi berantakan dan sudah selesai dirapikan olehnya kini kembali hancur seperti ruangan yang baru saja dimasuki pencuri dan mengobrak-abrik ruangan itu.
"Bersihkan kembali ruangan ini, harus bersih sebelum pukul 6 petang." Perintah Ransi.
"Baik Tuan." Jawab Loren lalu perempuan itu kembali meraih alat bersih-bersihnya dan mulai membersihkan ruangan itu.
"Meja Cristal tidak kurang 25 juta. Vas bunga branded 50 juta, sofa baru 15 juta, hiasan dinding 10 juta.." Loren menebak sembarang harga barang-barnag di ruangan itu.
Kepalanya berdenyut memikirkan uang yang baru saja di pecahkan dan di robek begitu saja.....
Setelah ruangan bersih, Loren mengeluarkan barang-barang baru yang di antar ke ruangan itu untuk ditata kembali.
Ketika Loren mengeluarkan satu persatu barang dari dalam kardus dia menata barang-barang mewah itu dengan rasa prihatin.
"Seandainya bisa, aku akan meletakkan mu di tempat tersembunyi supaya tidak dihancurkan oleh orang itu. Tapi sayang sekali kau dibeli dengan tujuan untuk dirusak." Ucap Loren dengan hati tersayat sembari meletakkan sebuah guci yang dikenali Loren sebagai buatan tangan dari salah satu perancang guci favorit orangtuanya.
"Maafkan aku, semoga kau baik-baik saja nanti." Kata Loren meletakkan guci berwarna coklat itu di salah satu rak yang menempel pada dinding ruangan.
Dia kemudian membuka barang-barang lainnya dan terkejut melihat sebuah lukisan milik orang tuanya berada di sana.
"Ya ampun! Ini lukisan Ayah yang terlelang dengan harga dua miliar rupiah!" Seketika Loren menangis melihat lukisan itu.
Lukisan itu dibuat oleh ayahnya ketika dia berumur 13 tahun dan dilelang dengan harga dua miliar rupiah.
Tidak tahu setelah bertahun-tahun harganya meningkat menjadi berapa, tapi Loren merasa lukisan itu terlalu berharga untuk dirusak oleh Christian.
"Ayah,, lukisan ayah..." Loren memeluk lukisan berukuran 50 * 50 cm itu dan terisak dengan keras.
Dia merindukan ayahnya yang telah meninggal dan juga tidak tega kalau lukisan milik ayahnya akan dihancurkan oleh Christian saat pria itu kembali ke ruangan ini dan mengobrak-abrik ruangan.
Setelah cukup lama menangisi lukisan itu, dengan tidak rela Loren menaruh lukisan itu di bagian yang paling tinggi supaya tidak terjangkau oleh Christian.
"Lukisan ayah, aku akan melindungi lukisan ayah." Ucap Loren menyeka air matanya saat melihat lukisan itu sudah diletakkan cukup tinggi.
Sementara di ruangan lain di mansion itu, Christian baru saja kembali dari kantor.
"Katakan," perintah Christian pada Ransi saat melihat pria itu menghampiri nya dengan tergesa-gesa.
"Tuan Abian baru saja mengirim email yang berisi tentang ancaman." Kata Ransi menyerahkan sebuah map berisi email yang ia dapatkan dari Abian.
Abian adalah musuh bebuyutan Christian yang selalu saja bersaing dengannya dalam segala hal.
"Aku akan datang ke negaramu!" Isi surat itu membuat tatapan Christian menggelap.
Seketika kepalanya berdenyut dan kakinya terasa sakit.
"Tuan..!" Ransi dengan panik menelpon dokter.
Christian tidak akan tutup mata.