Di Tikung Sahabat Sendiri

Pov Author

Setelah pulang dari butik, Aisyah langsung pulang ke rumah.

Aisyah yang sedang duduk di tepi ranjang mengotak-ngatik layar ponsel nya dan mencari hiburan. Tidak lama kemudian muncul nama "Mas Bayu" kaka sepupu Aisyah yang menelepon. Di geser layar handphone dan menekan tombol hijau.

"Halo, Assalamualaikum, Mas Bayu"

Tidak terdengar suara kak Bayu di sebrang sana hanya keheningan saja. Tanpa Aisyah ketahui bayu sedang menyusun kalimat apa yang harus dikatakan kepada Aisyah tentang kelakuan suaminya.

"Halo mas, Mas bayu baik-baik saja?" tanya Aisyah mengulang perkataan karena tidak mendengar suara kaka sepupunya.

"Kamu lagi di rumah Aisyah?" tanya Bayu.

"Iyah, kenapa mas ? ada sesuatu yang penting? "

"Engga ada sih, Oh ya aset-aset yang kalian miliki itu tersimpan atas nama siapa ? Maaf mas tak ingin ikut campur, mas hanya tanya saja" Bayu merasa sedikit tak enak. Namun apa boleh buat, ia tak ingin adik sepupunya kehilangan harta yang dimiliki apalagi jika harta itu dinikmati oleh Dimas dan gundiknya. Bayu merasa sangat tidak rela.

"Atas nama Aku, kenapa emangnya?" tanya Aisyah. Mendengar ucapan Aisyah, Bayu bernafas lega. Andaikan adik sepupunya kehilangan suami, tapi tidak dengan harta-harta nya.

"Oh yah Syukurlah. Hanya itu saja yang mas sampaikan. kamu jaga diri baik-baik yah. semoga keluarga kecil mu bahagia selalu".

Aisyah sedikit heran dengan ucapan Bayu, bagaimana tidak, tiba-tiba Bayu menanyakan perihal kepemilikan aset. lalu memberikan sebait doa yang dirasa Aisyah sedikit janggal.

"Ada Apa sih mas, apa ada yang tidak aku ketahui?"

"Engga ada, Aisyah" singkat Bayu berucap. Sebenarnya ia ingin mengatakan perihal dirinya yang melihat perselingkuhan Dimas dengan perempuan lain.

"Mas Bayu melihat mas Dimas jalan dengan wanita lain ?"

Deg!

Seketika jantung Bayu seperti berhenti berdetak. Ia terkejut jika sang adik bisa menebak dan tebakannya tak meleset.

Bayu terdiam,

Sebenarnya Bayu ingin berucap, namun sepertinya ucapannya berhenti di kerongkongan.

"Mas Bayu tenang saja, aku sudah tahu semua kebusukan yang di sembunyikan mas Dimas. Bahkan aku juga tahu siapa wanita selingkuhan nya itu. Dia Maira Mas, sahabat yang selama ini sudah ku anggap saudara kandungku sendiri, rela berbagi segalanya dengannya Tapi ia dengan tega menusukku dari belakang. Aku sudah mempunyai rencana untuk membalas 2 manusia laknat itu. Doa kan saja semoga pembalasanku berjalan lancar, Mas" jelas Aisyah.

Bayu emang tidak pernah mengenal siapa Maira, karena ia selama ini tinggal di luar negeri dengan orang tua nya. Tapi Bayu tahu kalau bibi nya mengangkat seorang anak untuk menemani Aisyah.

"Astaga Aisyah! kamu sudah tahu selama ini kalau suamimu selingkuh bahkan dia selingkuh dengan Maira, emang ga tahu balas budi atau bagaimana, tuh si Maira? lalu selama ini kamu diam saja dan telan sendiri ? Kamu menganggap ku apa, kamu tidak percaya padaku? Apa tante Sonya tahu? Sekarang katakan apa rencanamu yang ingin kamu lakukan, barangkali aku bisa membantumu" ucap Bayu sembari mengusap wajah dengan sebelah tangannya.

"Ya gimana lagi, Mas Aku kemarin sempat berdebat dengan mas Dimas dan dia sengaja memancing rasa cemburu ku dengan menelpon mesra seseorang saat itu aku belum tahu kalau mas Dimas benar-benar selingkuh. Awalnya ada rasa bersalah karena aku sebagai istri belum bisa mencintai sepenuhnya mas Dimas. Tapi beberapa kali aku memergoki mereka bermesraan.

Kalau mas dimas bisa bersabar mungkin aku akan berusaha mencintai mas Dimas menjadi istri yang baik. Namun Mas dimas berkhianat, dan selingkuh dengan Maira" ucap Aisyah panjang lebar. Di hela nafas panjang lalu ia keluarkan secara perlahan.

"Mas Bayu percayakan saja sama aku. Insyaalloh aku bisa menyelesaikan nya sendiri. Kurang puas jika aku balas dendam bukan dengan tanganku sendiri" Imbuh Aisyah.

"Baiklah Aisyah, Tapi jangan gegabah biar ngga jadi bumerang bagi kamu. kalau kamu butuh bantuan. kabarin aja"

"Iyah mas, gampang. Jangan katakan soal ini sama mamah yah, mas. Soalnya kesehatan mamah sedang tidak baik-baik saja." pinta Aisyah.

"Iya ya sudah hanya itu saja yang ingin Mas bicarakan. kalau butuh apa-apa. bilang"

"Siap Mas"

Panggilan pun di matikan setelah mengucapkan salam. Berikutnya Aisyah letakkan ponsel di atas bantal dan berlalu pergi untuk membersihkan badan. Malam ini ia akan datang ke pesta perayaan ulang tahun teman Mas Dimas dan mempermalukan Maira.

...****************...

Lembayung senja telah berganti. Bulan sudah mulai menggantikan matahari. Lampu neon kerlap-kerlip khas Ibukota sudah menunjukan panasnya. Malam yang di tunggu tunggu akhirnya datang juga.

Saat ini, Dimas sudah berada di apartemen Maira. Dia sudah berniat menjemput kekasih gelapnya itu. Penampilan laki-laki itu sangat rapih dan menawan. Aura ketampanannya memang tidak bisa di sembunyikan. Ia sudah mengabari Istrinya Aisyah kalau ia akan pulang terlambat.

Maira telah selesai berdandan. Dia keluar dari kamarnya dengan anggun dan elegant. Dimas sempat terkesima menatap bidadari di hadapannya ini. Kecantikan darah campuran di tunjang dengan riasan dan gaun yang sesuai menjernihkan mata. Tak bisa di pungkiri, bahwa dia memang sudah terpesona dengan penampilan Maira Jasmine.

"Ayok nunggu apalagi? Nanti kita bisa terlambat loh!" Ajak Maira menepuk pundak kecil Dimas dengan lembut.

Dimas yang masih terpana, kemudian menarik kekasihnya itu ke dalam pelukannya dan berbisik, "Kamu cantik sekali sayang, aku bersyukur memiliki kamu. I Love you," Dimas mengecup kening Maira mesra.

Maira membalas dengan senyuman yang tak kalah indahnya, "I Love you too".

Pasangan tersebut pun bergandengan tangan menuju parkiran. Terlihat jelas bahwa dimas begitu bahagia dan bangga bisa memiliki Maira, Dimas tidak memikirkan perasaan Aisyah sebagai istri ketika sedang jalan dengan Maira.

Suasana romantis memabukkan keduanya. Dimas menyetir dan memutar lagu kesukaan Maira. Mereka berduet, sambil sambung menyambung lirik lagu.

Ketika sedang asyik berduet, ponsel Dimas bergetar, Dimas melirik ponsel tersebut dan melihat Maira.

Maira mengerti maksud Dimas, ia langsung mengambil ponsel, "Mama Ruli" ucapnya memberitahu Dimas.

Dimas mengelilingi volume musik, dia berkata pada maira, "Angkat dan speakerkan!" perintahnya lembut.

"Iyah Mah?" Jawab Dimas malas.

"Dimas kamu dimana? jemput mamah sekarang!" Ruli, mamah nya Dimas langsung berteriak keras.

"Kenapa Mah? Dimas gak bi..." Dimas belum menyelesaikan kalimatnya, tetapi sudah di sela oleh Ruli.

"Mama juga ikut ke pesta itu! kamu pasti di undang kan ? jadi bawa mamah juga ! Mama ga denger penolakan!" tegas Ruli.

Dimas melihat Maira. Ada raut ketidaksetujuan di sana.

"Aku sudah diperjalanan sama Maira, Mah" Dimas menjelaskan

"Gak apa - apa malah bagus, mamah ada temennya. Ayok buruan. Mamah udah siap dari tadi. Udah yah buruan!. Nanti terlambat!" Ruli memutuskan telepon sepihak.

Dimas mendengus kasar. Dia tidak bisa berkata apapun lagi.

"Kita harus ke rumah mamah dulu" Dimas akhirnya memutuskan untuk membawa Ruli turut serta.

Maira hanya diam. dia tidak berkomentar apapun dan memilih memandang ke luar jendela.

Suasana hangat dan romantis seketika lenyap.

Deru mesin semakin kencang. Dimas memutar arah menuju rumah Ruli, mamahnya Dimas. Dimas terlalu penurut. Dia tak bisa membantah apapun ucapan mamah nya.

Tak lama berselang mereka telah sampai. Tanpa menunggu dari tadi langsung membuka belakang pintu mobil dan segera masuk.

"Ayok berangkat! Nanti kita terlambat lagi!" perintah Ruli.

Keduanya memperhatikan penampilan Ruli. Dandanannya persis seperti mau pergi ke kondangan, benar-benar meriah dengan berbagai perhiasan di tangan nya.

Seketika Maira merasa malu, belum sampai pesta dia sudah tidak percaya diri dengan dandanan dari ibu kekasih gelapnya itu.

"Ayok! jalan kok liat mamah terus? Terpesona ya sama dandanan mamah? mamah sudah sering di puji kok!" Ruli terkekeh pelan.

"Iyah mamah cantik sekali!" puji Dimas sambil menyetir mobilnya kembali.

Maira tidak berkomentar apapun. Tiba-tiba dia merasa hari ini akan menjadi malam yang buruk.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...