( Zona Cinta Manis )
Midea Lestari harus menelan pil pahit ketika difitnah sudah menabrak seorang wanita yang tengah hamil besar hingga tewas. untuk menebus kesalahan yang bukan karena perbuatannya, ia harus mendekam di balik jeruji besi dan merelakan masa depannya.
Satu bulan mendekam dipenjara, akhirnya Dea dibebaskan karena keluarga korban membayar jaminan untuknya. sebagai gantinya Dea terpaksa menikah dengan Shady Hutama, duda tampan yang istrinya tewas dalam kecelakaan itu. Dea menjadi ibu pengganti untuk putri Shady yang bernama Naura.
Bagaimana lika liku kehidupan rumah tangga Shady dan Dea? Apakah Dea bisa meruntuhkan kerasnya hati Shady yang selalu menaruh dendam padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pinkanmiliar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15 - Keluarga Kalendra
Rasya sedang bersiap untuk berangkat ke kampus. Dia mematut dirinya di depan cermin. Kali ini ia hanya memakai kemeja dan celana kain tanpa jas. Menurutnya terlalu formal jika seorang dosen memakai jas.
Senyum tipis yang sulit diartikan tersungging dari bibirnya kala mengingat dirinya yang berkirim pesan dengan Dea. Ia melirik foto yang ada di atas meja kerjanya. Foto yang sama dengan yang ada di rumah Shady.
Usai memastikan jika dirinya sudah siap berangkat, Rasya segera meraih tasnya. Namun secara tiba-tiba ponselnya berdering. Tertera nama sang mama di layar ponselnya. Dengan sigap ia menjawab panggilan itu.
"Halo, Ma..."
"Om Rasya! Om kapan pulang? Vano kangen sama Om!" Sebuah suara cempreng khas anak kecil menggema di telinganya.
Sudah bisa ia duga jika ibunya akan melakukan ini. Sebuah cara agar Rasya datang ke rumah utama.
"Iya, sayang. Om pasti akan datang. Jika pekerjaan Om sudah selesai."
"Rasya!" Kini giliran suara sang Mama yang terdengar. "Pagi ini kamu ada waktu kan? Mampirlah sebentar ke rumah. Vano sangat merindukanmu. Mama juga rindu."
Rasya menghela napasnya. "Baiklah. Aku akan kesana."
"Sekarang, Sya! Jangan nanti! Sekalian kamu juga ikut sarapan disini. Mama yakin kamu pasti belum makan kan?"
"Iya, Ma. Rasya akan kesana sekarang."
"Asyik! Om Rasya mau kesini ya, Oma. Yeay yeay yeay!"
Terdengar celotehan lucu dari seberang sana. Rasya mematikan panggilan dan segera menuju ke kediaman utama keluarganya.
Tak butuh waktu lama, Rasya tiba di rumah utama dan disambut oleh keponakannya yang lucu.
"Om Rasya!" Vano, bocah berusia 5 tahun itu menghambur memeluk pamannya.
"Hmm, Vano sayang. Memangnya hari ini Vano tidak sekolah?" tanya Rasya sambil mengacak pelan rambut Vano.
"Tidak, Om. Soalnya hari ini mama mau pulang!" jawab bocah kecil itu dengan gayanya yang lucu.
Rasya langsung menatap tajam kearah ibunya yang berdiri tak jauh darinya.
"Kita bicara setelah sarapan," ucap Diana, ibu kandung Rasya.
Selesai sarapan, Diana mengajak Rasya untuk bicara di ruang keluarga.
"Ada apa, Ma? Kenapa Vano bilang jika mamanya akan pulang? Apa wanita itu akan kembali kemari?" Nada bicara Rasya menyiratkan ketidaksukaan.
"Benar, Nak. Vanessa akan kembali hari ini. Dan mama minta sama kamu untuk menjemputnya di bandara."
"APA?!"
"Sayang, bagaimanapun juga Vanessa adalah ibu kandung Vano. Mama dengar dia ingin berkarir di Indonesia. Makanya dia memutuskan untuk kembali dan tinggal bersama kita."
Rasya yang tidak ingin membuat Diana kecewa, akhirnya menyetujui permintaan wanita yang sudah melahirkannya ke dunia itu.
"Baiklah. Jam berapa pesawatnya tiba?" tanya Rasya.
"Siang ini. Tolong kamu sediakan waktu untuk menjemput Vanessa."
Rasya mengangguk. Meski tak menyukai dengan ide ibunya, namun Rasya tetap melakukan perintah sang mama. Itu sebagai baktinya sebagai satu-satunya putra di keluarga Kalendra setelah kakaknya meninggal dunia.
#
#
#
Tiba di bandara, Rasya duduk di ruang tunggu sambil memainkan ponselnya. Ia harus mengatur ulang jadwalnya hari ini karena kacau akibat permintaan mamanya.
Seorang wanita cantik berjalan anggun menuju ke tempat Rasya duduk. Sepertinya Rasya belum menyadari kehadiran wanita cantik itu.
"Aku tidak menyangka jika kau sendiri yang akan menjemputku, adik ipar." Suara seksi wanita itu membuat Rasya segera bangkit dari duduknya.
"Tidak perlu berbasa basi. Ayo cepat!" Rasya segera berjalan menuju keluar bandara.
"Ck, adik ipar! Kau ini masih saja bersikap dingin padaku. Apa tidak bisa lebih lembut, hmm?"
"Aku kemari karena permintaan mama. Jika bukan karena beliau, mana sudi aku menjemputmu!" ketus Rasya.
Wanita cantik bernama Vanessa itu hanya bisa memutar bola matanya malas. Selama ini ia tinggal di Paris untuk meniti karir sebagai seorang model. Namun kini ia memutuskan untuk kembali dan berkarir di tanah air.
Vanessa mengikuti langkah lebar Rasya. Hingga akhirnya mereka berhenti di tempat parkir dan mulai memasuki mobil Rasya.
"Wah, mobilmu sangat bagus, adik ipar. Kau pasti jadi dosen muda yang sukses sampai bisa membeli mobil mahal seperti ini." Vanessa melihat sekeliling interior mobil yang menurutnya sangat menakjubkan.
Rasya tidak menggubris semua omongan Vanessa. Ia hanya melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang hingga cukup kencang. Ia tak ingin berlama-lama dengan wanita yang adalah istri dari mendiang kakaknya, Raffa.
Merasa diabaikan, Vanessa tidak tinggal diam. Ia terus mengajak Rasya mengobrol meski tak pernah satupun ceritanya yang ditanggapi oleh Rasya.
"Rasya, kenapa kau memilih untuk tetap menjadi dosen? Kenapa kau tidak fokus pada perusahaan papamu saja?"
Lagi-lagi Rasya hanya diam. Ia muak dengan wanita ini. Hingga akhirnya Rasya menepikan mobilnya di pinggir jalan.
"Lho? Rasya? Kenapa berhenti disini? Rumah kita kan masih beberapa blok lagi."
Rasya menatap tajam Vanessa.
"Untuk apa Kakak kembali? Kakak sudah pergi selama tiga tahun dan sekarang kakak kembali? Untuk apa?" seru Rasya yang membuat Vanessa terkejut.
"Rasya! Pelankan suaramu! Aku tidak tuli!" timpal Vanessa yang ikut kesal dengan sikap adik iparnya.
"Dengar, kau tidak perlu berpura-pura di depanku! Aku tahu siapa kau sebenarnya!" tunjuk Rasya dengan kilatan amarah disana.
"Apa maksudmu?"
"Apa kau pikir aku tidak tahu semua perbuatan licikmu di masa lalu? Aku tahu semuanya! Kau sengaja menjebak kakakku untuk tidur denganmu!"
"Hah?!" Mata Vanessa membulat sempurna. Ia tak percaya jika adik iparnya mengetahui kejadian di masa lalunya.
"Kau menjebaknya! Tapi sebenarnya ... orang yang ingin kau jebak adalah Shady! Benar kan? Kau memberinya obat perangsang agar kau bisa memiliki Shady dengan cara licik. Tapi ternyata kau gagal! Dan malah kakakku yang harus menjadi korban!" Rasya meluapkan semua kekesalannya terhadap wanita yang terpaksa dinikahi kakaknya ini.
Vanessa hanya diam. Semua yang dikatakan Rasya memang benar. Dan dia tidak bisa mengelak.
"Jika saja kakakku tidak bertemu denganmu dan menjadi korbanmu, maka hingga detik ini dia masih hidup! Kau sudah membunuhnya! Kau yang sudah membunuhnya!" teriak Rasya.
"Hentikan! Cukup!" Kini giliran Vanessa yang berteriak. Matanya memerah menahan tangis dan kemarahannya. Sang adik ipar sudah melewati batasnya.
"Aku akui jika aku memang menjebak Raffa! Tapi itu bukan keinginanku! Salah sendiri dia yang meminum obat itu."
"Brengsek! Kau masih bisa menyalahkan kakakku, hah! Anak buahmu yang bodoh itu yang membawa kakakku ke kamar hotelmu! Jika saja kau bisa melihat siapa pria yang dibawa ke kamarmu, maka kakakku tidak akan mengalami hal seperti ini. Kau sudah menghancurkan dia!"
"Tidak! Kau tidak berhak menyalahkanku! Dia yang memaksaku untuk melayaninya. Dan aku juga tidak pernah berharap untuk tidur dengannya! Aku hanya mengharapkan Shady! Hanya Shady!" Napas Vanessa tersengal usai meluapkan semua emosinya.
Rasya tersenyum getir mendengar pengakuan Vanessa. Selama ini istri kakaknya tidak pernah mencintai kakaknya dan hanya menyebut nama lelaki lain dihatinya.
"Ini semua karena wanita itu! Kecelakaan yang dialami Raffa adalah karma untuknya. Apa kau tahu? Di saat aku hamil besar, dia bilang dia akan menceraikanku setelah aku melahirkan dan akan kembali mengejar cinta wanita itu! Itu adalah karma untuknya!" seru Vanessa sambil terisak. Ia memukuli dadanya yang terasa sesak. Ia baru kembali ke tanah air, namun harus dihadapkan dengan situasi yang tidak menyenangkan seperti ini.
"Dan ibumu!" lanjut Vanessa. "Apa kau tahu apa yang dikatakan ibumu ketika mengetahui aku hamil anak Raffa? Dia bilang jika bayi yang kukandung bisa saja bukan anak Raffa. Melainkan anak dari pria yang membayarku setiap malam. Hatiku sakit mendengarnya! Ibumu menganggapku sebagai pel@cur! Tega sekali dia mengatakan hal itu padahal jelas-jelas Raffa mengakui kesalahannya dan dia bersedia untuk bertanggung jawab."
Rasya masih terdiam. Kebenciannya terhadap wanita yang menurutnya sudah melenyapkan kakaknya mulai terkikis setelah mendengar cerita pilu yang diungkapkannya.
"Bukan aku yang menyebabkan kecelakaan Raffa. Dia sendirilah yang membayar kesalahannya. Itu adalah karma untuknya. Dia meninggalkanku dan memilih wanita itu! Dia ingin menemuinya. Tapi apa? Mobilnya malah mengalami kecelakaan. Dan dia tidak pernah bisa bertemu dengan Nola!" Senyum seringai terbit di bibir Vanessa yang bergetar karena menahan tangis. Sudah cukup dirinya disalahkan atas apa yang terjadi. Bertahun-tahun ia tak pernah bicara, dan kini ia harus mengakui semuanya di depan adik iparnya. Meski semuanya sudah terlambat.
B e r s a m b u n g
dan yg mengirim bunga ke makam nola adalah rasya.
ceritanya bagus