Vina, seorang Ibu yang rela dan sabar menahan sakitnya perlakuan KDRT dari suami terhadap dirinya selama sepuluh tahun terakhir.
Ketika, Adit anak pertamanya berkata bercerailah bunda. Saat itulah dia tersadar akan sakitnya dan sia-sia semua perngorbanannya.
Akankah semua berjalan lancar?
Yuk, ikuti kisahnya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 34
"Hai!" Syahril mengirim chat kepada Sarah.
Sarah yang kebetulan pegang handphone kerena menunggu chat dari Syahril. Dia membuka WA terlihat kontak bernama Dr Iqbal mengirim pesan.
"Kok dokter Iqbal yang mengirim chat sih. Malah aneh gini lagi. Blok aja kali ya. Dari pada gua bales nanti di kira gua ganjen." batin Sarah
Akhirnya Sarah memblokir nomor Syahril. Kemudian dia masih memantau handphone nya, karena menunggu chat dari nomor Syahril. Tanpa Sarah tau. Yang di blokirnya adalah nomor yang ditunggunya.
"Ini Mas Syahril, yang tadi minta nomor dari Vina." tulis Syahril lagi.
"Lha, kok malah centang satu. Apa jangan-jangan dia ngeblokir gua? Malah infonya kagak keliatan lagi." batin Syahril.
"Bagaimana ini ya, apa gua minta tolong sama Vina aja." gumam Syahril.
"Gua ke tempat Saka ajalah." Akhirnya Syahril pergi ke kafe tempat Saka.
Sedangkan Sarah masih menunggu notif dari Syahril. Bu Fatma yang melihat Sarah keheranan. Pasalnya tidak biasanya Sarah seperti orang linglung Sebab setiap ada suara ponsel berbunyi dia pasti langsung ngecek.
"Apa gua minta nomor Syahril sama Mbak Vina aja kali ya. Nanti gua chat duluan. Tapi, pasti nanti dia menilai kalo gua cewek ganjen." batin Sarah dilema.
"Aaaaa ..." teriak Sarah frustasi. Membuat Bu Fatma terkejut.
"Kamu kenapa sih Nak, dari tadi Ibu perhatikan kaya orang stres. Hp mulu yang di jaga. Malah teriak-teriak kayak orang gak jelas." cetus Bu Fatma.
"Bu, anakmu lagi galau. Karena jatuh cinta." rengek Sarah.
Bu Fatma memeriksa dahi anaknya, sebab seingatnya dulu Sarah bercerita kalo dia pernah menyukai Iqbal. Suami dari Vina. Apa jangan-jangan karena pertemuan tadi siang sekarang anaknya kembali jatuh cinta. Jika ia, maka dia akan memperingati anaknya untuk tidak mengganggu Vina.
"Kenapa sih Bu, anaknya jatuh cinta malah dikira sakit. Pakai cek dahi segala." cetus Sarah menepis tangan Ibunya.
"Kamu jangan berani-berani ngerusak rumah tangga orang ya. Ibu gak setuju." ucap Bu Fatma.
"Apaan sih Bu, gak nyambung." kata Sarah sambil beranjak masuk kamar.
"Sarah, Ibu belum selesai ngomong." teriak Bu Fatma, tidak dihiraukan Sarah.
🍁🍁🍁🍁🍁
Sedangkan Syahril baru pulang ke rumah. Dia lagi kebingungan. Pasalnya dia baru pertama kali jatuh cinta. Malah jadi begini.
"Apa jangan-jangan dulu Sarah termasuk pasiennya Iqbal ya. Iqbal kan selalu ngasih no gua kalo pasiennya minta." gumam Syahril.
"Atau, dulu Sarah emang pernah suka sama gua. Biasanya kan banyak anak-anak muda yang suka ama gua." gumam Syahril lagi.
"Kok gua pusing gini ya. Gara-gara cinta." keluh Syahril lagi.
Keesokan harinya dia hendak ke rumah Iqbal. Dia datang pagi-pagi sekalian untuk sarapan. Karena lagi galau dia lupa membawa oleh-oleh. Biasa setiap kali mampir, selalu aja ada yang dibawakannya.
"Bal, gau mau tanya sesuatu. Tapi lo harus jawab dengan jujur." ucap Iqbal saat Vina lagi menyiapkan sarapan.
"Elo pernah ngasih nomor gua ke Sarah, mantan iparnya Vina gak?" tanya Syahril.
"Entah, gua lupa." jawab Iqbal acuh tak acuh.
"Yang bener Iqbal. Jawaban kamu bisa bernasib sama status gua." rengek Syahril.
"Apa-apaan si lo, kayak bocah. Ya pernah." jawab Iqbal jujur.
"Tuh kan, kamu tau gak. Dulu saat dia chat gua. Langsung gua blokir. Karena gua pikir itu pasti pasien-pasien lo yang kesepian. Semalam pas gua buka blokir, terus chat dia. Eh tau-taunya gua yang diblokirnya." adu Syahril di sambut tawa Iqbal dan Vina. Kebetulan Vina membawa nasi goreng untuk di bawa ke meja.
"Nanti aku bantu bilang sama Syahril. Kamu juga Mas, janganlah suka sekali ngasih nomor Syahril sama orang-orang." nasihat Vina.
"Kan, biar dia cepat dapat jodoh yang." bela Iqbal.
"Tapi jangan gitu juga. Itu namanya menyusahkan orang lain Mas." kata Vina lagi, dapat anggukan dari Syahril.
Akhirnya, Iqbal menyuruh Vina untuk menjelaskan pada Sarah. Dan Iqbal minta maaf pada Syahril. Dia berjanji akan minta maaf juga pada Sarah. Jika ada waktu.
Vina meminta izin pada Iqbal, untuk jalan-jalan sekaligus belanja bersama Sarah. Dia ingin menjelaskan masalah Syahril yang pernah memblokir nomornya. Setelah menyiapkan makan siang untuk Saka. Akhirnya Vina pergi di jemput Sarah. Mereka memutuskan untuk belanja di mall.
Setelah puas berbelanja, mereka mencari tempat makan. Vina mengajak Sarah untuk makan di saung yang tidak terlalu jauh dari mall tersebut.
Karena ada yang ingin dibicarakan sama Sarah. Makanya Vina membawa Sarah ketempat yang nyaman. Saung itu memiliki tempat duduk yang santai. Ada bale-bale dipinggir danau buatan. Apalagi tempat makan tersebut bernuansa alam.
"Sebelumnya Mbak minta maaf sama atas nama Mas Iqbal." ucap Vina.
"Kata Mas Iqbal, dulu dia pernah memberikan nomor Mas Syahril untukmu. Dia berbohong. Jika itu adalah nomornya." jelas Vina.
"Jadi, Mas Syahril memblokir nomormu. Karena dia pikir jika itu adalah pasien-pasien Mas Iqbal yang kesepian. Maaf ya, Mbak benar-benar gak tau. Kalo Mas Iqbal kayak gitu." kata Vina, ia menggenggam tangan Sarah.
"Mbak aku juga minta maaf, dulu memang aku pernah ingin merebut dr. Iqbal dari Mbak. Mungkin, karena dr. Iqbal hanya menyukai Mbak. Makanya dia memberi nomor Mas Syahril saat aku minta nomornya." ngaku Sarah malu.
"Berarti kesimpulannya, yang kemarin aku blokir itu nomor Mas Syahril ya Mbak? Bukan nomor dr. Iqbal?" tanya Sarah memastikan, dan Vina menganggukkan kepalanya.
"Aku kira itu nomor dr. Iqbal. Makanya aku blokir. Karena aku gak mau nanti kita salah paham lagi." ucap Sarah.
"Mbak, makasih ya. Berkat mbak maafin aku. Sekarang aku jauh lebih lega. Kayak ada perasaan bahagia gitu sama aku." ucap Sarah tulus.
"Ya sama-sama. Jangan lupa buka blokiran nomor Mas Syahril ya. " goda Vina. Membuat muka Sarah merah karena malu.
🍁🍁🍁🍁🍁
"Hai kenalin, aku Rasti. Mantan istri Iqbal." ucap Rasti.
"Anwar, mantan suami Vina." ucap Anwar.
"Aku gak suka basa-basi. Aku lihat kamu sering sekali memantau keadaan rumah tangga Vina. Bahkan setiap hari." ucap Rasti. "Apa kamu masih mencintainya?" tanya Rasti.
"Jika ia, aku ingin kita bisa bekerja sama. Nanti kamu bisa kembali sama Vina dan aku sama Iqbal." tawar Rasti.
"Jika kamu kesini hanya untuk mengajakku menghancurkan rumah tangga Vina. Maaf, aku gak minat." tolak Anwar.
"Kenapa? Bukankah kamu masih mencintainya?" tanya Rasti.
"Aku sudah menikah." tegas Anwar.
"Aku tau. Aku juga tau, jika keluarga istrimu sering menghinamu." beber Rasti.
"Makanya, aku ajak kamu untuk kerja sama. Biar kamu bisa lepas dari istrimu dan keluarga. Terus kamu bisa kembali lagi pada Vina. Bagaimana?" tawar Rasti.
"Ini kartu namaku. Kalo kamu berubah pikiran. Tolong hubungi aku." ucap Rasti.