Armell, mahasiswi semester 6 yang mempunyai kehidupan pas-pasan dan tinggal di sebuah kamar kost yang sempit. Berbekal otak yang cerdas, dia berhasil mendapatkan beasiswa di sebuah universitas ternama di ibukota. Di suatu pagi, ia menemukan seorang bayi lucu di depan kostnya.
Bayi itu membuatnya bertemu dan berkenalan bahkan menikah dengan seorang polisi tampan meski dia masih berstatus mahasiswi.
Bagaimana jadinya jika ternyata sang polisi tampan telah memiliki kekasih? Akankah sang polisi meninggalkan kekasihnya dan bertahan untuk tetap menjadi suami Armell? Akankah ada cinta di antara mereka? Atau justru perpisahan yang akan mereka hadapi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alarice, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ayo kita menikah
Semenjak kabar buruk dari komandan Alif, Armell diam dengan air mata yang terus mengalir. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Harus melakukan apa. Yang dia pikirkan saat ini adalah bagaimana nasib baby Arvin. Dia tidak tega jika baby Arvinnya harus tinggal di panti asuhan.
Saat ini, Armell sedang dalam perjalanan pulang ke rumah kostnya. Dia ingin sekali segera memeluk baby Arvin. Tapi tidak seperti saat datang tadi yang dia harus naik bus kota. Saat ini, Seno mengantarnya pulang. Kondisi Armell yang tertekan membuat Seno tidak bisa membiarkan Armell pulang sendirian. Oleh karena itu, Seno meminta ijin ke komandannya untuk pulang lebih dulu.
Selama perjalanan pulang, Armell masih saja menangis. Tidak ada percakapan diantara mereka. Armell menyandarkan punggung dan kepalanya di sandaran jok mobil. Tapi pandangan matanya menatap kearah luar mobil dengan pikiran yang menerawang entah kemana.
Sesekali Seno melirik ke arah Armell. Sebenarnya, saat mendengar kabar itu dari atasannya, Seno juga berasa sangat berat. Ditambah lagi sekarang, gadis cantik yang sering membuatnya marah-marah tidak jelas ini sedang menangis, bersedih karena harus merelakan bayi yang di temukannya tinggal di panti asuhan.
Seno tiba-tiba menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Tapi karena Armell masih sibuk dengan kesedihannya, sampai-sampai ia tidak menyadari kalau Seno berhenti di pinggir jalan.
Seno menoleh kearah Armell. Semenjak tadi, Seno juga sedang bergelut dengan pemikirannya. Dia berusaha memutar otak bagaimana dia bisa membantu gadis di sampingnya ini.
" Lus...." panggil Seno. Tapi yang di panggil diam saja. Dia masih sibuk dengan pemikirannya.
" Hei..." Seno memegang bahu Armell untuk menyadarkan Armell dari lamunannya.
" Hah? I-iya??" Armell terkejut saat Seno memegang bahunya. Dia menoleh kearah Seno sambil menyeka air matanya.
" Jangan terlalu lama bersedih. Baby Arvin juga akan ikut sedih kalau lo seperti ini. " tenang seno.
" Hiks.... Bagaimana bisa saya nggak sedih? Saya nggak bisa ngebiarin baby Arvin tinggal di panti. Dia masih terlalu kecil untuk tinggal sendirian di panti. Dia sudah menderita karena harus berpisah dari keluarga kandungnya di usianya yang masih terlalu dini. Dan sekarang, saat dia menemukan keluarga yang juga menyayanginya, dia harus di pisahkan lagi. Saya nggak sanggup kalau harus berpisah dengan baby Arvin, mas .....haaaaaaa......." armell kembali menangis dengan kencang.
" Aku tahu itu. Tapi kamu dengar sendiri kan tadi komandan Alif berkata apa. Karena memang seperti itulah peraturannya. " terang Seno.
" Apa tidak ada cara lain untuk mempertahankan baby Arvin tetap sama saya mas? " tanya Armell dengan sesenggukan.
Seno menggeleng. " Hanya adopsi yang bisa kamu lakukan. Dengan prosedur resmi. Dan itu hanya bisa di lakukan oleh pasangan yang telah menikah secara resmi. "
" Ah!!!" armell mendesah sambil menyandarkan kepalanya di jok mobil kembali sambil menutup mata erat.
" Apa lo benar-benar nggak punya pacar? " tanya Seno memastikan.
Armell menggeleng lemah. " Mana ada waktu saya buat mikirin cowok. Lagian, meskipun saya punya pacar, apa bisa menyelesaikan masalah ini? Yang mereka minta adalah pasangan yang sudah resmi menikah. Bukan pacaran. " kata Armell dengan suara pelan.
" Lo hanya punya waktu satu minggu untuk menyerahkan Arvin ke pihak berwajib. " kata Seno mengingatkan.
" Ah...." armell kembali mendesah sambil dengan air mata yang kembali menetes.
Seno mengambil nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Dia juga menyandarkan kepalanya di jok mobil sambil memejamkan matanya.
" Ayo kita menikah. " ucapnya masih sambil memejamkan mata dan bersandar di jok mobil.
" Hah? Apa? " tanya Armell terkejut bukan main dengan ucapan Seno barusan. Dia mengangkat kepalanya dan menoleh menatap Seno.
Seno membuka matanya dan menoleh ke arah Armell. " Ayo kita menikah. " ulangnya.
" Mas Seno jangan bercanda. Nggak lucu tahu nggak! " bentak Armell.
" Gue serius. Ayo kita menikah, dan kita adopsi baby Arvin. Maka dia tidak akan tinggal di panti asuhan. " tegasnya.
" Mas Seno denger sendiri kan, pak Alif bilang apa? Hanya suami istri sah dan resmi secara hukum yang bisa mengadopsi baby Arvin. " ucap Armell dengan tidak kalah tegas.
" Gue tahu. Dan gue juga nggak menawarkan pernikahan bohongan. Kita akan menikah secara resmi secara agama juga negara. Jadi kita bisa mempertahankan Arvin. " tukas Seno.
Armell tersenyum sinis. " Menikah? Saya hanya ingin menikah sekali seumur hidup saya. " kata Armell.
" Gue juga sama. Gue juga cuma mau menikah sekali seumur hidup. " sahut Seno.
" Lalu kenapa mas Seno mengajak saya untuk menikah? Bagaimana mungkin kita menikah sekali seumur hidup kalau pernikahan yang kita jalani tanpa cinta sedikitpun? " tanya Armell.
" Cinta bisa hadir seiring berjalannya waktu dengan kebersamaan kita. Asalkan kita mau berusaha, kita pasti bisa menjalani pernikahan itu dengan bahagia." jawab Seno pasti. Entah bisikan dari mana, Seno yakin dengan keputusannya untuk menikahi Armell. Dia merasa mereka bisa bahagia seiring berjalannya waktu.
Sebenarnya keputusan ini telah Seno pikirkan jauh-jauh hari sebelumnya. Karena dia tahu tentang baby Arvin yang mau di bawa ke panti sudah beberapa hari yang lalu.
Flash back on
" Kita harus menyerahkan bayi itu ke panti asuhan. " ucap komandan Alif memberi tahu.
" Kenapa harus begitu sih? " tanya Seno.
" Itu peraturannya. Kita sudah berusaha mencari keluarga bayi itu. Tapi kita tidak menemukan apapun. " jawab Alif.
" Apa tidak ada cara lain selain ke panti asuhan? " tanya Seno kembali karena dia merasa kasihan dengan Arvin.
" Ada. Adopsi. "
" Ya udah, gue adopsi dia aja. " sahut Seno enteng.
" Nggak segampang itu, bro. Lo harus nikah dulu baru bisa adopsi. " jawab Alif dengan santainya.
" Apa? " Seno terkejut dengan jawaban Alif.
" Lo kalau mau adopsi bayi itu, Lo harus punya istri dulu. Itu aturan dasar adopsi. " jawab Alif.
Seno langsung terduduk lemas. Alif hanya geleng-geleng kepala.
" Kenapa Lo nggak nikahin aja tuh gadis yang nemuin bayi itu. Gue yakin, dia juga nggak rela kalau bayi itu di bawa ke panti asuhan. " usul Alif sambil menahan senyumnya melihat reaksi Seno.
Flash back off
" Anda yakin bisa begitu? Anda yakin tidak akan ada perceraian? " tanya Armell kembali.
" Jangan memikirkan hal yang terlalu jauh. Apalagi hal jelek seperti itu. Kita pikirkan saja saat ini. Nasib Arvin ada di tangan lo. " ucap Seno tegas.
Armell terdiam tidak tahu harus berkata apa.
" Keputusan ada di tangan lo. Lo mau Arvin ke panti atau nggak. " ucap Seno kembali menatap ke depan.
" Menikah bukan hal yang mudah. Mereka hanya memberikan waktu satu minggu. Mengurus pernikahan butuh waktu. Tidak mungkin kita lakukan dalam waktu satu minggu. Apalagi kita harus menikah secara resmi secara hukum dan agama. " jelas armell.
" Gue bisa urus semuanya. Bukan hal yang sulit. Tinggal lo siapin berkas-berkas lo yang dibutuhkan. KTP sama Kartu Keluarga. Itu udah cukup. " jawab Seno sambil melihat ke arah Armell lagi.
" Menikah secara agama, sebagai pihak perempuan, saya butuh wali. Saya anak yatim. Saya hanya punya ibu dan seorang adik perempuan di rumah. Dan semua keluarga saya tinggal di kampung. " Armell memberitahu tentang dirinya ke Seno.
" Lo nggak perlu pikirin itu. Lo cukup pikirin Arvin dan magang Lo aja. Masalah pernikahan, Lo serahin ke gue. Lo pasti punya wali buat nikah besok. " ucap Seno memastikan.
" Saya masih bingung. Saya masih belum yakin. " kata Armell.
" Gue tunggu lo buat keputusan. Gue kasih lo waktu 5 menit untuk berpikir. "
" Apa-apaan...Ini masalah serius. Masalah masa depan saya. Bagaimana mungkin anda cuma kasih waktu saya 5 menit? " armell memprotes dengan mengangkat kelima jari tangannya.
" Kita tidak punya banyak waktu. " ucap Seno tegas.
Suasana kembali hening. Mereka berdua hanyut dalam pemikiran mereka masing-masing.
Tak terasa, 5 menit berlalu dengan begitu cepat. Seno melihat jam tangannya.
" Bagaimana? " tanyanya. " Sudah lima menit. "
Armell masih diam.
" Oke. Lo diem, gue anggap jawaban Lo iya. Demi Arvin. Demi mendapatkan hak penuh atas Arvin. " ucap Seno. Dan tanpa menunggu jawaban Armell lagi, Seno menjalankan mobilnya kembali ke rumah kost Armell.
***
bersambung
Gimana kak ceritanya menurut kalian? Alurnya udah oke belum? Kalau misal kalian agak nggak suka, komen aja ya....siapa tahu author masih bisa memperbaikinya....
lucu x pak supir