"Nala katakan pada bibi siapa ayahnya?" bagai disambar petir bagi Nala saat suara wanita paruh baya itu terdengar "maksud bibi apa?" tanya Nala dengan menenangkan hatinya yg bergemuruh "katakan pada bibi Nala !! siapa ayah bayi itu?" lagi - lagi bibi Wati bertanya dengan nada sedikit meninggi. "ini milikmu kan?" imbuhnya sambil memperlihatkan sebuah tespeck bergaris 2 merah yang menandakan hasil positif, Nala yang melihat tespeck itu membulatkan matanya kemudian menghela nafas. "iya bi itu milik Nala" ucapnya sambil menahan air mata dan suara sedikit bergetar menahan tangis "jala**!! tidak bibi sangka dirimu serendah itu Nala" jawab bi Wati dengan mata berlinang air mata "katakan padaku siapa ayah dari bayi itu?" tanya bi Wati sekali lagi. nala menghembuskan nafas berat kemudian bibirnya mulai terbuka "ayahnya adalah" baca kelanjutan ceritanya langsung ya teman - teman happy reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukapena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masih dengan mood yg buruk
Sepanjang perjalanan mereka tak saling bicara, Nala yang masih dengan mood yang buruk tidak mau melihat Gavin sama sekali. Sedangkan Gavin fokus menyetir dan beberapa kali menengokan kepala ke arah samping lebih tepatnya kursi kenudi, untuk melihat Nala sedang melakukan apa.
"Kenapa diam saja ?" Gavin memulai percakapan diantara kesunyian mereka "Tidak papa" jawab Nala dengan pandangan masih fokus ke arah kaca samping "Apa kau marah ?" pertanyaan itu terdengar dari Gavin membuat Nala menengokan kepala sebentar melihat Gavin yamg masih fokus menyetir.
"Aku tidak marah" jawab Nala sekenak nya membut Gavin merasa jengah, jika saja sekarang ini dia bisa berteriak keras di depan wajah Nala maka itu yang akan dia lakukan namun dia menyadari hormon ibu hamil sangat berpengaruh.
Mereka hanya saling diam selama sisa perjalanan, tak berapa lama mobil Gavin telah terparkir rapih disebuah rumah sakit ibu dan anak.
Gavin tidak bodoh untuk membawa Nala ke rumah sakit keluarga Alvaro, jika itu terjadi maka semua orang disana akan bertanya - tanya dan semua orang pasti akan menggunjing dirinya.
bukan berarti saat ini dia ingin selamat sendiri namun dirinya belum begitu siap jika publik megetahui bahwa dia akan segera menjadi seorang ayah, benar - benar terlihat egois bukan ? ya itulah Gavin.
Nala melihat di depan sana tertulis jelas rumah sakit ibu dan anak mitra medika, di dalam hati Nala bertanya mengapa Gavin tidak membawanya ke rumah sakit keluarga Alvaro atau lebih tepatnya rumah sakit tempat Gavin bekerja.
Nala masih berfikir keras sampai Gavin membukakan pintu mobil hingga dia tersadar dan mulai berjalan keluar, Saat mereka sudah berjalan beriringan tak sedikit pandangan mata melihat mereka.
Bayak para wanita melihat Gavin tanpa berkedip bahkan ada yang terang - terangan terlihat sangat mengagumi hingga mulutnya terbuka lebar, Nala sebenarnya sangat tidak menyukai situasi saat ini.
Nala semakin kesal dengan Gavin yang sialnya kenapa terlihat sangat tampan dengan setelan kaos polo nya dan celana cargo selututnya tak lupa dengan jam tangan mahalnya itu.
Nala dan Gavin saat ini sedang berada di meja pendaftaran dan mereka disambut sangat baik oleh para staf rumah sakit tersebut, sebenarnya para staf terlihat sopan namun centil dengan Gavin hanya saja Gavin masa bodo dengan hal itu.
Nala melihat setiap gerak gerik para staf rumah sakit kepada ayah dari bayi nya itu "Nala kemari" perintah Gavin membuat Nala segera bergerak berjalan menghampiri Gavin.
"Nyonya dan Tuan mohon tunggu disini nanti akan dipanggil saat dokter sudah datang" ucap salah satu perawat rumah sakit sambil menunjukkan tempat duduk untuk para pasiennya.
Di ruang tunggu pasien bayak sekali wanita yang perutnya membesar, Nala melihat sekitar matanya tertuju pada seorang suami istri yang sangat mesra membuat dirinya menjadi iri.
Tidak seperti lelaki disampingnya ini yang sangat cuek bahkan terkesan dingin, Nala menghela nafasnya "Halo nanti aku kesana, kau tunggu saja" terdengar Gavin dengan ponsel yang berada di telinganya saat ini.
"Nyonya Nala Arzeta" suara perawat yang memanggil nama Nala membuat mereka berdua menolehkan kepala dan kemudian Nala berdiri, berjalan menuju ruangan dokter di ikuti oleh Gavin dibelakangnya.
Saat Gavin mulai melangkah masuk di ruang dokter Anastasya itu Gavin mendengar suara dokter wanita yang bisa dikatakan cantik sekali wajahnya campuran Asia timur dengan Eropa.
"Selamat pagi bu Nala, loh Vin ini istrimu ?" pertanyaan itu datang dari dokter Anastasya yang sialnya teman satu angkatan dengan Gavin saat mereka masih menempuh pendidikan dokter spesialis umum.