Liora tak pernah menyangka jika pertemuannya dengan Marvin akan membawanya pada sesuatu yang menggila. Marvin, pria itu begitu menginginkannya meskipun tahu jika Liora adalah adik iparnya.
Tidak adanya cinta dari suaminya membuat Liora dengan mudah menerima perlakuan hangat dari kakak iparnya. Bukan hanya cinta yang Marvin berikan, tapi juga kepuasan diatas ranjang.
"Adikku tidak mencintaimu, jadi biar aku saja yang mencintaimu, Liora." ~ Marvin Leonardo.
📍Membaca novel ini mampu meningkatkan imun dan menggoyahkan iman 😁 bukan area bocil, bijak-bijaklah dalam membaca 🫣
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red_Purple, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 ~ CTDKI
Haikal menatap lorong tempat dia keluar sebelumnya seraya mengusap wajahnya, ingin memastikan Casandra tidak keluar diwaktu yang tidak tepat. Berpura-pura tersenyum untuk menutupi gelisah hatinya saat menatap wajah istrinya kembali.
"Aku barusan ketemu dengan klien yang kebetulan menginap di hotel ini. Kamu sendiri, apa yang sedang kamu lakukan disini, Liora?" tanya Haikal balik.
"Aku disuruh ayah untuk mengantarkan pakaian kerja kak Marvin," jawab Liora dengan jujur.
"Oh, ternyata kak Marvin menginap di hotel ini." Haikal sedikit terkejut, dalam hatinya dia berharap kakaknya tidak melihat kedatangannya kesana pagi ini bersama dengan Casandra.
"Tahu begitu tadi aku saja yang bawakan pakaiannya sekalian, jadi kamu tidak perlu repot-repot," lanjutnya kemudian yang dijawab gelengan kepala ringan oleh istrinya.
"Sama sekali tidak merepotkan," Liora tersenyum kecil. "Kamu tidak lupa malam ini kan, Mas? Aku sudah membooking kafenya."
"Tentu saja aku tidak lupa, Sayang." jawabnya seraya mengusap lembut pipi istrinya. "Kamu mau aku antar pulang dulu?" tawarnya.
"Nggak usah, Mas. Aku pulang sama supir aja," tolak Liora.
"Ya sudah, aku antar sampai kedepan," Haikal melingkarkan tangannya di pinggang Liora, membawanya melangkah keluar dari hotel.
Supir keluarga Leonardo sudah menunggu di depan bersama dengan bodyguard yang tadi ditugaskan oleh Marvin. Haikal mencium pipi Liora sebelum istrinya itu masuk ke dalam mobil. Sebuah pemandangan yang tidak luput dari perhatian Marvin yang baru saja menginjakkan kakinya di lantai dasar hotel tersebut.
Namun, Marvin memilih untuk tidak menghampiri adiknya dan menunggu sampai adiknya pergi. Menimbulkan sebuah tanda tanya besar dalam benaknya tentang apa yang sedang adiknya itu lakukan di hotel pada jam kerja seperti ini.
🪷
🪷
🪷
Ketika malam tiba Liora tengah bersiap. Sebuah gaun panjang berwarna merah yang memiliki tali mengikat kebelakang dileher menjadi pilihan Liora saat ini. Rambutnya yang panjang bergelombang dibiarkan terurai untuk menutupi bagian bahunya yang terekspos.
Liora mengeluarkan kalung yang dihadiahkan oleh Marvin dari dalam tas mininya, memakai kalung itu dilehernya dan menatap dirinya di cermin untuk beberapa saat. Tersenyum saat melihat penampilannya semakin sempurna ketika dia memakai kalung itu. Tapi sayangnya dia tidak bisa memakainya dan hanya akan menyimpannya saja.
Perlakuan hangat Marvin dan cinta yang ditunjukkan secara terang-terangan oleh pria itu jujur membuatnya merasa berharga sekaligus bahagia. Namun kenyataan tentang dirinya yang berstatus sebagai istri Haikal seakan menamparnya, seakan meminta untuk menghentikan perasaan yang tidak seharusnya pada kakak iparnya sendiri.
"Wow, perfect! Kakak terlihat sempurna malam ini. Kak Haikal pasti akan semakin tergila-gila sama Kakak," sambut Audrey begitu melihat Liora turun ke lantai bawah.
"Haikal tidak menjemputmu?" tanya Tuan Arthur yang juga sedang duduk-duduk santai bersama dengan putri bungsunya itu diruang tengah.
"Tidak, Yah." Liora menggeleng pelan tetap dengan senyuman diwajahnya. "Mas Haikal bilang akan langsung menyusul ke kafe."
Suara mobil terdengar memasuki halaman rumah tersebut. Marvin datang dengan langkah lebarnya memasuki rumah begitu dia turun dari mobil.
"Marvin." panggil Tuan Arthur begitu melihat putranya datang.
Langkahnya terhenti seraya menoleh ke samping, mengunci pandangannya pada Liora yang terlihat sangat cantik malam ini dengan gaun berwarna merah.
"Akhirnya kamu pulang juga, Nak." Tuan Arthur tersenyum lega. "Tidak salah Ayah menyuruh Liora, begitu dia membujuk, kamu langsung pulang."
Bibirnya menyunggingkan senyum, Marvin melangkahkan kakinya mendekat ke arah mereka bertiga dengan Liora yang berdiri sementara Tuan Arthur dan Audrey tengah duduk di atas sofa.
"Dia membujuk dengan cara yang tidak biasa, itulah sebabnya aku langsung luluh dan pulang," jawabnya sembari menatap ke arah Liora yang kini sedang menghindari tatapan dengannya.
"Wah kebetulan sekali, kalau begitu bujuk sekalian kak Marvin tuh, Kak." Audrey menimpali. "Bujuk biar cepat cari cewek dan suruh nikah sekalian. Umur iya udah kepala tiga, tapi masih aja jadi jomblo ngenes," ujarnya diiringi dengan tawa renyah.
"Nah iya, Audrey benar," angguk Tuan Arthur yang sangat setuju dengan ucapan putrinya.
"Kalau adik ipar yang membantu mencarikan, aku inginnya yang seperti dia," jawab Marvin yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Liora.
Tuan Arthur tertawa mendengar ucapan Marvin yang dia pikir sebagai candaan. "Liora, jangan diambil hati, Marvin memang suka bercanda."
"Tapi Ayah senang karena kalian bisa langsung akrab, biasanya Marvin ini paling susah didekati oleh orang baru,"
Dengan Nyonya Maria saja Marvin tidak pernah akur, padahal saat istri keduanya itu hadir Marvin masih berusia dua setengah tahun. Tapi dengan Liora yang baru dikenal belum sampai sebulan putranya itu sudah bisa langsung akrab, tentu saja Tuan Arthur merasa sangat bahagia. Seperti yang dikatakan oleh Audrey, sepertinya Tuan Arthur perlu bantuan Liora untuk membujuk putranya ini supaya mau segera menikah dan membina rumah tangga bersama seorang wanita.
"Kalau begitu aku pergi dulu, Yah. Takutnya mas Haikal sudah menunggu," pamit Liora.
"Memangnya kalian mau pergi kemana?" tanya Marvin, penasaran. Dia memang tidak tahu rencana Liora yang akan pergi makan malam bersama dengan suaminya.
"Kak Liora kan hari ini ulang tahun, Kak." sahut Audrey. "Dan malam ini dia akan pergi makan malam romantis bersama kak Haikal."
"Oh," jawab Marvin singkat, menyembunyikan raut tidak sukanya.
"Kalau begitu biar aku yang mengantarmu," tawarnya kemudian.
"Ah, tidak per__"
"Ide yang bagus," Tuan Arthur lebih dulu memotong sebelum Liora menolak. "Kamu akan lebih aman jika diantar oleh kakak iparmu ini."
Liora menahan napas, menyembunyikan protesnya tanpa berani membantah ucapan ayah mertuanya. Tuan Arthur tidak tahu saja, justru malah Marvin yang membuat Liora tidak merasa aman jika dia hanya berduaan saja dengan kakak iparnya itu.
Sepanjang perjalanan menuju ke kafe tidak ada kata yang terucap, sesekali Marvin melirik ke arah Liora yang lebih memilih mengedarkan pandangannya keluar kaca mobil.
"Kenapa kamu tegang begitu? Tenang saja, aku tidak akan berbuat macam-macam kali ini," ucap Marvin memecah keheningan diantara keduanya.
"Aku harap kamu menepati ucapanmu." Liora menoleh sebentar kemudian mengarahkan pandangannya lurus kedepan. "Ini adalah pertama kalinya suamiku mau diajak pergi keluar berdua, aku hanya ingin malam ini terjadi seperti apa yang aku harapkan."
"Memangnya apa yang kamu harapkan. Menghabiskan malam panjang dengannya?" tanya Marvin dengan nada mengejek.
"Sederhana. Aku hanya ingin dicintai oleh suamiku, itu saja." jawab Liora.
Marvin tidak ingin memupuskan harapan Liora. Siang tadi dia langsung mencari tahu mengapa Haikal bisa ada dihotel. Rupanya adiknya itu datang kesana dengan seorang model bernama Casandra. Dan dari bodyguard yang bernama Dani, Marvin mendapatkan informasi jika ternyata adiknya pernah menjalin hubungan dengan Casandra jauh sebelum menikah dengan Liora. Marvin menduga jika hubungan itu masih terjalin sampai sekarang, mungkin itulah sebabnya adiknya tidak pernah mau belajar untuk mencintai Liora yang kini berstatus sebagai istrinya.
"Aku pulang. Semoga malammu menyenangkan," Marvin masuk ke dalam mobilnya kembali setelah menurunkan Liora didepan kafe tanpa ingin tahu Haikal sudah sampai disana atau belum.
Liora menatap kepergian mobil kakak iparnya. Para pelayan kafe sudah berdiri disana untuk menyambutnya. Suara dering ponsel membuat Liora menghentikan langkahnya saat dia akan masuk untuk menunggu suaminya didalam, beralih mengambil ponselnya dari dalam tas dan melihat suaminya yang sedang meneleponnya.
"Ahh... Faster... Terus sayang..."
Suara desahan seorang wanita yang dia dengar dibalik sambungan telefon membuat tubuh Liora membeku seketika, jantungnya seakan berhenti berdetak. Senyuman lebar diwajahnya bahkan perlahan memudar, digantikan oleh genangan air mata yang tertahan di kedua matanya.
✳️
✳️
✳️
Bersambung....
kaget gak.. tegang gak anuu muu