(Gak jamin kalau kamu bakalan nangis bombay)
Audrey, seorang wanita pekerja keras yang mengabdikan hidupnya untuk karier. Dia tidak tampak tertarik dengan hubungan percintaan apalagi pernikahan. Di usia 28 tahun, ia bahkan tidak memiliki seorang kekasih ataupun teman dekat. Tidak ada yang tahu kalau Audrey menyimpan beban penyesalan masa lalu . Namun, kehidupannya yang tenang dan monoton mendadak berubah drastis ketika ia bertemu kembali dengan sahabat masa kecilnya, Sofia. Audrey tidak pernah menyangka kalau Sofia memintanya menikahi calon suaminya sendiri. Akankah pernikahan Audrey menjadi mimpi buruk atau justru kisah cinta terindah untuk seumur hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ICHA Lauren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14 Hidup Tanpamu
Kepergian Sofia menorehkan luka yang dalam di hati semua orang yang mencintainya, terutama, Audrey, Reiner, dan Tuan Jonathan. Audrey menyaksikan bagaimana terpukulnya Tuan Jonathan ketika mengantarkan jenazah putrinya ke peristirahatan terakhir. Beberapa kali, tubuh Tuan Jonathan hampir ambruk karena tidak kuat menanggung kesedihan. Audrey bisa memahami hancurnya perasaan Tuan Jonathan yang harus hidup seorang diri tanpa istri dan anaknya. Sementara Reiner yang mengenakan kacamata hitam hanya diam membeku sepanjang upacara pemakaman. Reiner terus berdiri di samping peti jenazah Sofia, hingga peti itu diturunkan ke liang lahat. Ny. Valeria yang mengetahui kesedihan Reiner, selalu berdiri disamping putranya dan sesekali memegang bahu Reiner untuk menguatkannya.
Di luar rumah Tuan Jonathan, banyak sekali tamu yang ingin masuk mengucapkan bela sungkawa. Tuan Jonathan adalah seorang diplomat yang disegani, karena itu para pejabat pemerintahan, artis, pengusaha terkenal hingga masyarakat sekitar, semuanya ingin menghadiri pemakaman Sofia. Namun, Reiner sengaja menugaskan Nicko untuk mengerahkan petugas keamanan dan para bodyguard agar membatasi pengunjung yang masuk. Media juga tidak diperbolehkan meliput upacara pemakaman Sofia. Tampaknya Reiner hanya ingin keluarga dan sahabat terdekat yang hadir di upacara itu.
Audrey memilih untuk berdiri agak jauh dari Reiner agar tidak memancing perhatian orang di sekitanya. Tak henti-hentinya, bibir Audrey melantunkan doa-doa bagi Sofia. Air mata Audrey yang baru saja mengering, mengalir lagi di kedua pipinya saat melihat peti jenazah Sofia sudah tertutup dengan tanah. Sofia disemayamkan tepat di samping pusara ibundanya, Ny. Ferina.
Selamat jalan Sofia, terimakasih atas semua kebaikan yang kamu lakukan untukmu. Maaf aku belum bisa membalas semua kebaikanmu. Aku sudah membohongimu dengan pernikahan ini. Kamu harus tau, cuma kamu yang pantas menjadi istri Rein. Tapi aku janji untuk berusaha menjaga Tuan Jonathan dan menganggapnya sebagai papaku sendiri. Aku doakan kamu selalu bahagia di Surga.
kata Audrey di dalam hati seraya menaburkan bunga di atas makam Sofia.
Ketika semua tamu yang melayat sudah pulang, Tuan Jonathan dan Reiner belum beranjak dari pusara Sofia. Ny. Valeria mendekati Reiner yang duduk bersimpuh di samping makam Sofia dan membelai rambutnya dengan penuh kasih. "Rein, ikhlaskan Sofia supaya Sofia tenang disana. Ayo sekarang kita pulang. Kamu butuh istirahat, Sayang." Reiner mengangguk dan menerima ajakan mamanya. Sebelum pergi, Reiner memeluk Tuan Jonathan dan menguatkan hati pria itu. Reiner juga berpesan kepada asisten Tuan Jonathan agar selalu menjaga tuannya dengan baik.
"Audrey, kamu ikut kami pulang ya," kata Ny. Valeria mendekati Audrey.
"Mama dan Rein pulang saja dulu. Audrey masih ingin disini sebentar. Nanti Audrey bisa pulang dengan taksi."
"Lho kenapa pulang dengan taksi? Kamu istri Rein sekarang, Drey. Kamu pulang dengan Nicko saja. Nicko, kamu antar Audrey pulang ke rumah. Jangan sampai terlalu malam," kata Ny. Valeria memberikan perintah kepada Nicko.
Nicko menjawab dengan penuh hormat, "Baik Nyonya Besar, saya pasti akan mengantarkan Nona ke rumah."
Reiner tidak bicara sepatah kata pun kepada Audrey. Ia hanya berlalu begitu saja menuju ke mobil pribadinya. "Maafkan Reiner, Audrey. Dia masih sangat sedih kehilangan Sofia karena itu dia mengabaikanmu. Mama harap kamu mengerti. Mama pulang dulu, jaga dirimu," ucap Ny. Valeria memeluk menantunya.
"Audrey mengerti, Ma. Terimakasih atas perhatian Mama."
Setelah Reiner dan mamanya pulang, Audrey mendekati Tuan Jonathan yang masih bersimpuh di antara makam istri dan putrinya. "Tuan Jonathan, tabahkan hati Anda. Istri dan putri Anda sudah bersama sekarang, mereka pasti bahagia. Sebaiknya Anda pulang dan istirahat," kata Audrey seraya membantu Tuan Jonathan berdiri.
"Audrey terimakasih sudah membantu Om. Mulai sekarang jangan panggil Tuan, panggil Om Jonathan saja. Setiap melihatmu, Om jadi teringat lagi pada Sofia," kata Tuan Jonathan sedih. Pria yang biasanya nampak gagah dan berwibawa itu telah berubah menjadi rapuh dan tidak berdaya.
"Om Jonathan kalau butuh sesuatu atau butuh teman bicara, jangan sungkan menghubungi saya. Anggap saja saya sebagai pengganti Sofia."
"Sekali lagi terimakasih, Audrey. Om hanya butuh waktu untuk sendiri."
"Baik, Om, jangan lupa makan dan jaga kesehatan. Audrey pamit."
Meskipun masih mengkhawatirkan Tuan Jonathan, Audrey memutuskan untuk pulang bersama Nicko. Mungkin Tuan Jonathan memang butuh waktu sendirian untuk bisa menyembuhkan segala dukanya.
...****************...
Nicko mengantarkan Audrey hingga masuk ke dalam rumah.
"Nona, hari ini Tuan Reiner menginap di rumah orangtuanya. Mungkin dalam beberapa hari ke depan Tuan tidak pulang kesini. Nona tidak perlu menunggu Tuan Reiner. Ingat untuk tidak meninggalkan rumah ini," kata Nicko memperingatkan. Audrey menganggukkan kepalanya, ia enggan berdebat dengan siapapun sekarang. Audrey hanya ingin masuk ke dalam kamar lalu menjernihkan pikirannya.
Esok hari Audrey memilih pergi ke rumah ibunya untuk menenangkan diri. Bu Olin memandang putrinya yang sedang berbaring di pangkuannya, "Drey, bagaimana keadaan Reiner dan papanya Sofia?"
"Reiner masih di rumah orangtuanya. Audrey lebih mencemaskan Tuan Jonathan, Ma. Beliau hidup sendirian sekarang. Audrey takut Tuan Jonathan putus asa dan jatuh sakit."
"Iya sulit sekali harus bertahan tanpa didampingi siapapun. Mama juga pernah merasakan hal yang sama ketika papamu pergi. Tapi, mama beruntung karena masih punya kamu dan opa," kata Bu Olin mengelus rambut putri kesayangannya.
"Ma, Audrey rindu papa. Ayo kita pergi ke makam papa lalu ke makam Sofia dan Dave untuk mendoakan mereka."
"Iya, Sayang, mama akan menemanimu. Mama juga rindu papa. Mama telpon Tina dulu supaya datang menjaga Opa selama kita pergi," kata Bu Olin. Tina adalah gadis yatim piatu yang sering membantu Bu Olin menjaga opa.
Audrey duduk termenung sambil menyandarkan kepalanya di sofa. Papa, Dave, lalu Sofia. Tiga orang terpenting dalam hidupnya telah pergi dari dunia ini. Hidup tanpa mereka telah memberinya pelajaran berharga. Betapa singkatnya waktu yang dimiliki manusia untuk membahagiakan orang-orang yang dikasihinya. Jika sampai menyia-nyiakan kesempatan itu, maka hanya penyesalan yang akan menghantui seumur hidup. Audrey sadar tugasnya kini adalah membahagiakan mama dan opanya.
Suara dering ponsel, mengembalikan pikiran Audrey yang sedang mengembara ke masa lalu.
"Halo, Nona Audrey. Anda sekarang ada dimana? Tadi Bi Mila mengatakan Anda pamit untuk pergi mengunjungi keluarga Anda," tanya Nicko menyelidiki.
"Saya di rumah bersama mama dan opa saya. Ada apa Tuan Nicko?" jawab Audrey sedikit kesal. Ternyata Nicko masih sempat mengawasinya di saat mereka masih berduka.
"Bagus, jangan terlalu lama pergi meninggalkan rumah Tuan Reiner. Nona, saya ingin memberitahukan bahwa Tuan Reiner akan berangkat ke luar negri dan belum tau kapan beliau akan pulang. Saya akan mengantarkan Tuan Reiner malam ini. Setelah itu, saya akan pulang kembali untuk menghandle semua pekerjaan Tuan Reiner dan memastikan Nona tidak melakukan sesuatu yang melanggar kontrak. Jadi, saya minta Nona tetap mematuhinya walaupun Tuan Reiner berada di luar negri."
"Baik, Tuan Nicko, Anda tidak perlu mengingatkan saya setiap hari. Saya pasti akan mematuhi pasal-pasal yang kita sepakati bersama. Semoga perjalanan Anda bersama Tuan Reiner menyenangkan," kata Audrey menutup panggilan telpon Nicko.
Lagi-lagi Nicko mengancamku dengan surat itu.
Tapi setidaknya hidupku akan tenang sementara waktu karena tidak perlu bertemu dengan Reiner.
batin Audrey merasa lega.
Audrey telah bertekad mulai besok ia akan kembali ke kehidupan normalnya sebagai seorang wanita karier.
aq lebih lebih & lebih padamu Reiner😍😍😍😍
emak" labil🤣🤣🤣