Hidup Naura yang sudah menderita itu, semakin menderita setelah Jessica anak dari Bibinya yang tidak sengaja menjebak Naura dengan seorang pria yang dikenal sebagai seorang preman karena tubuhnya yang penuh dengan tato, berbadan kekar dan juga wajah dingin dan tegas yang begitu menakutkan bagi warga, Naura dan pria itu tertangkap basah berduaan di gubuk hingga mereka pun dinikahkan secara paksa.
Bagaimana kelanjutannya? siapakah pria tersebut? apakah pria itu memang seorang preman atau ada identitas lain dari pria itu? apakah pernikahan mereka bisa bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaretaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ini Tidak Mungkin!
Keesokan harinya, Aiden hendak memeriksa perkebunannya. "Mas mau lihat kebun?" tanya Naura.
"Iya, kamu masih demam, kamu di rumah dulu. Tadi aku udah beli bubur, jangan lupa dimakan ya," ucap aiden.
"Iya, Mas," jawab Naura.
Naura mengalami demam malam tadi dan Aiden harus menjadi suami siaga sejak semalaman, namun karena Aiden harus memeriksa rutin perkebunannya, maka Aiden harus meninggalkan Naura sendirian di rumah.
'Untung saja keadaan Naura sudah membaik pagi ini, jadi aku bisa ninggalin dia sendirian di rumah,' batin Aiden.
"Kalau butuh sesuatu atau terjadi sesuatu, langsung kabarin aku, aku harus pergi sekarang," ucap Aiden dan diangguki Naura.
Aiden pun pergi melihat perkebunannya, ditengah pemeriksaannya. Aiden melihat Juragan Adit yang dikerumuni Ibu-ibu, tentu saja Aiden tahu apa yang sedang terjadi.
Aiden akhirnya memutuskan untuk mendekati Juragan Adit dan Ibu-ibu tersebut, "Juragan Adit gak bisa gitu dong, masa Juragan Adit gak mau beli hasil panen saya, kalau Juragan Adit gak mau beli terus siapa yang mau beli. Kalau dijual dipasar itu susah lakunya Juragan," ucap Bu Siti.
"Itu urusan kalian ya," ucap Juragan Adit.
"Juragan," sapa Aiden.
"Oh Aiden, kamu sudah datang. Kamu periksa yang sebelah utara ya," ucap Juragan Adit.
"Iya, Juragan," jawab Aiden.
"Saya tau kenapa Juragan Adit tiba-tiba gak mau beli hasil panen saya, ini semua karena preman ini kan," ucap Bu Siti dengan menunjuk Aiden.
Aiden yang baru saja melangkahkan kakinya untuk pergi pun terhenti dan menatap Bu siti dengan tatapan bertanya-tanya, "Apa hubungannya sama saya? saya tidak melakukan apa-apa, kalau Juragan Adit tidak mau membeli hasil panen Ibu, itu ya karena Juragan Adit sudah tidak tertarik lagi, masih ada yang lain yang lebih bagus," ucap Aiden.
"Heh! enak aja ya," ucap Bu Siti yang tidak terima dengan perkataan Aiden.
"Sudah-sudah, lebih baik Bu Siti cari tempat lain saja, lagipula apa yang dikatakan Aiden ini benar, saya tidak tertarik lagi dengan hasil panen Bu Siti itu," ucap Juragan Adit.
"Tapi, Juragan...," Bus Siti berharap Juragan Adit mau membantunya, tapi sayangnya Juragan Adit tetap tidak mau membantu Bu Siti.
"Gak ada tapi-tapian, lebih baik Bu Siti pergi dari sini," usir Juragan Adit.
Dengan perasaan kesal, marah dan sedih, akhirnya Bu Siti pun meninggalkan Juragan Adit dan Aiden.
"Saya sudha melakukan apa yang Tuan Aiden perintahkan," ucap Juragan Adit pelan agar tidak didengar otang lain selain aiden.
"Bagus, buat warga yang mencari masalah denganku dan Naura menderita," perintah Aiden.
"Baik, Tuan," jawab Juragan Adit.
Aiden pun pergi meninggalkan Juragan Adit dan memilih mengawasi perkebunan tehnya, sedangkan Juragan Adit merasa lega setelah kepergian Aiden.
"Huh, untung aku aman. Lagian Bu Siti itu cari masalah aja," gumam Juragan Adit.
.
Waktu terus berlalu, Aiden menjalani hari-harinya seperti biasa dengan berpura-pura bekerja sebagai anak buah Juragan Adit, yang membedakan adalah Aiden lebih sering berada di rumah dan memastikan keadaan Naura benar-benar pulih.
Di hadapan Naura, Aiden adalah suami sederhana yang tanpa ekspresi dan terkesan cuek. Namun, diam-diam, Aiden sudah menyiapkan kejutan untuk Naura, di mana Fandy bergerak cepat seperti bayangan menyelesaikan tugas yang Aiden berikan.
Aiden menggunakan jaringan off-shore dan pengacara anonim, berhasil melunasi seluruh utang agunan rumah milik orang tua Naura dalam waktu kurang dari 48 jam. Proses pelunasan dilakukan atas nama perusahaan cangkang yang dikendalikan Aiden, membuatnya terlihat seperti transaksi bisnis pelunasan aset bermasalah. Tak seorang pun di bank atau notaris yang tahu bahwa di balik transaksi miliaran rupiah itu, ada sosok pria yang sedang membalaskan dendam istrinya.
Setelah sertifikat keluar, proses balik nama ke Naura diproses dengan sangat cepat, memanfaatkan celah hukum dan koneksi yang dimiliki Aiden. Tak lama kemudian, surat perintah pengosongan dan eksekusi resmi dari pengadilan pun diterbitkan.
Seharusnya satu minggu setelah kejadian Naura dipukul, Aiden bisa mengusir keluarga Bibi Aulia, namun tiba-tiba saja perusahaannya bermasalah hingga Aiden harus menundanya
Akhirnya setelah satu bulan menundanya, Aiden pun akan melakukan apa yang harusnya sudah ia lakukan sejak lama.
Disisi lain, Bibi Aulia sedang santai menyesap teh di ruang tamu sambil membaca majalah gosip, sedangkan Jessica sibuk dengan ponselnya. Mereka berdua merasa lega karena Naura sudah tidak muncul lagi, mereka yakin ancaman Aiden hanya gertakan kosong.
"Gak ada Naura ternyata enak juga ya," ucap Bibi Aulia.
"Iya, Ma. Oh ya, kemarin Jessica ketemu sama Kak Dimas, Kak Dimas tambah ganteng banget, Ma," ucap Jessica.
"Terus gimana? dia mau nikah sama kamu?" tanya Bibi Aulia.
"Jessica belum bahas soal itu sih, tapi Mama tenang aja karena Jessica bakal cari cara supaya Kak Dimas mau sama Jessica," ucap Jessica.
"Bagus, kamu harus pepet terus Dimas, dia sekarang kerja di kota dan gajinya juga besar," ucap Bibi Aulia dan diangguki Jessica
Ditengah obrolan santai mereka, tiba-tiba suara ketukan keras dan berulang kali terdengar dari pintu depan.
"Siapa sih pagi-pagi begini berisik amat!" gerutu Bibi Aulia.
Jessica pun membuka pintu tersebut dan dihadapannya, berdiri dua orang berpakaian rapi, salah satunya adalah petugas dari pengadilan dan yang lainnya adalah pengacara, lalu di belakang mereka, ada beberapa petugas keamanan.
"Ya? Ada apa?" tanya Jessica dengan nada sombong.
Petugas dari pengadilan itu menyodorkan sebuah amplop cokelat tebal, "Kami dari Pengadilan Negeri, kami datang untuk menyerahkan surat perintah eksekusi dan pengosongan rumah ini," ucap petugas tersebut.
Jessica tertawa meremehkan, "Eksekusi apa? Ada-ada saja kalian ini, lagian ini rumah kami, kok bisa kalian mau ngosongin rumah ini," ucap Jessica.
Bibi Aulia yang mendengar obrolan Jessica dan petugas pun segera mendekat, "Ada apa ini? Apa maksudnya? kenapa kakian mau mengosongkan rumah ini?" tanya Bibi Aulia.
Pengacara pihak ketiga yang disewa Fandy menghela napas dan mengeluarkan lembaran dokumen legal dan KTP dari amplop, "Maaf, Bu. Berdasarkan data terbaru yang kami miliki, kepemilikan sah atas aset properti ini sudah beralih sepenuhnya menjadi atas nama Nyonya Naura Dania sejak tiga minggu yang lalu," ucap pengacara.
Wajah Bibi Aulia yang mendengar perkataan pengacara pun mendadak pucat, "Apa!"
"Ini tidak mungkin! Sertifikatnya sudah kami jaminkan di bank," teriak Jessica panik.
"Maaf, utang agunan di bank sudah dilunasi sepenuhnya oleh pihak ketiga yang tidak terikat. Setelah pelunasan, kepemilikan rumah ini diubah, dan sekarang, klien kami, Nyonya Naura Dania, meminta haknya untuk menempati properti ini secara penuh," ucap pengacara dengan tatapan mengintimidasi.
.
.
.
Bersambung.....