Teror pemburu kepala semakin merajalela! Beberapa warga kembali ditemukan meninggal dalam kondisi yang sangat mengenaskan.
Setelah dilakukan penyelidikan lebih mendalam, ternyata semuanya berkaitan dengan masalalu yang kelam.
Max, selaku detektif yang bertugas, berusaha menguak segala tabir kebenaran. Bahkan, orang tercintanya turut menjadi korban.
Bersama dengan para tim terpercaya, Max berusaha meringkus pelaku. Semua penuh akan misteri, penuh akan teka-teki.
Dapatkah Max dan para anggotanya menguak segala kebenaran dan menangkap telak sang pelaku? Atau ... mereka justru malah akan menjadi korban selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TPK30
Flashback.
Anna mengusap wajahnya dengan tangan gemetar. “Bagaimana ini? Sepertinya, Liam memang tau aku yang mengintipnya. Ah—tentu saja dia tau, aku membuang benda itu di sana.” Anna berhenti bicara, suaranya tercekat.
Untuk sesaat, Anna terdiam. Pikirannya berputar-putar, tangannya mengusap perutnya yang masih datar. Wanita itu kembali terkenang saat ia mendengar siaran radio tadi siang.
"Psikopat adalah hasil dari gen yang bermutasi saat masyarakat berkembang. Mereka terlahir dengan hampir tidak adanya gen MAOA (Monoamine Oxidase A) yang bertugas mengendalikan emosi manusia. Dan ketika kami meneliti tentang 1℅ psikopat teratas yang sudah berubah menjadi gen pembunuh berantai, mereka terbukti tidak memiliki gen MAOA sama sekali. Tim kami, dapat mendeteksi gen psikopat dengan tes DNA. Dengan kata lain, itu berarti kita bisa mendeteksi psikopat masa depan dan pembunuh berantai sebelum mereka lahir."
"Kami menyebutnya dengan nama, Proyek DNA non-invasif. Maka dari itu, pemerintah tengah mempertimbangkan untuk mengesahkan RUU agar bisa memaksa sang ibu untuk melakukan aborsi tanpa persetujuan, setelah melakukan proyek tes DNA Non-invasif."
"Jika berbicara tentang akurat, kami telah meneliti dari beberapa kasus yang sudah ada. Charles Manson yang membunuh total 35 orang, termasuk seorang artis. Edmund Kemper yang membunuh dan memenggal kepala, serta memperkosa enam mayat gadis remaja serta kakek, nenek dan ibunya. Ted Bundy seorang pembunuh berantai yang menganggap pembunuhan sebagai olahraga dan memakan daging manusia. Tim saya dan pemerintahan inggris melakukan tes dan uji kendali bersama FBI. Gen mereka dan gen psikopat yang kami temukan adalah 100℅ identik, tidak memiliki gen MAOA. Untuk itu, kami memohon dengan segenap hati kepada para ibu yang tengah mengandung, kunjungilah klinik kami segera."
Anna terus mengusap perutnya yang datar, perasaannya berkecamuk. Apa yang harus ia lakukan saat ini. Matanya menatap lurus ke arah kamar mandi, bergegas ia melangkah ke sana.
Anna meraih sisir yang tergeletak di wastafel kamar mandinya. Benda itu merupakan benda yang selalu dikenakan Liam ketika selesai mandi, usai mereka memadu kasih. Anna gegas menarik rambut Liam yang tertinggal dan menyimpannya ke dalam wadah. Sengaja ia memilih sehelai rambut yang masih memiliki akar, demi mendapatkan hasil tes yang akurat.
"Aku harus bawa ini ke laboratorium klinik mereka," gumamnya.
Usai berkata demikian, wanita itu meraih ponselnya, mencari kontak Clara. Ia mengetik sesuatu dan lekas mengirimnya : Clara, apa besok malam lo ada waktu senggang? Temanin gue ketemu Liam, yuk. Ehm, tapi, lo nunggu di mana gitu, ceritanya gue pergi sendirian. Ini sedikit rumit, tapi, pasti nanti gue ceritain semuanya sama lo, Cla. Oh ya, jangan lupa bawa pistol ya, hehe.
Selesai mengirimnya, kening Anna tiba-tiba berkerut. Pesan itu, gagal terkirim.
"Apa wifinya gangguan?" Gumamnya seraya berjalan menuju ke modem routernya diletak.
Wanita itu menggaruki kepalanya yang tak gatal. "Nggak ada yang error."
Ia kembali melangkah, kali ini menuju ke kamar Max. Namun, sang kakak tidak ada di dalam sana. Anna mencoba menelponnya, tetapi, panggilan itu tidak terhubung.
"Max?" panggil Anna. "Kak Max?!"
Tak ada satupun jawaban, ruangan itu terlalu ... hening. Anna kembali melangkah, kali ini dapur menjadi tujuannya. Tapi, tetap saja, tidak ada Max di sana. Namun, saat Anna hendak kembali melangkah, matanya tertuju pada kertas kecil di atas meja yang di timpa dengan sekotak cokelat favorit Anna. Sebuah kertas kecil yang berisi catatan :
"Anna, jaga dirimu baik-baik. Aku harus kembali ke kantor malam ini. Ada informasi terbaru tentang teror pemburu kepala. Sepertinya, aku harus berada di kantor selama dua hari full. Mood mu lagi nggak bagus ya? Aku menyiapkan cokelat favorit mu. Aku berharap saat aku pulang, kau sudah baik-baik saja."
Anna menyeka air matanya, ia kembali teringat saat ia membentak sang kakak ketika Max menuduh Liam selingkuh. Jelas ia menyesal, itu pertama kalinya ia meninggikan suaranya pada Max.
Anna lekas mencari kembali kontak sang kakak di ponselnya. Firasatnya tak enak. Begitu kontak ia temukan, Anna lekas menghubungi nya. Namun, sayang sekali, lagi-lagi panggilan itu tidak tersambung.
"Ada apa sih? Padahal wifinya baik-baik aja!" gerutunya.
Anna tak menyerah. Ia melangkah ke ruang tamu dan menyambar telepon kabel di atas nakas, ia menekan beberapa angka kontak Max. Namun, lagi dan lagi, telepon itu tak terhubung. Seolah-olah, ada seseorang yang mengacaukan jaringan perangkat elektronik di dalam gedung apartemen itu.
Masih tak ingin menyerah, Anna menyambar cardigan yang menggantung di sandaran sofa, kemudian ia berjalan menuju pintu. Wanita itu masuk ke dalam lift dan menekan tombol yang membawanya ke lantai utama. Ia berniat, hendak menyusul sang kakak ke kantor polisi.
Setibanya di bawah, Anna melangkah ke luar gedung. Namun, langkah kaki itu tiba-tiba berhenti, seolah-olah ada paku panjang yang memantak kakinya ke tanah. Matanya menatap lurus ke arah mobil yang ia kenal, plat itu, plat mobil ....
"Liam?!" suara Anna nyaris tercekat. Ia mundur beberapa langkah. Jantungnya berdegup kencang.
Anna lekas berbalik badan. Ia kembali melangkah, bahkan berlari, kali ini tujuannya ke pos penjaga.
Napasnya tersengal-sengal saat menepuk pundak seorang pria bertubuh tegap. "Pak, tolong, Pak.
Pria itu berbalik badan, menatap Anna dari ujung kaki hingga ke ujung kepala. Ia mengeluarkan ponselnya, menatap satu potret di benda pipih itu. Memastikan, di hadapannya merupakan orang yang sama.
"Anna?" kata pria itu.
Anna mundur selangkah, kakinya bergetar. Ia tak mengenali sosok pria di hadapannya kini. Wajahnya sangat berbeda dengan wajah pria yang biasanya berjaga di pos itu.
"Ada pesan dari Liam." Pria itu menyodorkan sebuah catatan kecil.
Dengan tangan bergetar, Anna mengambil dan membacanya.
"Jangan kemana-mana, Sayang. Pemburu kepala sedang berkeliaran di mana-mana. Mungkin, dia sedang mengincar Max."
"Kembali ke tempat mu, Anna," kata pria dihadapannya. Perintah itu terdengar layaknya ancaman.
Anna berbalik badan, dengan langkah bergetar, ia kembali menuju ke apartemen nya.
Begitu sampai di kamarnya, Anna duduk di sisi ranjang. Menetralisir debaran jantungnya yang hampir mematikan. Ia kembali mengeluarkan ponselnya, ingin mencoba keberuntungan dengan mengetik beberapa pesan singkat untuk Max.
"Kak Max. Tolong berhati-hati, pembunuh yang kau cari, ternyata Liam lah orangnya."
Ia menatap pesan itu dengan harapan akan segera terkirim. Namun, lagi dan lagi gagal.
Di luar gedung, tepatnya di dalam mobil milik Liam. Ethan berkutat di depan laptopnya. Misinya kali ini adalah, duduk di dalam mobil Liam sambil mengacaukan jaringan perangkat elektronik di gedung apartemen itu.
Sementara itu, di atas atap sebuah gedung nan tinggi, Liam berdiri di belakang sebuah teropong binakular jarak jauh yang memiliki spesifikasi dapat memantau hingga jarak 20km. Ia memantau setiap area kepolisian sambil tertawa kencang.
"Ah, dasar orang-orang bodoh!" tawanya tak berkesudahan.
Liam menyeka air yang keluar dari sudut mata, lalu memantau Anna dari ponselnya. Bibirnya menyeringai kala melihat Anna yang tampak frustasi duduk di sisi ranjang. Tak sia-sia ia juga meletakkan kamera tersembunyi di kamar sang kekasih.
Untuk sesaat, Liam terdiam. Ia tengah memikirkan apa yang harus ia lakukan pada Anna besok.
"Sepertinya, aku harus membawamu ke tempat yang jauh, Anna. Menyembunyikan dirimu ke tempat yang tak dapat ditemukan oleh kakak mu. —Bagaimana pun juga, kau tengah mengandung anakku. Anak itu ... aset berharga ku, mahakarya ku. Anak itu ... adalah calon eksperimen selanjutnya."
*
*
*
Thor buat cerita agent agent gitu dunk Thor dgn ruang rahasia dll 🫰
Terima kasih banyak Kak, atas karya luar biasanya ini 🙏🥰🥰