NovelToon NovelToon
A World Without You

A World Without You

Status: sedang berlangsung
Genre:Crazy Rich/Konglomerat / Mengubah Takdir / Rebirth For Love
Popularitas:11.7k
Nilai: 5
Nama Author: Tiwie Sizo

Arthazia sangat membenci Arslan, lelaki yang menjadi suaminya selama lebih dari tiga tahun belakangan. Segala cara dia lakukan agar bisa terbebas dari lelaki tak berperasaan itu, termasuk bekerja sama dengan musuh Arslan, hingga akhirnya surat cerai pun berhasil Arthazia dapatkan. Tapi siapa sangka, langkah itu justru membuat Arthazia berada dalam bahaya.

Saat semua telah berada di ujung tanduk, satu-satunya sosok yang datang untuk menyelamatkan Arthazia justru Arslan. Lelaki itu bahkan rela berkorban nyawa untuk sang mantan istri. Setelahnya, kebenaran akan perasaan Arslan untuk Arthazia pun terungkap. Arthazia sungguh menyesal karena tak pernah memahami bahasa cinta yang Arslan tunjukkan padanya selama ini.

Namun, saat Arthazia merasa tak mampu melanjutkan hidupnya lagi, tiba-tiba waktu kembali ke masa Arthazia belum bercerai. Lalu akankah kali ini semuanya menjadi berbeda?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiwie Sizo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kenyataan yang Sulit Dipercaya

Mengapa Arthazia begitu gigih ingin bercerai, sampai nekat meninggalkan rumah seperti ini? Pertanyaan itu terus memenuhi kepala Arslan sejak dia menerima surat gugatan dari Arthazia. Apakah hati Arthazia telah terluka begitu dalam karena sikap Arslan selama ini? Mungkinkah sejak awal Arslan telah memilih cara yang salah dalam mencintai Arthazia?

Arslan terus merenung memikirkan hal fatal yang telah dia lakukan, sehingga membuat istrinya yang lembut dan bersahaja itu kini berubah menjadi sosok yang tak dikenali.

"Juan," panggil Arslan kemudian pada asistennya.

"Ya, Tuan." Juan mendekat.

"Carikan aku kartu seluler yang baru." Arslan memerintah. Dia hendak menghubungi nomor kontak baru Arthazia, tetapi sepertinya sang istri tak akan menerima panggilan jika tahu itu dari dirinya.

"Baik, Tuan." Juan berlalu sejenak, kemudian kembali dengan membawa apa yang Arslan minta.

Juan langsung pergi meski Arslan tak memintanya, seolah tahu jika atasannya itu butuh ruang untuk berkomunikasi secara pribadi dengan sang istri.

Setelah mengganti kartu seluler di ponselnya, Arslan pun langsung menghubungi nomor kontak Arthazia yang baru. Panggilan langsung tersambung dan hanya berselang beberapa detik, panggilan itu diterima.

"Halo," suara Arthazia terdengar di seberang sana. Suara yang sangat Arslan rindukan beberapa hari ini.

Arslan terdiam dengan perasaan yang sulit dia jabarkan. Sorot mata lelaki itu langsung terlihat sendu.

"Zia," gumam Arslan kemudian dengan sangat lirih, nyaris menyerupai sebuah bisikan.

Kali ini, sepertinya Arthazia yang tak mampu berkata-kata. Meski telah menduga Arslan akan menemukan jejaknya, tapi Arthazia tetap saja merasa terkejut saat Arslan berhasil menghubunginya seperti ini.

"Bagaimana bisa kamu mengetahui nomor ini?" tanya Arthazia kemudian. Pertanyaan bodoh yang harusnya tak perlu dia tanyakan.

"Sedang berada di mana kamu sekarang, Zia? Aku tahu, kamu tidak sedang berlibur bersama teman-temanmu." Mengabaikan - pertanyaan Arthazia, Arslan tak sabar untuk mengetahui di mana saat ini Arthazia bersembunyi.

Arthazia menghela napasnya. Sejak awal mendengar suara Arslan, dia tahu jika dirinya telah ketahuan.

"Katakan di mana sekarang kamu berada. Aku akan datang menjemputmu. Jika kamu memang ingin berlibur, aku akan menemanimu ke manapun kamu mau pergi," pinta Arslan.

"Tidak, Arslan. Justru ini baru bisa disebut berlibur jika aku pergi tanpa dirimu," sahut Arthazia.

"Zia ...."

"Beberapa hari ini rasanya benar-benar tenang dan damai saat aku memutuskan untuk keluar dari rumahmu," ujar Arthazia lagi.

"Itu rumahmu juga, Zia. Bagaimana bisa kamu berkata seperti itu?" Arslan menyahut dengan suara yang hampir tertelan di tenggorokan.

"Tidak, rumah itu tidak pernah menjadi rumahku, Arslan. Aku hanyalah orang asing yang tidak pernah diharapkan kehadirannya di sana. Harusnya sejak awal aku sadar jika itu bukan tempatku."

"Zia, aku tahu jika saat ini kamu sedang marah dan kecewa padaku, tapi mari kita selesaikan semuanya secara baik-baik. Aku akan mendengarkan semua keluhanmu tentangku dan berjanji akan memperbaikinya." Arslan terdengar memohon.

"Tidak perlu, tidak ada yang harus kamu ubah. Satu-satunya yang harus kamu lakukan adalah melepaskanku," sahut Arthazia.

"Aku tidak akan pernah melepaskanmu sampai kapanpun! Aku pasti akan menemukanmu dan membawamu kembali. Tidak akan ada perceraian di antara kita!" Kali ini Arslan nyaris tak bisa manahan gejolak di dalam dirinya. Suaranya terdengar meninggi dan mengintimidasi.

"Dan aku juga pernah bilang padamu jika aku pasti akan membuatmu tak punya pilihan selain melepasku. Surat pemberitahuan dari pengadilan pasti sudah kamu terima. Sampai bertemu di pengadilan." Arthazia mengakhiri panggilan tersebut.

Napas Arslan tampak memburu. Dia kembali melakukan panggilan telepon, tapi kali ini tak tersambung. Jelas Arthazia telah memblokirnya.

"Juan!" Arslan memanggil asistennya.

"Ya, Tuan." Juan masuk ke dalam ruang kerja Arslan.

"Kamu sudah melacak posisi istriku menggunakan nomor kontaknya yang baru?" tanya Arslan.

"Belum, Tuan. Saya juga baru saja mendapatkan nomor kontak itu," sahut Juan.

"Sepuluh menit, temukan posisinya dalam kurun waktu sepuluh menit!" perintah Arslan.

"Setidaknya perlu waktu satu jam, Tuan."

Arslan bangkit, lalu menatap Juan tajam.

"Dua puluh menit. Jika kamu tidak menemukannya setelah dua puluh menit, aku harus mempertimbangkan orang lain untuk mengganti posisimu!" Arslan sedikit memberikan ancaman.

"Baik, Tuan." Juan akhirnya tak memiliki pilihan selain mengiyakan permintaan Arslan.

Setelah Juan pergi, Arslan kembali memeriksa surat pemberitahuan dari pengadilan yang tadi diterimanya. Di sana tertera tanggal persidangan pertama yang akan digelar, yaitu tiga hari lagi dari sekarang.

Arslan meremas surat tersebut dengan dada yang bergemuruh. Tak pernah terbesit di pikirannya untuk berpisah dari Arthazia. Sungguh ia tak menyangka hubungannya dan sang istri akan menjadi seperti ini.

"Permisi, Tuan." Juan kembali lebih cepat dari waktu yang Arslan tentukan.

"Sudah ketemu?" tanya Arslan dengan mata yang sedikit berbinar.

"Bukan itu, Tuan. Pelacakan keberadaan Nyonya sedang dalam proses. Sudah ada laporan terkait dengan penyelidikan bocornya data rahasia perusahaan kita," sahut Juan.

Arslan tampak sedikit kecewa. Dia sedang tak berminat mendengar apapun selain tentang keberadaan Arthazia.

"Lain kali saja," ujar Arslan malas.

"Tapi ini berkaitan dengan Nyonya." Juan menambahkan.

Seketika Arslan mendongak ke arah Juan sembari mengerutkan keningnya tak mengerti.

Juan menyerahkan berkas berisi laporan analisis data disertai dengan beberapa foto tangkapan kamera CCTV.

"Ada seseorang yang telah mencuri data penting dari komputer Anda dan beberapa bukti menujukkan jika orang tersebut adalah Nyonya–" Ucapan Juan terhenti, dan lelaki itu tampak menghela napas sejenak sebelum kembali membuka mulutnya.

"Dari rekaman beberapa CCTV yang berbeda, terpantau Nyonya datang ke perusahaan yang memenangkan tender, waktunya sebelum tender digelar," tambah Juan.

"Maksudmu, Zia datang ke perusahaan milik Logan?" tanya Arslan dengan ekspresi terkejut.

"Benar, Tuan. Nyonya datang menemui Logan Maverick, lebih dari sekali. JJadi bisa dipastikan jika Nyonya adalah pihak yang telah mencuri data rahasia kita, sekaligus yang memberikan data tersebut pada Logan," sahut Juan. Sungguh ia sebenarnya agak takut menjabarkan fakta itu di hadapan Arslan.

Wajah Arslan tampak pias. Lelaki itu bahkan tak mampu mengatakan apapun.

"Kamu yakin tidak salah mendapatkan informasi, Juan?" tanya Arslan kemudian setelah menghela napas panjang.

"Tidak, Tuan. Saya sudah memastikannya berulang kali. Saya tahu, Anda akan sulit mempercayainya, tapi itulah kenyataannya."

Juan tampak prihatin melihat raut wajah Arslan saat ini. Sesaat kemudian, dia mendapatkan panggilan telepon dari orang yang ditugaskan melacak keberadaan Arthazia. Lelaki itu pamit undur diri sejenak, kemudian masuk kembali ke ruang kerja Arslan.

"Posisi Nyonya susah ditemukan, Tuan. Beliau berada di kawasan hutan lindung yang terletak di pinggian kota," ujar Juan memberi tahu.

"Kawasan hutan lindung?" ulang Arslan.

"Benar, Tuan."

Arslan terdiam sejenak. Tak ada pemukiman ataupun penginapan di kawasan tersebut. Akan tetapi, sebagian dari tanah tersebut adalah milik keluarga Maverick. Setahu Arslan, ada sebuah vila milik keluarga tersebut yang terletak di tengah hutan, dikarenakan para tetua keluarga Maverick dahulu suka berburu sebelum kawasan tersebut dijadikan hutan lindung.

"Maaf, Tuan, besar kemungkinan Nyonya sedang berada di vila milik Logan Maverick. Hanya itu tempat satu-satunya bangunan yang ada di sana." Juan berkata persis seperti yang ada di benak Arslan.

Arslan terdiam, tak tahu harus mengatakan apa. Lelaki itu bahkan tak tahu apa yang dia rasakan setelah mendengar informasi yang disampaikan oleh Juan. Semuanya terlalu mengejutkan dan sulit dipercaya.

Bersambung ....

1
Reader
tuu hayoooh?ada yg kepikiran gini??ga kan!Makanya sangat dpt dimengerti perasaan Zia selama ni...sefatal itu memang akibat ketidakterbukaan Arslan
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
setuju kakTiw, tapi tetap sisakan nafas terakhir ya. supaya bisa ketemu arslan
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
inilah balasan atas Tekadmu dulu artazia
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
mungkin akan lebih simpel, jika zia membuat pers conference yg membantah tentang semua fitnahan pada Arslan dari pada harus ketemu logan di apartemen nya. bahaya banget
Dewi Sariyanti
Karna gk punya vote lagi jd tk kasib ☕ sama iklan kak 🤭
Dewi Sariyanti: sama sama 👍👍👍
Dewi Sariyanti: sama sama 👍👍👍
total 3 replies
Dewi Sariyanti
Ya begitu lah arslan, yg namanya pasangan harus saling terbuka, kalo di tutup tutupi yg ada kesalahpahaman terus yg terjadi. Namanya pasangan susah senang ya di tanggung berdua, kalo kamu kasih senang doang gk kamu kasih tahu susahnya, bs jadi 2 kemungkinan, istri menuntut kesenangan terus tanpa mau tahu susahnya suami, nanti kalo susah dikit suami di tinggalin, yg kedua istri merasa gk di percaya dan gk di hargai kayak yg zia rasakan.
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
nah setelah ini, apakah para wartawan akan meminta keterangan pada zia?
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
cinta itu masih ada zia. sadarilah...
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
agak ngeri liat logan. zia janda kaya, selain semua kompensasi perceraian tadi, bukankah zia dulu punya usaha toko bunga warisan keluarganya, kan ya? masih adakah?
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
memang sakit. membacanya saja sudah sakit. andai masih bisa diperbaiki. 🥺🥺🥺🥺
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
Arslan. kuat ya... semoga kalian bisa bersama lagi.
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
Arslan datang karena ingin ditemani tiup lilin... 🥺🥺🥺
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
karena pernikahan memang tidak hanya tentang cinta 2 hati. tapi ada keluarga inti, keluarga besar, kerabat, sahabat & lingkungan yg pada akhirnya menyita tempat dalam rasa & pikiran kita.. terkadang itu menjadi sangat melelahkan.
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
pasti gak enak banget perasaan zia saat itu. wajar jika dia Sekecewa ini.
aku tunggu erik & shelin kak. 🙏🙏🙏🙏
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
Arslan benar-benar merelakan zia tapi tidak dengan logan.
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
lepaskan saja zia, Arslan. biar dia rasakan bagaimana hidup tanpamu.
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
zia bener2 sangat keterlaluan. nanti pasti akan sangat menyesal
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
yg kuat Arslan. terserah mau mempertahankan atau melepas zia. yg jelas saat ini banyak hal yg harus kamu pikirkan
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
arthazia sengaja masuk kandang ular demi berpisah dari Arslan. sangat tidak cerdas.
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
ternyata Arslan sendirian di dunia ini. tanpa saudara, hanya dengan ibu tiri yg merupakan bagian dari wasiat ayahnya. istri yg berubah benci karena tak tau apa yg dirasakan suaminya. kasian Arslan, 🥺
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!