NovelToon NovelToon
Istri Yang Tersakiti

Istri Yang Tersakiti

Status: tamat
Genre:Tamat / Selingkuh / Dendam Kesumat
Popularitas:798.1k
Nilai: 4.9
Nama Author: neng_yanrie

sekian tahun Tasya mencintai suaminya, selalu menerima apa adanya, tanpa ada seorang anak. bertahun-tahun hidup dengan suaminya menerima kekurangan Tasya tapi apa yang dia lihat penghianatan dari suami yang di percaya selama ini..

apakah Tasya sanggup untuk menjalankan rumah tangga ini...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon neng_yanrie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 15

Beberapa waktu setelahnya, di tengah suara musik yang mengalun merdu, Radit datang menghampiri nenek Tasya, ia belum sempat menyalami dan memberikan sebuah hadiah kecil.

"Selamat ulang tahun Oma." Ucap Radit.

"Terima kasih, Dit. Lama kita tidak bertemu. Kamu masih sendiri setelah Clarisa meninggal?"

Radit hanya tersenyum dan mengangguk.

"Clarisa memang tidak terganti, dia wanita yang baik. Sama seperti Tasya yang menemukan Devan, dia lelaki terbaik."

Tasya menundukkan wajah, sementara Devan terlihat canggung. Setelahnya, ia pamit untuk mengambil minuman dan menghindari situasi ini, rasanya begitu tidak nyaman, aneh, atmosfernya begitu berbeda.

Sementara Radit melanjutkan berbincang dengan Oma, berbicara tentang banyak hal, salah satunya tentang bisnis. Di usia yang tidak lagi muda, mengobrol dengan Oma terasa begitu menyenangkan dan nyambung.

Hampir setengah jam, Tasya tidak kembali. Rupanya ia lebih memilih menyendiri, duduk di tepi kolam renang. Sedikit menghindar dari keramaian dan kebahagiaan yang tercipta. Riuh orang menyemai tawa seolah tak berarti, tidak ada maknanya bagi seorang Tasya.

Berharap waktu segera berlalu dan mampu membuat luka ini kering, meski bekasnya tidak pernah hilang.

Pertanyaan Oma tentang kemiripan anak Rara dengan Devan jujur saja mengganggu pikirannya. Tidak terbayang bagaimana ia berasa begitu jijik terhadap dirinya sendiri bila Devan benar-benar menanam benih di banyak tempat.

"Mengapa tidak bergabung dengan yang lain?" Sebuah suara membuyarkan lamunannya yang sedang pergi melayang. Suara yang begitu ia kenal. Suara Rara.

Tasya tidak menjawab dan kembali menyeruput es jeruknya, ia enggan melihat wajah itu, wajah yang penuh kemunafikan di matanya. Apa lagi saat membayangkan bila sepupunya benar-benar di jamah oleh Devan.

"Mulai saat ini tidak perlu so akrab denganku, hubungan kita hanya sebatas atasan dan bawahan"

"Keangkuhan mu ternyata tidak pernah hilang Tasya!"

"Bukan aku yang angkuh! Tapi kamu yang tidak memiliki kemampuan untuk mensejajarkan diri denganku." jawab Tasya yang kemudian beranjak meninggalkan Rara. Ia pun bergabung dengan orang tua Radit, sedikit bertukar cerita dan menikmati pesta ini.

Bagi Tasya, orang tua Radit adalah orang tuanya juga, begitu sebaliknya.

"Kamu baik-baik saja?" Ucap Ibu Radit. Ia salah satu orang yang selalu peka tentang segala hal yang dirinya rasakan.

Tasya mengangguk. "Mama Papa sehat?"

"Kami baik, Sya." Jawab Papa Radit.

"Syukur lah," jawab Tasya tersenyum. Kemudian setelahnya mereka berbagi cerita, lama sekali ia tidak berjumpa dengan mereka, terakhir ketika pernikahan Radit dan Clarisa.

Tidak berapa lama Radit pun mendekat dan turut bergabung, berbincang hangat dan berbagi canda.

"Eh, bagaimana Linda? Kalian masih berhubungan 'kan?" tanya ibunya pada Radit.

Tasya memperhatikan, ia belum pernah mendengar nama itu sebelumnya. "Siapa Linda, Ma?"

"Teman Radit, beberapa bulan lalu pernah di bawa ke rumah. Wajahnya mirip banget sama Clarisa, santun dan lembutnya pun mirip seperti almarhumah."

"Kamu tidak pernah mengenalkan padaku, Dit?" Tasya melihat ke arah sahabatnya itu

"Belum sempat, nanti ku kenalkan," jawab Radit.

"Mama setuju dia sama Linda itu, Sya. Anaknya lembut banget, sama persis lah kaya Clarisa," timpal ibunya.

Tasya tersenyum seraya melihat ke arah Radit, pria itu di hadapannya itu menunduk ketika mata keduanya beradu, seolah tidak sanggup melihat lama-lama.

Sementara di sudut lain, sepasang mata memperhatikan dengan tidak suka, ia mengepalkan tangan melihat kebersamaan istrinya dan sahabatnya yang selalu ia cemburui sejak dulu. Entah Tasya sadari atau tidak, Radit selalu ada di dalam pembahasan mereka, setiap saat, setiap waktu. Membuat Devan jengah saat itu.

*****

.

.

.

.

Selepas acara selesai, Devan dan Tasya ada di satu kamar yang sama, mereka menginap di hotel di tempat acara di gelar. Tapi, Tasya memilih untuk pulang lebih dulu ke jakarta, ia tidak ingin berlama-lama dengan Devan, apa lagi bila harus ada dalam satu ranjang.

"Aku akan segera mengurus perceraian kita!" Ucap Tasya sebelum meninggalkan kamar ini.

"Aku tidak akan pernah menceraikan mu!"

"Terserah! Tapi segala bukti yang aku pegang tidak akan menyulitkan keinginanku!"

"Apapun yang terjadi aku akan mempertahankan mu!"

Tasya mendelik dan menatapnya tajam.

"Bukan kah tanpa ku kamu sudah memiliki istri dan seorang anak?"

Devan terdiam mencoba mencerna ucapan Tasya.

"Bahkan anak mu yang lain akan segera hadir bukan?" Lanjutnya Tasya.

Hening tercipta sejenak.

"Apa maksud kamu?"

Tasya membuang napas kasar, kemudian ia mengambil tas dan pergi dari kamar ini, ia enggan menanggapi segala kepura-puraan yang tidak pernah habis dari seorang Devan.

Cahaya kilat petir menggelegar, angin kencang mengayunkan rambutnya yang tergerai, ia keluar dari hotel ini. Tepat di depan lobby. Radit sudah menunggunya, sebelum ia memang meminta tumpangan untuk pulang ke Jakarta.

Seiring dengan mobil yang berlalu, hujan turun dengan derasnya. Tapi Radit terus menerobos hujan berharap hujan akan mereda.

Semenjak Tasya meninggalkannya beberapa waktu yang lalu, Devan tidak berhenti uring-uringan. Ia pun terus menghubungi Rara untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi. Hingga saat ini, Devan masih belum tahu bila Tasya mengetahui tentang Kirana.

Beberapa panggilan tidak terjawab, membuat Devan semakin kesal. Hingga di panggilan ke sekian kali, baru Rara mengangkat dengan suara kecil dan terdengar menggema.

"Ada apa. Van?"

"Temui aku sekarang!"

"Gak bisa... Ada suamiku!"

"Bilang urusan pekerjaan."

"Ini terlalu larut! Aku gak bisa."

"Baiklah! Aku yang datang ke kamar mu!"

"Baiklah!" jawab Rara pasrah. Ia tidak ingin terjadi huru-hara di sini, apa lagi di hadapan keluarga besarnya. Wanita itu keluar dari kamar mandi dan melihat sekilas pada suami dan anaknya yang sedang tertidur pulas, kemudian keluar dari kamar dan masuk ke kamar Devan yang ada di sebelahnya.

"Ada apa?" tanya ketika masuk dan melihat Devan sedang duduk di sebuah sofa sambil menundukkan wajah. Ia sedang menahan rasa amarah.

"Apa yang kamu bilang pada Tasya?"

Rara terdiam sesaat. "Aku tidak mengatakan apa pun." jawabnya santai.

"Jangan bohong, Rara!" Devan melihat ke arahnya dengan mata tajam.

Rara kini bungkam. Ia tahu mengarah kemana pertanyaan Devan, ini pasti tentang Kirana. Rahasia itu, hanya Rara yang tahu selain keluarganya. Bahkan ia menjadi salah satu saksi saat pernikahan itu terjadi.

Devan beranjak, ia berjalan mendekati Rara. Sementara wanita itu terus mundur dan mulai ketakutan, tangan bergetar.

Tepat di hadapan Rara, Devan berdiri masih dengan tatapan yang tajam. Ia membawa tubuh Rara dan menguncinya, sementara satu tangan mencengkram pipi Rara kuat, membuat wanita itu tidak bisa berkutik. Setelahnya, seperti biasa, Devan akan mengancam dan membuatnya takut lalu kembali tunduk. Rara tahu, Devan adalah orang yang akan melakukan apa pun demi membuat hatinya tenang.

Sementara Radit dan Tasya terjebak dalam kemacetan yang mengular. Mobilnya sama sekali tidak bergerak, terjadi kecelakaan beruntun beberapa kilo di depannya.

"Kamu tidur aja." Ucap Radit melihat pada jam tangan, waktu sudah menunjukan pukul dua pagi. Sementara hujan masih terus mengguyur dengan deras. Suasana dingin semakin merasa menusuk.

"Aku akan tidur sendiri kalau mengantuk." jawabnya tersenyum, seraya melipat kedua tangannya kedinginan.

Radit mengecilkan AC, lalu mengambil jaketnya di kursi belakang dan memberikannya kepada Tasya.

"Pakai ini, lengan bajumu pendek sekali."

Tasya mengambilnya dan langsung memakai jaket cukup tebal itu, membuat tubuhnya menghangat. Ia kemudian melirik ke arah Radit yang sedang menatap ponsel dengan serius, membalas chat seseorang.

"Tengah malam gini nge-WA kamu, pasti orang spesial ya?"

Radit tertawa kecil. "Bukan, dia Linda, temanku."

"Seseorang yang mirip dengan Clarisa itu?" Radit mengangguk.

"Ada fotonya?"

"Sepertinya ada."

Radit kembali melihat ponselnya, mencari foto Linda, ia menemukan foto mereka berdua seperti sedang berangkulan, padahal foto itu tidak sengaja di jepret ketika Radit sedang membantu memakaikan syal pada Linda.

"Mesra sekali, kalian cocok." ucap Tasya dengan suara yang pelan.

Radit kembali menutup ponselnya dan menyimpan ke dalam saku. Ia tidak menjawab apa pun.

Sementara Tasya mengalihkan pandangannya ke arah jendela dan mulai memejamkan mata.

*****

.

.

.

.

Seminggu sudah berlalu semenjak pesta ulang tahun Oma. Tasya masih di sibukkan dengan segudang pekerjaan, rapat semakin sering di adakan seiring dengan gentingnya kondisi perusahaan.

Pagi ini Ini Devan dan adiknya membuat kegaduhan di ruangan Tasya. Mereka tidak terima ketika seluruh kartu kreditnya di blokir.

"Setidaknya jangan membuat malu saya! Masa di sebuah lestoran saya sampai gak bisa bayar. Malu sama teman-teman arisan!" Ibu mertuanya terus mengomel, sementara Devan masih di ruangan meeting dan belum mengetahui Ibu dan adiknya datang.

"Setidaknya untuk urusan perut tidak perlu berhutang, akhirnya juga jadi kotoran?" balas Tasya santai.

"Jaga mulutmu, ya!" Ibu mertuanya mulai emosi.

Sementara Bella masih mengamati.

"Mulai saat ini, kalian jangan berharap untuk mendapat fasilitas dari perusahaan ini. Kalau mau uang kerja!"

"Denger ya, Mbak! Calon suami saya juga orang kaya! Jangan sombong."

"Ya sudah, minta saja sama calon suamimu yang katanya duda pengusaha kaya itu. Semoga benar-benar duda ya, saya curiga kamu hanya simpanan."

"Heh! Jaga mulut kamu, ya!" dengan mata yang membulat tajam ibu mertuanya mendekat dan mendaratkan satu tamparan di wajah mulus Tasya. Seiring dengan itu, Devan datang dan melihat langsung kejadian itu.

"Ada apa ini? Ngapain ribut di kantor!"

"Istrimu, Mas! Mulutnya pedas kaya pisau!" jawab Bella.

"Pergi kalian semua dari sini!" Tasya berteriak masih memegang pipinya. Ia begitu terpancing emosi.

"Pantas saja setiap punya anak ke guguran! Orang gak pantas jadi ibu, mulutnya gila kamu, Mbak. Gak ada filter."

"Saya bilang pergi."

Dengan penuh emosi, mereka bertiga keluar dari ruangan ini. Tasya mengatur napasnya dengan kedua tangan memegang kepala.

Ia memejamkan mata, menghilangkan kejadian tadi. Seketika ia merasa, barangkali ucapan Bella memang benar, ia telah di hukum semesta atas segala hal yang terjadi. Kehilangan anak berulang kali, kehilangan cintanya, dan mungkin kehilangan lain yang akan segera menyusul. Ia kembali menangis lagi.

Bukan... Bukan untuk menunjukkan kelemahan. Ini adalah salah satu cara merendam segala sesak di hati.

Suara denting ponselnya berbunyi, sebuah pesan dari Radit memberikan link berita. Tasya membukanya, sebuah artikel yang mengulas kejadian yang sedang viral di bicarakan di mana-mana, juga menggegerkan negri ini, sampai ke pelosok.

Tasya menelan ludah, tenggorokannya terasa kering membaca artikel ini sampai usai.

[ Sudah baca beritanya, Sya? Apa yang akan kamu lakukan? Aku takut kamu akan terseret.]

Pesan dari Radit kembali datang. Ia tidak pernah menyangka bila manusia-manusia yang ada di sekelilingnya seperti racun mematikan. Entah ini kabar baik untuk dirinya, atau sesuatu yang justru akan membawanya pada jurang yang paling dalam.

.

.

.

.

Apa lagi Tuhan, ini cobaan apa lagi yang engkau berikan untuk ku. Apakah aku harus senang atau sebaliknya.

1
Yusan Lestari
the best👍
Hilda Hayati
jangan2 kirana nih yg bakal jadi penggnti Tasya
Hilda Hayati
Lumayan
Hilda Hayati
Kecewa
Akun Lima
athornya pengecut anjing kaga ada respon anji k
Akun Lima
thor jangan terlalu goblok dong balas anjink
Akun Lima
thor bisakah kau bersikap adil sumpah karyamu ini Sangat buruk
Dewi Yanti
kpn beres nya sih itu bls dendam
Dewi Dama
saya cuka jln cerita novel..ini...semangat thoorrr...
Yani Cuhayanih
Baguus tasya..aku salut padamu
Yani Cuhayanih
aku boleh getok kepala nya pake panci sekalian biar devan dan sintia gegar otak../Curse/
Herta Siahaan
seperti nya acara balas dendam nggak akan habis.... kesadaran masing-masing tdk ada ... kok keknya nggak ingat ajal
Zanzan
udah...jangan terus ditangisi...kau harus bangkit...
Saadah Rangkuti
kenapa lagi thor ?!😡😡🙏🙏
Saadah Rangkuti
tuh kan pas..ayolah thor sudahi penderitaan mereka 😂😂
Saadah Rangkuti
apa radit yg jadi pendonornya? ya Tuhan 😭😭
Saadah Rangkuti
semua ini memang kesalahanmu Thor...bukan si devan atau siapapun 😭😭
Saadah Rangkuti
aku rasa belum ada bab yg gak bisa bikin emosi thor,dari awal 🙏🙏☺️☺️
Saadah Rangkuti
ya Tuhan..ternyata masih banyak rahasia devan...
Saadah Rangkuti
keterlaluan 😡😡😡😡
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!