NovelToon NovelToon
Ternyata, Aku Salah Satunya Di Hatimu

Ternyata, Aku Salah Satunya Di Hatimu

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh
Popularitas:70.6k
Nilai: 5
Nama Author: X-Lee

Di balik kebahagiaan yang ku rasakan bersamanya, tersembunyi kenyataan pahit yang tak pernah ku duga. Aku merasa istimewa, namun ternyata hanya salah satu dari sekian banyak di hatinya. Cinta yang ku kira tulus, nyatanya hanyalah bagian dari kebohongan yang menyakitkan. Cinta yang seharusnya menguatkan, justru menjadi luka yang menganga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon X-Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

34. Siuman

Benny tidak langsung menjawab. Dia berdiri tegak di depan Arsen, seolah sedang menimbang pilihan kata yang paling tepat. Matanya menyapu ruangan sebentar, mencatat posisi setiap penjaga, senjata mereka, bahkan arah angin dari ventilasi yang mengalir pelan. Semua diperhitungkan.

"Saya datang untuk mengambil anak buah saya," ucap Benny akhirnya, suaranya berat namun tenang, seperti orang yang terbiasa memerintah tanpa perlu berteriak.

Arsen menyilangkan tangan di dada. “Kamu pikir ini hotel? Datang, jemput orangmu, lalu pergi begitu saja?”

“Saya pikir kamu orang yang masuk akal,” balas Benny cepat. “Orang ini cuma operator. Dia tidak punya informasi strategis. Dan kamu tahu itu.”

“Kalau memang tidak penting, kenapa kamu sendiri yang datang?” Arsen membalas, mencondongkan tubuh sedikit, sorot matanya menantang. “Kamu menganggap saya bodoh?”

Hening sejenak. Benny menahan napas, rahangnya mengeras.

“Kalau saya kirim orang lain, mungkin mereka tidak pulang,” katanya pelan. “Saya datang sebagai bentuk hormat.”

Beberapa penjaga menoleh, sebagian menegang, sebagian tampak terkejut. Kalimat Benny terdengar seperti pujian, tapi setiap orang di ruangan tahu itu adalah peringatan halus.

John menatap Arsen, menunggu reaksi atas sindiran itu. Tapi Arsen malah tersenyum kecil, tipis dan berbahaya.

“Hormat, ya?” katanya lirih. “Kamu datang bawa dua penembak jitu. Kalau itu bentuk hormat, saya jadi penasaran seperti apa bentuk ancamanmu.”

Benny mengangkat satu tangan. “Kalau ini ancaman, mereka sudah menembak dari tadi.”

Ucapan itu membuat suasana kembali tegang. Jari beberapa penjaga bergerak ke arah pelatuk senjata mereka, tapi Arsen mengangkat tangannya, menghentikan mereka.

“Lepaskan dia,” kata Arsen akhirnya, membuat semua orang menoleh padanya.

“Tuan?” tanya John, terkejut.

“Lepaskan,” ulang Arsen, matanya tak lepas dari Benny. “Tapi ingat, sekali saja kalian injak wilayah saya tanpa izin lagi, saya akan anggap itu sebagai deklarasi perang.”

Benny mengangguk pelan. “Dicatat.”

Lalu dia menoleh ke anak buahnya. “Ayo, kita pergi.”

"Sebelum pergi, katakan dulu, siapa yang telah menyuruh anak buah mu untuk membuat rem mobil sahabat adik saya hingga blong." ucap Arsen

"Katakan, Edwin!" titah Benny

"Di--dia adalah Lisna, istri dari Ardian." jawab Edwin

Arsen terkejut, namun dia tetap memasang wajah datar. "Baiklah. Silahkan pergi."

Benny mengangguk, lalu dia berjalan, begitu pula Edwin yang berjalan cepat ke arah Benny, jelas masih bingung antara lega atau takut. Saat mereka mulai menuju pintu, Arsen menambahkan dengan nada santai namun jelas:

“Dan Benny… kalau saya menemukan satu alat pelacak tertinggal di tempat ini… saya akan kirim balik—dalam peti es.”

Benny menoleh sebentar, menatap Arsen dengan mata datar.

“Kamu terlalu pintar untuk perlu alat pelacak, Arsen,” katanya, lalu melangkah keluar.

Pintu menutup perlahan. Sunyi. Semua orang menoleh pada Arsen, menunggu perintah selanjutnya.

“Periksa ulang semua sudut ruangan. Pastikan tidak ada jejak mereka yang tertinggal,” perintah Arsen datar.

“Baik, Tuan!” seru John, lalu segera bergerak.

Arsen menatap pintu yang baru saja tertutup. Wajahnya tak menunjukkan emosi, tapi dalam pikirannya, strategi mulai bergerak seperti catur.

Arsen keluar dari ruangan itu, dia menuju ke dalam mobilnya dan menuju ke rumah sakit.

***

Di rumah sakit.

Cahaya lampu putih menyilaukan memenuhi ruang rawat inap yang sunyi. Suara mesin monitor detak jantung berdetak pelan namun teratur, seolah menjadi satu-satunya tanda bahwa waktu masih berjalan. Julia duduk di samping ranjang, tubuhnya lelah, tapi ia tak bergeming. Matanya sembab, tapi tak ada air mata yang tersisa untuk jatuh. Tangannya menggenggam erat jemari Eva yang dingin dan tak memberi balasan.

"Va..." suara Julia nyaris tak terdengar, parau dan dipenuhi rasa sesak yang ia tahan sejak lama. Ia menunduk, menatap wajah sahabatnya yang pucat, nyaris tak bergerak, kecuali helaan napas lembut yang terbantu alat di samping ranjang. “Cepatlah siuman… Aku enggak tahan lihat kamu kayak gini.”

Julia menggigit bibirnya, mencoba menahan tangis yang kembali menggenang. Ia mengelus punggung tangan Eva perlahan, seolah berharap sentuhannya bisa menarik kembali jiwa sahabatnya dari kegelapan. “Kamu tuh kuat, kan? Kamu yang selalu bilang ke aku jangan nyerah. Sekarang giliran kamu… jangan nyerah, ya?”

Udara di ruangan terasa dingin, menusuk sampai ke tulang. Tapi yang lebih menusuk adalah ketakutan Julia—takut kehilangan, takut kata-katanya tidak sampai, takut Eva tidak pernah membuka matanya lagi.

“Eva, ingat enggak? Setelah kamu resmi bercerai dengan Ardian, kita mau keliling dunia bareng. Mau lihat sakura di Jepang, jalan-jalan di Paris, makan es krim di Roma…” Julia tersenyum pahit. “Kamu enggak boleh tinggalin aku duluan. Kita belum jalan-jalan. Kita belum selesai, Va…”

Ia membenamkan wajah di tangan Eva, tubuhnya bergetar menahan tangis yang akhirnya pecah dalam sunyi. Suara tangisnya menyatu dengan suara mesin yang tetap berdetak, monoton dan tak peduli.

Dalam diam, Julia berdoa. Semoga ada keajaiban. Semoga sahabatnya kembali. Karena bagi Julia, dunia terlalu sunyi tanpa tawa Eva di dalamnya.

Tiba-tiba, di tengah isak tangis Julia yang tertahan, jari-jari Eva yang selama ini dingin dan diam terasa bergerak sangat pelan. Hampir tak terasa, nyaris seperti ilusi. Julia mendongak dengan cepat, matanya membelalak, napasnya tercekat.

"Va?" bisiknya, nyaris tak percaya. Ia memperhatikan lebih seksama. Kali ini, genggaman tangan Eva terasa sedikit lebih kuat, meski masih sangat lemah. Monitor di samping ranjang berbunyi sedikit berbeda—sedikit lebih cepat, seperti merespons denyut harapan yang tiba-tiba tumbuh di dalam ruangan itu.

“Eva, kamu denger aku, ya?” Suara Julia mulai gemetar, tapi kini bukan karena takut—melainkan karena harapan yang mulai menyala.

Kelopak mata Eva bergerak pelan. Perlahan, sangat perlahan, seperti berat sekali untuk terbuka. Tapi gerakan itu cukup untuk membuat dada Julia sesak oleh perasaan yang meledak-ledak. Ia mencengkeram tangan Eva lebih erat, menggenggamnya seolah tak akan pernah melepas lagi.

"Aku di sini, Va. Aku enggak ke mana-mana. Bangun, ya... Aku kangen kamu," bisiknya, kali ini diiringi senyuman yang masih penuh air mata.

Kelopak mata Eva akhirnya terbuka sedikit, dan mata sayunya menatap samar ke arah cahaya dan bayangan yang ada di sampingnya. Butuh waktu beberapa detik sebelum tatapan itu menangkap sosok Julia. Bibirnya yang pucat mencoba bergerak, membentuk satu kata.

“…Jul…”

Air mata Julia mengalir deras, tapi kali ini bukan karena duka—melainkan karena kebahagiaan yang begitu mendalam. Ia mengangguk berulang kali, menggenggam tangan Eva sekuat hati.

“Iya, Va. Aku di sini. Kamu udah bangun… kamu denger aku…”

Di balik rasa sakit, ketakutan, dan penantian yang begitu panjang, harapan akhirnya datang dalam bentuk sepasang mata yang terbuka dan satu nama yang terucap lemah. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang terasa seperti selamanya, Julia bisa bernapas lega.

Sahabatnya siuman.

Julia menekan tombol merah, dan tidak lama kemudian, seorang dokter muda masuk ke dalam ruangan.

***

1
Isabela Devi
eva di kasih tau kepala batu
Maria Mariati
Awas jangan curang yaaa ndon Brandon ,kalo ga mau kebohongan kamu kebongkar, Arsen semangat perjuangkan cinta mu untuk Eva
Isabela Devi
gimn pak Kevin jantungan kan
Mardathun Lie: hayooo lho 🤣
total 1 replies
Maria Mariati
semoga sampe di depan kamar Nelson Eva denger kenyataan percakapan Brandon sama Nelson tentang kematian nivera,biar kapok si Brandon ,bahwa mereka dalang nya ,bayangin aja udah seru hihihi gimana yakk hati si Eva kalo tahu kenyataan itu
Mardathun Lie: jangan gitu lah, sejahat apapun saudara, dia tetap saudara kita 😂
Maria Mariati: mungkin saja, sebagai ganti nya Eva pergi jauh dari Brandon lagi ,dan itu atas bantuan Arsen dan adik nya 🥰🥰🥰
total 3 replies
Maria Mariati
Brandon nih harus tangung jawab,jahat juga dia,jangan2 gara2 neloson ini yakk
Mardathun Lie: Mungkinkah karena Nelson 🤔
total 1 replies
Lee Mbaa Young
Bagus lah, kehilangan ibu di balas kehilangan ibu.
Eva saja yg lemah, lebih kasian ke kluarga bpk nya drpd ibu nya.
Baik boleh sih tp jng terlalu lebay baik nya.
Aku suka pemeran utama wanita baik, tp kl lebay dan lbih bela orang yg mnyebabkan ibu nya meninggal ya jd gk sreg saja.
Mardathun Lie: Terlalu baik yaa begitu
total 1 replies
Maria Mariati
ternyata Branson jahattt,kasihan eva
Mardathun Lie: Wah, tim balas dendam langsung nih hihihi
Mardathun Lie: Jahat banget yaa
total 3 replies
Deeva Satrya
Brandon trnyata sadis jg,,kuberi km kebebasan tp nyawamu sbgai gantinya,,,
Mardathun Lie: wah, mengerikan yaa /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
Lee Mbaa Young
bgitu adil, sama sama sang ibu meninggal. artinya nyawa blas nyawa kn
Mardathun Lie: wah, sadis /Facepalm//Facepalm//Facepalm/🤣🤣🤣
total 1 replies
Lee Mbaa Young
Nunggu adegan seru balas dendam pd musuh, tp entah lah. lembek juga. kl dah bgini jd agak malas sih.
pling ujung nya memaafkan trus di lepas.
Mardathun Lie: mau nya di apain! mutilasi kah?
total 1 replies
Maria Mariati
nggak suka takut Thor 😂😂😂
Mardathun Lie: berani kan lah 🤧🤣🤣🤣
total 1 replies
Isabela Devi
gimna Richard apa bisa membunuh papamu sendiri
Mardathun Lie: waduh /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
sarinah najwa
enak sekali nivers gak dapat karma dari kejahatannya 😡
Mardathun Lie: mau nya di apain si Nivera kak 😱
total 1 replies
Isabela Devi
takutnya mrk membunuh mamamu
Mardathun Lie: mungkinkah 😱
total 1 replies
Masitoh Masitoh
namamu sudah terlalu jauh Edward hampir membunuh..
Mardathun Lie: wah hampir yaa
total 1 replies
Isabela Devi
kalo nivera bebas maka, Eva akan dalam bahaya, Krn nivera ingin Eva mati
Mardathun Lie: kan banyak bodyguard Eva
total 1 replies
sarinah najwa
jangan di bebaskan thor tante nivera . pasti belum sadar tuh dan akan melanjutkan balas dendam nya🙏
Mardathun Lie: gak janji 🤣
total 1 replies
Isabela Devi
semoga semuanya baik baik aja
Mardathun Lie: aminn semoga aja
total 1 replies
Nur Nuy
jangan buat mati nenek sihir brandon, nanti kamu malah disalahin eva, serahkan aja ke yang berwajib selsai
Mardathun Lie: nenek sihir buat kak Nur Nuy aja 😂
total 1 replies
Theresia Sri
Yang lebih jahat jahat itu Kevin dan mamanya Brandon jika dibandingkan dengan Nivera. Bandon itu gak mau terima fakta kalo mamanya jauh lebih jahat daripada Nivera, mana ada orang yang menyebut dirinya sahabat tetapi menjadi pelakor. Selingkuh dan pelakor itu dilakukan secara sadar. Eva memang menjadi korban, Brandon juga korban, tetapi yang paling menderita adalah Nivera, rasa sakit dikhianati itu luar biasa. Brandon gak adil kalo hanya melihat dari sisi dirinya sendiri, karena akar kejahatan Nivera adalah kelakuan jahat dari mamanya sendiri dengan Kevin
Mardathun Lie: betul sekali, anak-anak hanya korban 🤧
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!