NovelToon NovelToon
Love My Dokter Husband

Love My Dokter Husband

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama / Nikahkontrak / Perjodohan / Pembunuhan / Dokter
Popularitas:344.8k
Nilai: 5
Nama Author: popyani

Kiran tiba-tiba mencintai Rangga, setelah wanita itu mendapati tranpalasi jantung dari mendiang Dokter Rani-yang tak lain istri dari Rangga, sendiri. Dan tentu saja, cinta itu ditolak mentah-mentah, oleh Pengusaha berusia tiga puluh tahun itu.


Dipaksa menikah lagi oleh sang Bunda, membuat Rangga mau tidak mau, akhirnya terpaksa memanfaatkan Kiran, yang dia tahu begitu mencintainya.

Pernikahanpun terjadi. Tapi sayangnya-pernikahan itu hanya pernikahan kontrak, dan Rangga akan menceraikan Kiran, disatu tahun pernikahan mereka kemudian.

Kebersaman yang keduanya lalui, perlahan menumbuhkan cinta di hati Rangga, kala ada cinta tulus, yang menawarkan
Dan saat mendapatkan sambutan, justru ada badai menggoncangkan mahligai rumah tangga mereka-saat terkuak satu persatu rahasia tentang seorang Rangga Wijaya, dan juga hadirnya sahabat Rangga, yang sudah lama menaruh perasaan pada pria itu.


Akankah keduanya mampu merengkuh kebahagian, yang sebenarnya? Saat perasaan itu semakin saja dalam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon popyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

AMARAH MAMA DILLA

Jamuan makan telah usai. Keluarga Wijaya, dan keluarga Andi Herman, memutuskan untuk melanjutkan oborolan mereka, di ruang tengah, dengan menikmati minuman hangat, dan beberapa cemilan kecil.

Wajah cantik Disty nampak tidak tenang. Mendapati ketidak~beradaannya Rangga Wijaya diantara mereka, membuat dua mata itu terus mengelingi dalam rumah mewah itu.

"Tante!" Panggil Disty pelan, yang memutuskan untuk bertanya pada Ibu daripria itu.

"Ada apa?"

"Di mana Rangga, Tante? Karena dari tadi aku tidak melihatnya."

"Tadi katanya, sih! Mau ke kamar mandi, tapi ini sudah lama tidak muncul-muncul."

Disty tersenyum palsu. Ada rasa kecewa dalam diri gadis muda itu, mendengar jawaban Mama Dilla yang membuat hatinya sedikit terluka, sebab besar harapan gadis itu ingin berdua dengan pengusaha kaya itu, walaupun hanya sekedar berbincang-bincang.

"Kemana dia, ya?" Dengan wajah resahnya.

"Nyonya Dila!" panggil Mama Rati, tiba-tiba.

"Ada apa, Nyonya Rati?"

"Bagaimana dengan rencana awal kita? Yang ingin menjodohkan Rangga, dan putri kami, Disty."

"Tetap jadi, Nyonya! Karena saya ingin segera hadirnya penerus dari kami, di keluarga Wijaya. Pernikahannya dengan Rani selama 5 tahun, hanya membuang waktu saja."

"Maa.."

"Kenapa Paa?"

"tidak baik berbicara seperti itu, bagaimana pun Rani adalah menantu kita. Apa lagi dia sekarang sudah tidak ada." tegur Ifan, mendengar ucapan istrinya, yang menjelek-jelekan mendiang menantu mereka.

"Bukankah, aku mengatakan yang sebenarnya, Pa! Rangga itu, hanya membuang waktunya, dengan menikahi Rani." Nada suara Mama Dilla sudah lebih meninggi dari sebelumnya, sebab selama dia sangat mengharapkan kehadiran cucu dalam keluarga Wijaya.

"Dan aku sangat yakin. Jika Rangga menikahi putriku, pasti putri kami, Disty! Akan langsung memberikan cucu buat anda, Nyonya!"

"Semoga, karena itu yang aku harapkan." Dan arah pandang itu berpindah Disty, yang duduk di sampingnya.

"Kau tunggulah di sini. Tante akan memanggil Rangga."

"Baik, Tante!" jawab Disty tersenyum kecil.

****

Rangga menerawangkan matanya jauh ke depan, memandang pada dua ayunan yang terdapat di tengah taman. Pandangannya nampak buram, saat memory akan kebersamaanya dengan sang istri, kembali melintas dalam ingatan pria berusia dua delapan tahun. Mengingat canda tawa, Rani! Manjanya wanita itu, membuat hati Rangga menangis, di dalam kesedihan hatinya.

"Aku begitu mencintaimu, Rani! Sangat mencintaimu. Kenapa secepat ini, kau pergi meninggalkan aku?" Airmata sudah menggenangi dua sudut mata Rangga, meratapi cintanya yang telah meninggalkannya, untuk selamanya.

"Rangga..." Terdengar suara Mama Dilla yang memanggil pada putranya, saat sudah berada di belakangnya.

Mengusap cepat airmata itu, yang tak ingin siapapun tahu, dirinya yang tengah menangis, sebelum membalikkan badannya menatap pada sang Bunda.

"Ada apa, Maa?"

"Apa yang kau lakukan, di sini?!"

Dahinya mengngerut, mendapati ekspersi Ibunya yang terlihat berlebihan, dengan keberadaannya di taman itu.

"Aku sedang menikmati keindahan taman. Dan ada apa, Mama mencariku?"

"Ayo kita kembali ke ruang tengah. Ada hal penting, yang ingin kami bicarakan denganmu."

Rangga terkekeh, mendengar titah ibunya yang yang begitu memaksan dirinya, untuk harus segera meninggalkan taman itu.

"Ha...ha...ha...Bukankah mereka itu, tamu kalian? Terus buat apa aku berada di sana? Bukankah tujuan Mama mengundangku, hanya untuk makan malam?"

Wajah Mama Dilla sedikit memerah, mendapati jawaban dari anaknya, yang membuat rasa kesalnya seketika mencuat.

"Kau tadi menanyakan pada Mama, untuk apa?! Mama memintamu untuk makan malam di rumah ini."

"Iya. Katakan padaku. Ada apa Mama memintaku, untuk datang ke mari."

"Mama ingin, kau menikahi Adisty, putri dari Om Andi." jawab Dila, dengan menekan kata-katanya.

Mendengar jawaban Ibunya, membuat Rangga Wijaya seketika dilanda api amarah. Rahangnya menegang, dengan kilatan yang terlihat jelas dari manik mata pria itu.

Menyeringai sesaat, dengan sorot mata menatap dalam pada Ibunya.

"Bagaimana, kalau aku tidak mau." Nada tegas, menjawab ucapan ibuya.

Kesal semakin saja menyelimuti wajah Mama Dilla, mendengar jawaban putranya, yang menolak mentah-mentah keinginannya.

"Kamu anak sangat keras kepala, Rangga...! Apakah tidak bisa, kau menuruti keinginan Mama?!" Dilla semakin melototkan kedua matanya, akibat emosi yang sudah meluap pada putra semata wayangnya.

"Aku akan menikah, tapi tidak sekarang. Rani baru saja meninggal, bahkan kuburannya masih basah. Jadi aku minta! Jangan paksa aku." Rangga mempertegas kata-katanya, agar Mama Dilla mengurungkan niatnya itu.

"Suka, tidak suka! Kamu akan tetap menikah dengan Adisty. Dan Mama tidak mau mendengar alasan apapun darimu, yang menolak perjodohan ini."

"Kenapa, Mama? Tidak meminta Papa, untuk yang menikah lagi. Bukankah itu lebih bagus?! Dari pada harus memaksaku."

"PLAAK!" Tamparan keras Mama Dilla layangkan pada pipi putranya, yang membuat wajah tampan Rangga seketika menoleh ke samping.

"Kamu memang anak yang sangat keras kepala, Rangga...! Selama ini kami selalu menuruti kemauanmu. Apakah sekarang tidak bisa, kalau kau memenuhi keinginan kedua, orang tuamu?!"

Rangga menyentuh pipinya. Kilatan api terlihat jelas di wajah tampan itu, yang penuh akan amarah. Menghembuskan napas panjangnya, berusaha meredam emosi yang sudah menyelimuti diri pria berusia dua puluh dlapan tahun itu.

"Aku sangat mencintai Rani, dan aku minta berikan aku waktu. Aku akan menikah, tapi tidak saat ini."

"Mama tidak perduli, dengan apa yang kamu katakan. Dan Mama akan kembali menghubungimu, karena kita akan segera membicarakan pertunangan kau, dan Adisty." Dengan menekan kata-katanya, dan berlalu begitu saja.

Rangga melemparkan tatapannya~ pada Mama Dilla, yang sudah berlalu pergi. Wajah yang tadi terlihat tenang, seketika tersiram api amarah mendengar titah Ibunya~ yang ingin dia tetap segera melepaskan status dudanya. Mengusap kasar wajahnya, seraya menggerutu akibat kesal yang teramat sangat.

"Sial!

Api amarah yang tengah berkorbar dalam diri lelaki tampan itu, teralihkan setelah terdengar suara nada panjang, pada ponsel miliknya. Merogoh dalam saku celana, dan mendapati tulisan pada layar benda pipih itu, Wanita Aneh. Emosi dalam diri Rangga kian memuncak, hingga menjawab telepone dari Kiran dengan nada kasar.

"Apakah kau tidak bisa?! Kalau satu hari saja tidak mengganggu hidupku, Kiran??"

Kiran tetap menampilkan senyuman, mendapati jawaban dengan membentak, yang ke luar dari bibir Rangga.

"Maaf.." jawabnya pelan.

"Maaf! Maaf!" Dengan nada kesal, dan tatapan tajamnya gadis berambut panjang itu, yang tetap menampilkan senyuman.

"Maas..."

"Hemm!"

"Katakan padaku. Ada apa? Karena sepertinya yang ku lihat, kau sedang tidak baik-baik saja."

"Aku baik-baik saja, Kiran! Tidak usah memperdulikan aku."

"Kau meminta aku untuk tidak mengkhawatirkanmu, dan juga agar jangan mengusikmu lagi."

"Tentu saja, karena aku lelah harus melayani telepone darimu, terus!"

"Tapi, maaf! Aku sama sekali tidak bisa melakukan itu. Aku selalu saja ingin melawan hal-hal, yang membawa aku semakin dekat denganmu. Tapi semakin aku melakukannya, membuat aku semakin terluka, Mas!"

"Kau memang gadis yang aneh, Kiran!"

"Maafkan aku, Mas! Tapi aku rasa ini yang dinamakan takdir."

"Takdir?"

"Iya, Mas! Karena dia yang membawa aku padamu." Kiran menyentuh pada dadanya, kala detakan jantung itu kembali berdetak cepat.

Menerngitkan dahinya, menatap heran pada gadis berambut panjang itu~ mendengar kata-kata yang keluar dari dari bibir Kiran, yang membuat Rangga Wijaya dilanda kebingungan.

"Kau memang gadis yang aneh, Kiran! Kau membuatku bingung, dengan kata-katamu yang sangat tidak masuk akal itu."

"Suatu saat, kau pasti akan mengerti."

"Ntahlah!"

"Mas.."

"Heemm!"

"Kau sedang berada di mana?"

"lihatlah." Dengan seketika membalikkan kamera ponselnya, mengedarkan kameranya, pada taman samping rumah mewah itu.

"Kau sedang berada di taman? Dan apakah itu, taman di rumahmu?"

"Bukan. Ini rumah kedua orang tuaku." Dan kembali membalikkan kamera HPnya, hingga dua pasang mata itu kembali beradu.

"Mas..."

"Yaa!"

"Aku sangat merindukanmu."

"Dan aku rasa, aku tidak memiliki jawabannya."

"Jangan, Mas! Karena aku tahu, itu akan menyakitkan buatku."

Rangga menghembuskan napas kasarnya. Kedua mata Rangga menatap dengan dalam wajah gadis itu, saat dua pasang mata itu beradu. Tersirat sesuatu di sana, yang penuh dengan tanda tanya. Di mana gadis manis itu, selalu mengucapkan kata rindu, dan kekhawatirannya, padahal mereka belum lama mengenal, dan tidak memiliki hubungan apapun.

"Kenapa kau terus menatapku, Mas?" tanya kiran tersenyum.

"Ini sudah malam. Istirahatlah. Karena kau belum pulih betul, dari sakitmu. Aku hanya mau mengatakan itu saja."

Rona bahagia menyelimuti wajah Kiran, mendapati perhatian kecil dari seorang Rangga Wijaya. Walaupun hati Rangga belum miliknya, tapi besar harapannya~ agar pria itu bisa menyambut cintanya suatu saat nanti.

"Terima kasih atas perhatianmu, Mas! Dan selamat malam,"

"Malam Kiran..." Dengan memutuskan sambungan teleponenya.

1
Safa Almira
suka
Ryan Jacob
semangat Thor ditungggu karya-karyanya
Eri Erisyah
jangan smpe tergoda
Eri Erisyah
bagus Kiran,mertua begitu,memang harus di gituin
Eri Erisyah
biar Rangga klepek"Kiran jangan ksh pun
Eri Erisyah
ak sebel SM mm ny rangga,begitu bngt idihhhh
Eri Erisyah
ak rasa yg suka sama Rangga,yg bikin Rani kecelakaan
wind_ari
bagus ceritanya
ᴋʀʏsᴛᴀʟ ᴊᴜɴɢ02
"Apakah sebentar malam" aku kaya ngerasa janggal baca kalimat ini thor, kenapa gak "Apakah nanti malam" menurut aku lebih enak dibacanya Thor.
hanya sekedar memberi saran 🙏
Arif Muzakki
panas2 deh Rangga,makan tuh gengsi🤣🤣🤣
Elisabeth Heppy S
bru 2 kli ktmu nvel yg mertua nya jahat bnget
Elisabeth Heppy S
🤣🤣🤣
Elisabeth Heppy S
bnr2 greget aku sma kiran, smga aja adisty cpt nikah sma rangga,biar kiran ngk brni lg gnggu rangga
Elisabeth Heppy S
yg lain pda mau jitak si rangga,lah aku mlah pengin jitak si kiran,,masa ngk pnya hrga dri sma skli thor.😠ngjar2 lelaki yg jlas ngk ska sma kiran. bnr2 trnjak hrga drinya
Teea Puspa
aku makin syukak gayaanya kirannnn...cayoo kirannnnn😍🤣
Teea Puspa
dian emang best friend banget dehhh
aku padamu diannnnnn😆😅
Rani
gua disini aku juga mencintaimu
icikiwir😂
Liez Liezyha
next thor
Dea Enen
ditunggu upnya thor..
Rini
next...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!