(Warisan Mutiara Hitam Season 3)
Gerbang dimensi di atas Pulau Tulang Naga telah terbuka, menyingkap "Dunia Terbalik" peninggalan ahli Ranah Transformasi Dewa. Langit menjadi lautan, dan istana emas menjuntai dari angkasa.
Chen Kai, kini menyamar sebagai "Tuan Muda Ye" yang arogan. Berbekal Fragmen Mutiara Hitam, ia memiliki keunggulan mutlak di medan yang melanggar hukum fisika ini. Namun, ia tidak sendirian.
Aliansi Dagang Laut Selatan, Sekte Hiu Besi, dan seorang monster tua Ranah Jiwa Baru Lahir memburu Inti Makam demi keabadian. Di tengah serangan Penjaga Makam dan intrik mematikan, Chen Kai harus memainkan catur berdarah: mempertahankan identitas palsunya, menaklukkan "Istana Terbalik", dan mengungkap asal-usul Mutiara Hitam sebelum para dewa yang tidur terbangun.
Ini bukan lagi perburuan harta. Ini adalah perang penaklukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kokop Gann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hujan Emas dan Detik yang Terbelah
Chen Kai melangkah keluar dari gerbang istana. Setiap langkah kakinya diiringi bunyi berderit, seolah udara di sekitarnya sedang diperas. Tekanan Domain Penindasan Gunung Emas milik Tetua Gu benar-benar menakutkan. Di bawah tekanan ini, gravitasi meningkat seribu kali lipat, dan udara mengandung partikel logam mikroskopis yang menyayat paru-paru.
"Kau berani keluar," Tetua Gu tersenyum tipis, tangannya masih santai di belakang punggung. "Aku hargai keberanianmu. Tapi keberanian tanpa kekuatan hanyalah kebodohan."
"Kekuatan?" Chen Kai berhenti sepuluh meter dari Tetua Gu. Pedang Meteor Hitam di tangannya bergetar, bukan karena takut, tapi karena resonansi gravitasi. "Kekuatanmu hanyalah meminjam dari alam. Kekuatanku... memerintah alam."
Tetua Gu mendengus. "Bicara besar."
Ia mengangkat satu jari.
"Hujan Jarum Emas."
Langit di atas alun-alun berubah warna menjadi emas. Awan logam terbentuk, dan dalam sekejap, jutaan jarum emas setipis rambut tapi sekeras berlian turun seperti hujan badai.
Setiap jarum itu mampu menembus pertahanan Inti Emas Tahap Puncak. Dan ada jutaan dari mereka.
Luo Sha, yang masih terkapar di lantai, menatap ngeri. "Tuan Muda! Awas!"
Chen Kai tidak bergerak. Ia tidak memasang perisai.
Ia memutar Pedang Meteor Hitam di tangannya perlahan.
"Hukum Waktu: Dilasi Ekstrem."
Dunia Chen Kai melambat hingga hampir berhenti. Hujan jarum emas yang melesat dengan kecepatan suara itu kini tampak seperti debu yang melayang malas di udara.
Chen Kai berjalan santai menembus hujan jarum itu. Ia membelokkan tubuhnya sedikit ke kiri, sedikit ke kanan, menghindari setiap jarum dengan presisi mikrometer.
Bagi mata Tetua Gu dan Luo Sha, Chen Kai tampak seperti hantu yang berkedip-kedip. Satu detik ia di sana, detik berikutnya ia sudah maju lima meter tanpa terkena satu jarum pun.
"Apa?!" Tetua Gu terkejut. "Kecepatan macam apa itu? Tidak ada fluktuasi angin!"
Chen Kai terus maju. Hujan jarum itu semakin deras, rapat tanpa celah.
"Tidak ada celah?" gumam Chen Kai di dalam dunianya yang lambat. "Kalau begitu, buat celah."
Ia mengayunkan pedangnya.
"Hukum Ruang: Pembelahan Dimensi."
Bilah pedang hitam itu membelah udara. Bukan memotong fisik, tapi memotong ruang di depannya. Sebuah retakan hitam vertikal muncul, menelan ribuan jarum emas yang menghalanginya.
Chen Kai melangkah melewati retakan itu, muncul tepat di depan Tetua Gu.
"Giliranmu."
Chen Kai menusukkan pedangnya ke dada Tetua Gu.
TING!
Ujung pedang berhenti satu inci dari jubah naga Tetua Gu. Sebuah dinding cahaya emas transparan menghalanginya.
"Domain Absolut," kata Tetua Gu, matanya menyipit. "Di dalam radius tiga meter dariku, akulah dewa. Tidak ada serangan fisik yang bisa menyentuhku."
Tetua Gu mengepalkan tinjunya. Dinding cahaya itu meledak keluar.
BOOOOM!
Chen Kai terpental mundur. Tulang rusuknya terasa nyeri. Domain Jiwa Baru Lahir Tahap Akhir memiliki kepadatan energi yang jauh di atas Inti Emas.
Chen Kai mendarat dengan salto, kakinya mencengkeram lantai marmer.
"Fisik tidak bisa?" Chen Kai menyeringai, darah mengalir dari sudut bibirnya. "Baiklah. Mari kita coba yang lain."
Ia menancapkan pedangnya ke lantai.
"Hukum Gravitasi: Titik Nol." "Hukum Waktu: Pelapukan."
Chen Kai melepaskan kedua teknik itu secara bersamaan melalui lantai.
Lantai marmer di bawah kaki Tetua Gu tiba-tiba kehilangan gravitasi, membuatnya melayang tak terkendali. Dan pada saat yang sama, energi abu-abu Pelapukan merambat naik dari kakinya.
"Trik lagi!" Tetua Gu meraung. Ia menghentakkan kakinya di udara, menciptakan pijakan dari energi murni. "Hancur!"
Aura emasnya meledak, menetralkan efek gravitasi dan pelapukan itu dengan kekuatan mentah yang luar biasa. Perbedaan kultivasi ranah besar (Inti Emas vs Jiwa Baru Lahir Akhir) membuat teknik Chen Kai sulit menembus pertahanan energinya secara langsung.
"Kau hanyalah nyamuk yang mengganggu!" Tetua Gu merentangkan kedua tangannya.
"Seni Terlarang Naga Emas: Transformasi Parsial."
Kulit Tetua Gu berubah menjadi sisik emas. Tangannya berubah menjadi cakar naga raksasa. Auranya meningkat dua kali lipat.
Ia melesat ke arah Chen Kai. Kali ini, ia menggunakan kecepatan fisik murni yang melampaui persepsi waktu Chen Kai yang diperlambat sekalipun.
BAM!
Cakar naga itu menghantam dada Chen Kai.
Chen Kai terlempar seperti bola karet, menabrak pilar istana hingga pilar itu runtuh menimpanya.
"TUAN MUDA!" teriak Luo Sha putus asa.
Tetua Gu mendarat, napasnya sedikit memburu. "Berakhir sudah. Tidak ada Inti Emas yang bisa selamat dari pukulan itu."
Ia berbalik, hendak berjalan menuju Luo Sha.
Namun, suara tawa pelan terdengar dari balik reruntuhan pilar.
"Heh... hehehe..."
Puing-puing batu itu bergetar, lalu melayang naik.
Chen Kai berdiri di sana. Jubahnya hancur, memperlihatkan dadanya yang memar parah. Tapi ia tidak mati.
Di dadanya, sebuah cahaya hitam berputar melawan arah jarum jam.
"Kau benar," kata Chen Kai, memuntahkan darah hitam. "Inti Emas biasa pasti sudah mati. Tapi aku..."
Ia menyentuh memarnya.
"Hukum Waktu: Pemulihan Diri."
Dalam pandangan mata telanjang, memar di dada Chen Kai memudar, tulang rusuknya yang patah kembali menyatu, dan kulitnya kembali mulus.
Chen Kai memundurkan waktu kondisi tubuhnya sendiri ke lima detik yang lalu.
Mata Tetua Gu membelalak hingga hampir keluar. "Pemulihan Instan?! Tidak... itu manipulasi waktu pada tubuh hidup! Itu tabu!"
"Tabu adalah kata bagi mereka yang takut," kata Chen Kai.
Ia mengambil Pedang Meteor Hitam yang tergeletak di dekat kakinya.
"Kau sudah menunjukkan kartumu, Orang Tua. Sekarang giliranku."
Chen Kai mengangkat pedangnya ke langit.
Mutiara Hitam di dalam tubuhnya bersinar terang, keempat fragmen berputar begitu cepat hingga mereka tampak menyatu.
"Selama ini aku hanya menggunakan fragmen-fragmen ini secara terpisah atau berpasangan," gumam Chen Kai. "Tapi bagaimana jika aku gabungkan semuanya?"
Aura di sekitar Chen Kai berubah.
"Teknik Terlarang: Tebasan Akhir Zaman."
Langit di atas alun-alun menjadi gelap. Bukan karena awan, tapi karena cahaya matahari buatan dihapus oleh aura pedang Chen Kai.
Tetua Gu merasakan ancaman kematian yang sebenarnya untuk pertama kalinya dalam ratusan tahun.
"Tidak mungkin..." Tetua Gu mundur selangkah. "Energi apa itu?!"
Chen Kai tidak menjawab. Ia menebas.
Satu garis kelabu tipis meluncur ke arah Tetua Gu. Garis itu tidak bersuara, tidak ada ledakan.
Di mana garis itu lewat, lantai, udara, dan cahaya... semuanya hilang. Bukan hancur, tapi dihapus dari eksistensi.
Tetua Gu menjerit, mengerahkan seluruh Qi dan artefak pelindungnya untuk menahan garis itu.
ZRRRT.
Garis kelabu itu menembus perisai Domain Emas Tetua Gu seperti pisau panas memotong mentega. Menembus lengan kanannya yang mencoba menangkis.
Dan terus melesat hingga menembus gerbang kapal induk Sekte Naga Teratai di kejauhan, membelah kapal raksasa itu menjadi dua bagian yang rapi.
Hening.
Lengan kanan Tetua Gu jatuh ke tanah. Potongan itu sangat halus, tidak ada darah yang keluar karena pembuluh darahnya telah dikunci waktu saat terpotong.
"AAAAAAKH!"
Baru sedetik kemudian, rasa sakit dan darah menyembur.
Tetua Gu jatuh berlutut, memegangi bahunya. Wajahnya pucat pasi, matanya penuh teror.
Chen Kai berdiri tegak, pedangnya kembali hitam. Wajahnya juga pucat, hampir transparan. Serangan itu menguras 90% energinya.
"Pergi," bisik Chen Kai, suaranya lemah tapi tegas. "Atau tebasan berikutnya akan memotong lehermu."
Tetua Gu tidak berpikir dua kali. Ia menyambar Hei Long yang sekarat dengan tangan kirinya, lalu membakar jimat teleportasi darurat.
"Kau akan menyesal, Iblis! Sekte Naga Teratai akan membawa pasukan utama!"
WOOSH.
Mereka menghilang dalam kilatan cahaya merah.
Armada kapal perang yang tersisa, melihat pemimpin mereka kalah dan kapal induk mereka terbelah, panik dan segera memutar haluan, melarikan diri dari neraka gravitasi itu.
Chen Kai berdiri diam sampai kapal terakhir menghilang dari pandangan.
Lalu, ia ambruk.
"Tuan!" Luo Sha berlari menangkap tubuh Chen Kai sebelum menyentuh lantai.
"Aku... butuh tidur..." gumam Chen Kai sebelum kesadarannya gelap.
Perang pertama dimenangkan. Tapi harganya mahal. Dan musuh yang lebih besar pasti akan datang.
Chen Ling